Jabatan selaku Babinsa merupakan pengabdian lanjutan tanpa batas. Dan paling utama adalah mau berbuat dan meyakini apa yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi orang lain dimanapun berada.
Seram, KP-Hal tersebutlah yang menjadi motivasi bagi seorang prajurit TNI Angkatan Darat berpangkat Sersan Kepala (Serka) yang kini bertugas di Ujung Timur Pulau Seram.
Sebut saja Serka La Adam, anggota Koramil 1502 – 10/Werinama yang terpanggil jiwanya untuk mengajar puluhan anak putus sekolah di desa Funannayaba, yang merupakan daerah terpencil dan terisolir.
Upaya Serka La Adam dalam membantu mencerdaskan generasi penerus Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tersebut dibenarkan Dandim 1502/Masohi Letkol inf Hari Sandhi Chrishandoko, S.Sos.
“Dikarenakan tidak adanya guru, di tengah minim prasarana belajar mengajar, Babinsa Serka La Adam dengan tiga orang warga mengajar puluhan anak putus sekolah di desa Funannayaba,” kata Dandim 1502/Masohi Letkol inf Hari Sandhi Chrishandoko, S.Sos, dalam rilis tertulisnya, Jumat (15/2).
Diungkapkan Dandim, dikarenakan tidak adanya akses jalan raya, menjadikan Funanayaba sebagai desa yang dapat dikatakan terpencil dan tersiolir.
“Desa yang terletak di Pulau Seram ini, berada sekitar 25 km di bagian Selatan Werinema dan sekitar 200 Km dari Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Disana masih banyak anak-anak yang putus sekolah, bahkan tidak dapat bersekolah,” terang lulusan Akmil tahun 1999 ini.
Ditambahlannya, animo masyarakat untuk belajar di desa tersebut sangatlah lumayan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa warga yang menjadi guru bantu sukarela akibat tidak adanya guru tetap dan sarana belajar yang minim. “Termasuk anak-anak sekolah pun meski telah berusaha memakai seragam, namun ada juga yang tidak bisa membeli sepatu atau seragam,” tambahnya.
Situasi tersebut, sambung Hari Sandhi, membuat Babinsa Funanayaba (Serka La Adam) terketuk batinnya dan terpanggil serta turut bertanggungjawab atas apa yang dialami oleh warga binaanya.
“Yaitu membantu mengajar anak-anak yang putus sekolah dan yang belum bersekolah,” tandasnya.
Sementara itu, Serka La Adam, anggota Koramil 1502 – 10/Werinama ini menyampaikan bahwa panggilan jiwanya tersebut, semata-mata karena rasa perihatinnya terhadap masa depan anak-anak kecil nan lugu tersebut.
“Saya sadar bahwa secara kemampuan, sebagai anggota TNI, kita tidak diberikan kemampuan mengajar, sebagaimana yang dimiliki para guru.Namun, demi melihat mereka (anak-anak), terbayang dalam pikiran saya, seperti apa nasib dan masa depan mereka. Saya ingin mereka punya masa depan yang lebih baik dibanding orang tuanya,” paparnya.
Sebagaimana pengalamannya selama 23 tahun berdinas sebagai anggota TNI AD, ayah dari tiga anak ini, membulatkan tekad mengajar anak-anak sekolah dengan segala kemampuan yang dimilikinya dengan menggunakan buku petunjuk yang sangat hanya terbatas.
“Itupun jumlahnya hanya terbatas, buku (petunjuk) Matematika hanya ada dua dan tentang Sains untuk kelas 3. Saat mengajar pun harus pelan-pelan (sabar), supaya dapat dimengerti oleh mereka,” aku pria suku Buton yang lahir di Dusun Waitibu, Maluku Tengah, 45 tahun lalu itu.
“Saat mengajar, mereka (27 anak), saya kumpulkan jadi satu, karena memang kelasnya hanya satu,”imbuhnya.
Baginya, jabatan selaku Babinsa merupakan pengabdian lanjutan tanpa batas.
“Sebagai Babinsa, membantu warga sekitar adalah suatu kehormatan, kebahagiaan dan keceriaan mereka menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya,” ujar La Adam.
La Adam sendiri meski lulus SMA, karena keterbatasan saat itu, dirinya mendaftar jadi anggota TNI AD menggunakan ijazah SMP.
Keluhan warga, baginya laksana palu pengetuk batin dan pikirannya untuk melakukan sesuatu, agar mereka terhindar dari kesulitan yang dialami warganya. Bersama tiga orang warga setempat yaitu Nurjana Nayakan, Udin Manlea, dan Titin Sid mereka bahu-membahu mengajar anak-anak.
“Apalagi seperti saat ini, jalan tanah yang selebar 3 meter ini kadang sulit dilalui ketika hujan. Tentu ini jadi penghambat bagi masa depan warga dan anak-anak. Saya sendiri berangkat mengajar menggunakan sepeda motor dinas dengan waktu perjalanan sekitar 2 jam,” ujar La Adam .
“Paling utama bagi saya adalah mau berbuat dan yakin, sedikit banyak yang saya lakukan pasti ada manfaat bagi masyarakat. Jadi jika bukan kita siapa lagi,”tegasnya.
Lebih lanjut, La Adam mengatakan bahwa SD tempatnya mengajar itu baru dibangun 1 tahun lalu. Dalam bangunan yang sangat sederhana tersebut hanya terdapat 1 (satu) ruang kelas untuk mengajar 27 anak, yang terdiri dari kelas 1 sejumlah 11 anak, kelas 2 sebanyak 9 anak dan kelas 3 hanya 7 orang.
“Untuk itu, saya berlapor melalui Danramil, agar bisa koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten SBT, untuk mendukung tenaga pengajar dan kebutuhan sarana belajar mengajar. Syukur-syukur, segera dibukakan akses jalan yang memadai ke desa ini,” harapnya. (ay)