Oleh: Dede Farhan Aulawi
*Penulus, Pemerhati Teknologi Hankam tinggal di Bandung.
Merujuk pada konferensi pers, Sabtu (24/4/2021) seperti yang disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono yang menduga bahwa badan kapal selam KRI Nanggala-402 mengalami keretakan besar mengingat pada kedalaman 700-800 meter di bawah permukaan laut ada tekanan hidrostatis yang kuat. Apa yang disampaikan beliau merujuk pada ditemukannya sejumlah kepingan dan barang milik KRI Nanggala yang naik ke permukaan, seperti kepingan pelurus tabung torpedo berwarna hitam, kepingan pembungkus pipa pendingin, satu botol grase pelumas periskop kapal selam, potongan kecil spon – spon penahan panas, serpihan alas salat para ABK dan minyak solar di dalam botol yang diambil dari permukaan laut.
Terkait dengan keberadaan kapal selam yang dikabarkan tenggelam tersebut, saat ini sudah didapatkan temuan terbaru dari sinyal dugaan keberadaan Kapal Selam KRI Nanggala 402 berdasarkan temuan kemagnetan yang tinggi. Namun belum dapat dipastikan apakah kemagnetan kuat dari temuan itu berasal dari KRI Nanggala 402 atau bukan. Jadi perlu konfirmasi lebih rinci lagi sambil terus berusaha semaksimal mungkin.
Dengan demikian segala upaya pencarian masih harus terus dilanjutkan dengan mengerahkan semua kekuatan yang dimiliki, dan juga bekerjasama dengan negara – negara tetangga yang memiliki kemampuan untuk itu. Di sisi lain juga tentu tidak mudah untuk menemukannya, karena karakteristik mendasar dari kapal selam versi militer memang dirancang agar sulit ditemukan atau dilacak. Hal ini tentu menjadi masalah ketika terjadi kejadian tenggelam seperti saat ini.
Pada tahapan perencanaan terutama dalam keadaan darurat, kapal selam sebenarnya didesain dapat mengaktifkan perangkat ping onboard atau mengirim pelampung yang memancarkan sinyal yang dapat dilacak. Namun terkait dengan kapal selam Nanggala 402 ini sudah cukup tua yaitu berusia sekitar 40 tahun, maka kita belum tahu apakah kapal selam tersebut sudah memiliki sistem tersebut. Kemudian apakah sistem darurat tersebut masih dapat berfungsi dengan baik? Karena perangkat darurat tersebut akan sangat membantu dalam upaya pencarian dan penyelamatan.
Angkatan-angkatan laut di dunia memiliki prosedur standar dalam memeriksa dan memulai pencarian jika sebuah kapal selam dikabarkan berhenti melapor (hilang kontak). Prosedur ini akan segera dilakukan saat hilang kontak atau tidak adanya laporan masuk. Sesuai dengan prosedur, Otoritas setempat akan segera beralih dari prosedur yang dinamai “SUBLOOK” (pencarian kapal selam) ke prosedur “SUBMISS” (kapal selam hilang). Lalu, jika tidak ada harapan lagi atau ada bukti telah terjadi kecelakaan, menggunakan prosedur “SUBSUNK” (kapal selam tenggelam).
Proses pencarian kapal selam yang hilang / tenggelam tentu bukan hal yang mudah, karena sebanyak apa pun jumlah pencari dan seberapa canggih pun sensor yang dimiliki, akan selalu ada ruang ketidakpastian. Semakin cepat kapal selam bergerak, semakin lama jangka waktu sejak kontak terakhir, semakin besar ruang ketidakpastian itu. Namun tentu hal ini tidak boleh menyurutkan semangat untuk terus melakukan penyelamatan dan evakuasi, terlebih saat ini belum ada informasi yang pasti mengenai nasib ke 53 awak kapal tersebut. Bahkan seluruh masyarakat Indonesia senantiasa mendukung dengan jutaan do’a yang terpanjat untuk mengetuk pintu langit agar seluruh awak berhasil ditemukan dalam keadaan selamat.
Ada prosedur-prosedur internasional yang telah dikembangkan dengan baik untuk memberi bantuan dalam kecelakaan kapal selam, dan beberapa kapal dan sistem pencari telah diaktifkan oleh negara-negara lain dan juga oleh Indonesia. Idealnya, sebuah unit penyelamat laut dalam dapat diterjunkan untuk menempel pada pintu kapal selam dan mengeluarkan para awak – ini jika pintu kapal selam dapat diakses dan perairan tidak terlalu dalam. Termasuk American Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV) yang berkapasitas 24 orang dan dapat diterbangkan ke sebuah wilayah, lalu dinaikkan ke kapal laut dan dibawa ke lokasi kejadian. Namun tentu hal ini tidaklah mudah karena semua butuh waktu. Sedangkan upaya penyelamatan awak kapal selam selalu berkejaran dengan waktu karena kemampaun menyimpan oksigen sangat terbatas. Oleh karena itu idealnya Indonesia sendiri harus memilikinya sendiri.
Apalagi sebagaimana kita ketahui bersama bahwa evakuasi pengangkatan kapal sangat riskan dan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Terlebih kapal yang tenggelam ini diperkirakan berada di kedalaman sekitar 850 meter. Skenario evakuasi yang sesuai standar The International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (Ismerlo) terus dikoordinasikan oleh seluruh tim yang saat ini bekerja ekstra keras untuk memberikan bantuan dan pertolongan yang terbaik. Di samping itu juga tentu harus membuat perencanaan penyiapan evakuasi medis terhadap awak yang kemungkinan masih selamat.
Setahu saya saat ini, Indonesia belum memiliki perangkat untuk situasi darurat seperti kapal penyelamat kapal selam atau submarine rescue ship. Kejadian saat ini seyogiyanya menjadi pelajaran buat seluruh pemangku kepentingan dan pemangku kewenangan bahwa keberadaan kapal penyelamat sangat diperlukan. Jangan sampai kita memiliki beberapa kapal selam, tetapi tidak memiliki perangkat penanganan kedaruratan dan penyelamatan yang memadai. Meskipun untuk sementara ini bisa disiasati dengan menjalin kerja sama dengan negara-negara yang sudah memiliki perangkat dimaksud. Tapi tentu jangan terlena hanya mengandalkan bantuan negara tetangga, karena proses pemberangkatan dan kedatangan pasti membutuhkan waktu. Baik waktu yang diperlukan untuk izin, administrasi, dan waktu tempuh dari koordinat asal ke koordinat tujuan.
Submarine rescue ship sejatinya harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari operasional pertahanan jika sudah menerapkan safety management system dengan baik. Program safety harus mendapat atensi bersama dan semua harus komit untuk memenuhi segala ketentuan yang berkaitan dengan safety. Baik menyangkut sistem, kelengkapan peralatan yang diperlukan dan juga membangun SDM yang memiliki pengetahuan dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan segala ketentuan safety. Pendekatan Behaviour Based Safety (BBS) bisa menjadi pintu masuk bagaimana mengidentifikasi potensi bahaya dengan pendekatan perilaku sehingga aspek safety bisa ditingkatkan. Bukan hanya untuk jajaran pelaksana di bawah saja, tetapi juga untuk jajaran atas agar aspek safety bisa diimplementasikan secara maksimal sehingga terbentuklah apa yang disebut dengan safety culture.
Kemudian aspek pemeliharaan (maintenance) juga harus menjadi atensi bersama. Ada beberapa hal kritis terkait dengan masalah perawatan, misalnya tidak memadainya ketersediaan anggaran untuk melakukan perawatan itu sendiri. Belum lagi kemampuan untuk menyusun secara detail kebutuhan anggaran esensial yang diperlukan, dengan mem-break down seluruh spare part maupun consumable material yang diperlukan. Jika menyangkut ketersediaan spare part dari pabrikan sebenarnya tidak terlalu bermasalah karena orang Indonesia banyak yang mampu membuat spare part tersebut. Tentu bukan asal membuat spare part dengan mengejar bentuk dan ukuran saja, tetapi juga menyangkut pemilihan jenis material dan desain konstruksinya yang bisa di up grade. Itulah sebabnya diperlukan audit komprehensif terhadap alutsista kita, baik audit sistem atau tekniknya.
Kita sebagai bagian dari anak bangsa harus tetap optimis dalam memberikan yang terbaik buat negara. Termasuk upaya pencarian dan penyelamatan 53 awak ini harus terus dilakukan secara maksimal. Saat ini semua kkekuatan harus fokus dulu pada upaya penyelamatan. Setelah itu mari kita semua berfikir konstruktif dengan melakukan perbaikan – perbaikan berkesinambungan dalam upaya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Kita semua pasti akan selalu siap memberikan sumbangsih pemikiran, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk kepentingan bangsa dan negara.
Terakhir marilah kita untuk terus berikhtiar dan berdo’a untuk keselamatan seluruh awak yang berada di dalam kapal selam tersebut agar bisa ditemukan dalam keadaan selamat dan bisa kembali berkumpul di tengah keluarga tercintanya. Begitupun dengan seluruh petugas yang saat ini terus berupaya melakukan pencarian dan penyelamatan diberi perlindungan, kekuatan, ketabahan dan keselamatan dalam melaksanakan tugas mulia ini. Aamiin YRA. Penulis bisa dihubungi di no 0878 2020 9550.***