Tim NU Peduli membantu warga terdampak musibah gempa bumi di Sulawesi Barat (Sulbar). Dengan Mobil Dahar Dapur Halal Berjalan (Dahar), Tim NU Peduli membagikan makanan gratis kepada pengungsi di depan kantor KPUD Sulbar, Jl Sidalih, Simboro, Kabupaten Mamuju, Jumat (22/01).
Tim NU Peduli memulai dengan memasak bahan makanan di Mobil Dahar, untuk kemudian dibagikan kepada para pengungsi.
Tampak ketika makanan mulai dibagikan, para pejalan kaki dan pengendara motor pun memarkirkan kendaraannya dan turut mengantre makanan yang disediakan oleh Tim NU Peduli.
“Kebetulan kami lewat sini, dan melihat ada makanan gratis, langsung saja saya memarkir motor dan ikut mengantre,” ucap salah satu pengendara motor.
Tidak lama, makanan yang disediakan pun habis diserbu warga. Ada pula warga yang tidak mendapatkan makanan gratis yang disediakan di Mobil Dahar.
“Kami menyedikan makanan gratis kepada pengungsi, namun karena lokasinya ada di pinggir jalan, para pejalan kaki maupun pengendara motor juga ikut mengantre. Alhasil sebanyak 200 lebih nasi bungkus langsung habis,” tutur Ansyari, dari Tim NU Peduli.
Ansyari menyesalkan membawa bahan makanan yang sedikit, karena melihat warga begitu antusias dalam mengantre makanan di bawah teriknya matahari, demi untuk mendapatkan makanan.
“Kami meminta maaf kepada semuanya, karena bahan makanan yang kami bawa tidak banyak, dan kami juga berjanji akan kembali turun ke lapangan dengan Mobil Dahar ini, dengan membawa bahan makanan yang lebih banyak, supaya tidak ada lagi warga yang mengantre namun tidak mendapatkan makanan,” imbuhnya.
Sementara itu, di lokasi yang sama, Tim NU Peduli pun kembali melangsungkan sosialisasi pencegahan wabah Covid-19, pelayanan kesehatan, dan pembagian masker kepada para pengungsi, khususnya anak-anak dan lansia.
“Kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada NU Peduli, yang berkenan mampir dan melakukan sosialisasi, layanan kesehatan, dan pembagian masker, serta membagikan makanan,” ucap Muhammad Saleh selaku koordinator posko pengungsian di wilayah tersebut.
Saleh mengatakan terdapat 32 KK di posko tersebut. Para pengungsi, kata Saleh, mengaku rumahnya rata dengan tanah dan ada pula yang dindingnya retak-retak.
“Mereka masih enggan kembali ke rumah, karena konsisi saat ini masih berpotensi terjadi gempa susulan,” ungkap Saleh.
Seorang pengungsi, Siti Hasmi (70), mengisahkan peristiwa gempa bumi yang dialaminya.
“Pada waktu gempa, saya tengah duduk di dekat dapur, terus merangkak ketika mulai terjadi gempa, dan dibantu sama keponakan untuk keluar rumah. Ketika sudah di luar, nggak lama (rumah) langsung roboh,” tuturnya. (NU Care/Ahmad Sofyan/Wahyu Noerhadi)