Tanggal 17 Agustus yang sakral, datang ke Montreal membawa suasana yang berbeda. Upacara bendera perayaan kemerdekaan di KBRI Ottawa selesai. Tapi ada yang belum selesai di dalam hati: keharuan yang memehuni rongga dada.
Begitulah. Ada haru-biru yang bercampur syahdu, ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Padamu Negeri. Berada jauh di negeri orang, lagu kebangsaan itu, sungguh menggetarkan hati.
Ini bukan cerita dusta. Jika tidak percaya, sekali-kali, dengarkan lagu Indonesia Raya di luar negeri. Yakinlah, akan terasa bahwa Indonesia, sangat berarti dalam hidup kita.
Lewat lagu itu, mengalir pesan untuk tidak pernah lelah mencintai NKRI. Indonesia adalah tanah air yang memberi kita tempat lahir, besar, dan berkarir.
Setelah getaran di dada mereda, momentum tujuhbelasan, menyusupkan puas. Juga pada rasa kangen masakan Indonesia.
Kembali ke Montreal, kembali berada dalam rutinitas magang kerja di Sobesco E & Y. Saya dan Daniel Lacroix, mentor saya, makin lama makin akrab layaknya rekan kerja yang telah lama kenal.
Keakraban itu, barangkali karena saya dianggapnya mewakili Kementerian Keuangan atau bahkan Pemerintah Indonesia sehingga Sobesco E & Y memperlakukan saya agak istimewa. Jelas ini hubungan antar dua negara. Komitmen dari negara Kanada membantu Indonesia mengembangkan dana pensiun dan asuransi lewat regulasi dan pengawasan terintegrasi.
BACA JUGA: NKS Menulis Kanada-1: Meninggalkan Corvallis tanpa Tangis…
Hanya dalam tiga bulan di Montreal, saya beberapa kali menyambut rombongan delegasi Indonesia yang datang bergelombang diundang dan dibiayai bantuan Kanada. Rute kegiatan rombongan adalah Montreal, Ottawa, Toronto, dan terakhir berwisata ke Niagara Fall.
Saat mereka datang, tentu saya senang. Saya, layaknya tour guide, memberi penjelasan tentang seluk beluk kota bawah tanah Montreal. Juga tentang poutine atau smoked meat sandwich makanan khas Montreal.
Jumlah anggota rombongan dari Jakarta setiap kali datang berkisar 15 orang. Jumlah yang tidak sedikit. Mereka melakukan semacam benchmarking serta belajar asuransi dan dana pensiun.
Anggota rombongan berasal dari industri asuransi, dana pensiun, konsultan aktuaria, dan tentu saja Kementerian Keuangan yang saat itu sebagai pembuat regulasi sekaligus pengawasnya.
Agenda rombongan biasanya padat merayap. Mereka menjadi tamu kehormatan dari Office of the Superintendent of Financial Institutions (OSFI) atau Kantor Pengawas Lembaga Keuangan. Ini merupakan lembaga independen dari Pemerintah Kanada yang melapor kepada Menteri Keuangan yang dibentuk untuk berkontribusi pada kepercayaan publik terhadap sistem keuangan Kanada.
Pemahaman terhadap peran lembaga pengawas OSFI bagi rombongan yang datang sungguh sangat berguna baik untuk yang mengawasi ataupun yang diawasi. Biasanya menghabiskan waktu hampir seharian untuk dapat menyerap ilmu yang tentu masih berupa kulit luarnya saja.
Tak hanya mendatangi OSFI, rombongan delegasi Indonesia diajak mengunjungi perusahaan asuransi besar di Kanada. Perusahaan yang telah mengembangkan sayap bisnisnya hingga manca negara, termasuk Indonesia.
BACA: NKS Menulis Kanada-2: Montreal, Saya Kembali Jatuh Cinta
Saya yang menemani rombongan mendapat pencerahan tiap unit di perusahaan terkait. Termasuk unit aktuaria yang perannya sangat dominan dalam perusahaan asuransi seperti dalam merancang produk, manajemen risiko, investasi dan melakukan actuarial control cycle dengan disiplin.
Setiap rombongan yang datang, mereka ingin berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia. Untuk melakukan itu, mengingat handphone belum populer, perlu membeli kartu telepon internasional. Kemudian, dari kamar hotel atau telepon umum kita bisa menghubungi keluarga. Tidak murah. Tapi demi keluarga, mereka rela mengeluarkan sebagian dari uang perjalanan dinasnya.
Nah, saya menawarkan kepada anggota rombongan yang ingin menelepon dari apartemen yang saya tempati. Pada jam tertentu, pagi hari tarif telepon ke Indonesia tak sekejam di jam lainnya. Beberapa rekan bahkan atasan saya di rombongan delegasi akhirnya pagi-pagi sudah ke apartemen dan menelpon keluarga mengabarkan bahwa sudah sampai di Montreal.
Tentu saya senang bisa dikunjungi rekan dan atasan. Saya sudah mengatakan, tak perlu repot-repot menghitung berapa biaya untuk telepon ke Indonesia. Namun, ternyata atasan dan rekan malah memberi dollar yang tak sedikit. Alhamdulillah. Rejeki bagi bayi Vallisa yang sudah mulai lancar bicara.
Tapi tragedi pernah terjadi. Saya ingat, dialami salah satu atasan yang bersama rombongan gelombang dua. Kemungkinan karena lelah menempuh perjalanan panjang, beliau yang baru hamil muda, mengalami pendarahan.
Bisa dihapami memang, selelah apa kunjungan dinas seperti ini. Setelah menempuh jalan Panjang, jadwal selama di Kanada juga ketat, hingga petang menjelang.
Suami beliau adalah rekan sama-sama di Kementerian Keuangan. Saya mengabarkan berita duka ini dengan sangat hati-hati kepada suaminya yang harus kehilangan calon bayi anak keduanya.
Karena keguguran, rekan yang juga atasan saya itu, terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Sendirian. Saya merasa tak tega melihatnya sendirian di rumah sakit di negeri yang jauh dari tanah air. Jadilah, saya minta istri untuk menemani.
Agak lega, setelah istri bisa menunggui dan menemani rekan yang dalam kondisi kesakitan dan kesedihan. Saya bisa ikut merasakan kesakitan serta terutama kesedihannya. Kesedihan sangat dalam karena kehilangan bayi jauh dari suami, di tempat yang jauh dari rumah, di negeri orang.(bersambung)
Nami Kulo Sumarjono. Salam NKS.