Di tahun politik 2019, situasi sangat rentan terhadap konflik. Berbagai isu bisa sangat mudah digiring menjadi bahasan politik. Berbagai penyakit sosial seperti maraknya penyebaran berita hoax, hate speech dan fitnah sangat berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Polarisasi politik yang semakin terbentuk bisa membuat gesekan di kalangan masyarakat. Ini tentu jika tidak cepat diatasi akan berkembang dan memicu konflik yang lebih luas. Sehingga stabilitas keamanan menjadi terganggu.
Untuk itu peran dari mahasiswa sebagai intelektual sangat dibutuhkan untuk merawat narasi persatuan yang menyejukkan .
“Mereka sebagai objek Pemilu, kami harapkan partisipasinya untuk bisa mensukseskan Pemilu yang betul-betul berintrgritas.” ujar Kasubdiv Kakorbinmas Baharkam POLRI, Kombes Pol Rudi Haryanto dalam diskusi bertema “Peranan Aktivis Muslim Milenial dalam Menyongsong Tahun Politik 2019 yang Damai dan Berkualitas” di Ciputat, Tangsel, Kamis (14/2).
Rudi sangat mengapresiasi para aktivis muslim milenial jika tidak harus golput saat Pileg maupun Pilpres nanti.
“Karenanya kami terus lakulan sosialisasi ke sekolah dan kampus, agar mereka datang ke TPS untuk menentukan pilihannya.” ujarnya lagi.
Ketum HMI Badko Jabodetabeka-Banten, Hendra Purwanto, dalam uraiannya menyebut, kader HMI wajib hukumnya mengawal proses demokrasi, kepolisian, penyelenggara Pemilu, serta menangkal penyebaran berita hoaks.
“HMI sudah daftar sebagai pengawas independen di Bawaslu. Jadi kami akan turun ke TPS untuk melakukan pengawasan, agar Pemilu benar-benar berjalan dengan damai dan tanpa kecurangan.” ujar Hendra.
Terkait adanya sejumlah oknum yang ingin memecah belah kader HMI untuk memilih salah satu pasangan Capres-cawapres, Hendra menegaskan, bahwa hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh pihak manapun.
“HMI adalah organisasi independen. Soal mau memilih siapa nanti, kami kembalikan ke hati nurani masing-masing. Jadi tidak benar kalau HMI condong ke paslon ini atau paslon itu.” imbuhnya.
Sementara ketua pelaksana diskusi, Sultan Rifandi menjelaskan, bahwa adanya polarisasi politik di kalangan aktivis muslim milenial dan mahasiswa, telah memecah belah.
“Karena keresehan itu, kami ingin menjadi vitamin bagi carut marut politik agar kami bisa memberi pesan-pesan politik kepada elit-elit kita” kata Sultan.
Sultan menyebut diskusi ini sebagao bentuk perlawanan mahasiswa secara elegan.”Kami membuka ruang diskusi dan ilmu pengetahuan, dengan harapan, kita boleh berbeda pandangan politik tapi kita harus menjaga pemilu yang benar-benar berkualitas dan damai” tutup Sultan. (Dohan)