Pertumbuhan Ekonomi Jateng Diprediksi Naik 4,8-5,6 Persen Tahun 2025

Semarang,KORANPELITA Com – Pertumbuhan ekonomi Provindi Jawa Tengah diprediksi bakal naik 4,8 sampai 5,6 persen pada tahun 2025. Meski hingga saat ini masih konsen pada sektor investasi. Namun tahun 2024 ini  pertumbuhan investasi di Jateng mengalami kenaikan signifikan dari 26 persen naik menjadi 33,1 persen pada periode yang sama.

” Kenaikan signifikan tersebut setelah Pemprov Jateng menggalakkan kawasan industri dan kemudahaan dalam perijinan dan lainnya,”  ungkap Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Jateng Dr. Sujarwanto Dwiatmoko, dalam diskusi Outlook Ekonomi Jateng Pasca Pilkada 2024 yang digelar Forum Wartawan Pemprov Jateng & DPRD Jateng (FWPJT) dan Bank Jateng, di Lobby Kantor Gubernur Jateng, Rabu (11/12/2024).

Menurut Sujarwanto, meski konsen pada investasi pihaknya juga fokus pada pengendalian inflasi di Jateng. Inflasi tinggi atau terlalu rendah juga tidak bagus.

“Tinggi rendahnya inflasi itu tidak masalah. Yang bagus itu inflasi dapat dikendalikan dan yang terpenting predictable atau bisa diprediksikan,  sehingga jika terjadi inflasi tinggi kita mampu menstabilisasi,” ujarnya.

Meski begitu Sujarwanto menjelaskan, pasca Covid-19, pertumbuhan ekonomi sekitaran di angka 5 persen, sedikit turun dari nasional.

“Saat Covid-19 sempat terjadi pertumbuhan minus atau terkontraksi, tapi kemudian berada sejajar dengan nasional dan Jawa Tengah selalu juga sama pada kisaran itu di 4,93 persen sementara nasional di angka 5,05 ini kondisi terakhir pada triwulan 3 pada 2024,” terangnya.

Sebagaimana diketahui pada tahun 2025, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mengajak pertumbuhan ekonomi di tahun ketiga pemerintahannya bisa mencapai angka 8 persen.

“Makanya kita berupaya keras untuk bersama-sama mewujudkan misi pemerintah pusat. Salah satunya kita galakkan kawasan industri di Jateng yang hingga saat ini memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah,” tambahnya.

Lebih jauh Sujarwanto, mengungkapkan, pihaknya optimis pertumbuhan ekonomi di Jateng akan positif. Kualitas pertumbuhannya akan ada sustainabilitas.

“Ke depan ekspornya lumayan sehingga bisa  mendongkrak meskipun import lebih besar dan import  ini yang sedang kita perhatikan,” tandasnya.

Kendati demikian, Sujarwanto menegaskan, keoptimisannya karena terjadinya integrasi kebijakan pemerintah pusat, provinsi hingga daerah.

“Ini adalah momentum penting untuk mengintegrasikan antara kebijakan nasional, kebijakan daerah dan kebijakan kabupaten/kota. Kemudian perlu catatan highlight adalah penguasaan teknologi dari birokratnya, kalau penguasaan teknologinya mampu memahami pada kebijakan politiknya maka Insya Allah kita akan kuat dengan sangat baik,” tandasnya.

Sementara itu, Direktur Lembaga Keuangan dan Jasa OJK Jateng Bambang Hermanto  mencatat, dari beberapa indikator keuangan, baik dari total aset dana pihak ketiga dan pertumbuhan kredit di sektor perbankan itu rata-rata memang tumbuh.

“Untuk aset ini sudah tumbuh 7,82 persen, ini lebih tinggi daripada nasional yang 7,5 persen. Begitu juga di dana pihak ketiga di 7,44 persen lebih tinggi daripada nasional yang diangka 6,73 persen. Nah ini yang jadi persoalan ya, di Jawa Tengah ini tumbuh 5,12 persen. Tapi kalau dibandingkan dengan nasional lebih rendah. Di nasional angkanya 10,85%. Ini related dengan statistik. Kemudian terkait dengan rasio NPL  kita memang di Jawa Tengah ini masih cukup tinggi  diangkat 5,63% dibanding nasional itu diangkat 2,4%,” terangnya.

Penyaluran Kredit UMKM Lebih Tinggi dari pada Nasional 

Bambang mengatakan, pihaknya juga memantau pembiayaan yang dilakukan oleh  perbankan ini sampai sejauh mana ke sektor UMKM.

“Di Jawa Tengah sendiri penyaluran kredit kepada UMKM mencapai 49,32% lebih tinggi daripada nasional yang 20,23%. Jadi di Jawa Tengah itu rupanya termasuk salah satu Backbone untuk UMKM nasional termasuk di penyalur tertinggi secara nasional juga ada di Jawa Tengah,” tandasnya.

OJK lanjutnya, berharap pembiayaan terhadap pembangunan tidak hanya dilakukan di sektor perbankan, tapi pihaknya juga mendorong pembiayaan pembangunan ini bisa dilakukan oleh sektor di luar perbankan.

“Jadi kinerja lembaga keuangan non bank kami catat di sini terkait dengan perusahaan pembiayaan Pegadaian dan juga lembaga keuangan mikro ini pada prinsipnya adalah tumbuh positif semua, dari perusahaan pembiayaan tumbuh tiga persen kemudian dari insuran itu juga pertumbuhan preminya 25% tapi Lembaga Keuangan Mikro kecil,” ujarnya.

Bambang Hermanto juga mengatakan, kinerja sektor keuangan ini diprediksi akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

“Hal ini tentu bisa kita pastikan karena kondisi dari permodalan kondisi dari likuiditas di sektor jasa keuangan yang cukup. Konsen kami, terkait dengan tahun 2025 harus kita waspadai konflik geopolitik seusai konflik Ukraina kemudian konflik Israel Palestina itu yang sudah mulai melibatkan beberapa negara ini juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pergerakan komoditi, harga komoditi kita termasuk permintaan ekspor,” terangnya.

Bambang Hermanto juga sampaika  Tahun 2025 pihaknya sudah mendapatkan delegasi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya perbankan tetapi juga lembaga keuangan non bank.

“Kita melakukan pengawasan di dana pensiun,  kemudian perusahaan gadai swasta, termasuk di lembaga keuangan mikro. Kalau di masyarakat ditemukan ada yang memasarkan misalnya  produk-produk asuransi, Bapak Ibu harus tanya ada sertifikasi keagenannya enggak, kalau enggak jangan dilayani,” pintanya.

Edukasi dan perlindungan konsumen dilakukan dengan bekerja sama dengan berbagai stakeholder, ini juga menjadi konsep terkait dengan transaksi secara digital masyarakat.

“Masyarakat saat ini mudah melakukan akses keuangan digital tetapi ada bahaya juga yang menyertai, cybercrime saat ini luar biasa sekali. Bahkan kejahatan-kejahatan online yang melalui transaksi keuangan ini juga sudah ada di mana-mana,” terangnya.

Untuk melindungi dana masyarakat dari kejahatan online, OJK telah melaunching Aplikasi Indonesia Anti Scam Center (IASC).

“IASC ini untuk membantu masyarakat yang menjadi korban kejahatan online, masyarakat bisa  mendapatkan kembali haknya dengan catatan cepat melaporkan, karena selama ini karena korban tidak melapor, itu luar biasa pelaku-pelaku kejahatan itu melakukan layering transaksinya itu sampai enggak bisa terdeteksi,” tanasnya.

Guru Besar Undip, Nugroho SBM memprediksi, ekonomi Jawa Tengah di 2025  tumbuh antara 4,8 persen sampai 5,6 persen year on year.

Adapun penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah adalah konsumsi rumah tangga, lalu yang kedua adalah ekspor dan yang ketiga adalah investasi atau pembentukan modal tetap.

Tahun 2025 itu inflasi juga diperkirakan masih dalam kisaran atau target inflasi nasional yaitu 2,5 persen  plus minus satu persen.

“Artinya memang inflasi di Jawa Tengah itu masih terjaga pada sasaran inflasi nasional dan inflasi yang rendah dan stabil,” tandasnya.

Dr Elen Puspitasari, Rektor Unisbank yang juga pengamat ekonomi juga mengatakan optimis pertumbuhan ekonomi akan meningkat signifikan.

“Optimis tapi tetap waspada. Kalau orang Jawa kan ada Eling Lan waspodo. Nah itulah nanti yang kita persiapkan terkait dengan terget pertumbuhan 8 persen selama periode Presiden Prabowo Subianto,” tambah Elen. (sup)

About suparman

Check Also

Pangdam IV/ Diponegoro, Rumah Sakit Tk. III Slamet Riyadi Tingkatkan Pelayanan Kesehatan

Surakarta,KORANPELITA.Com – Rumah Sakit Tk. III Slamet Riyadi, di bawah naungan Kodam IV/Diponegoro, terus berinovasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca