Perjuangan Guru Ngaji Cilacap, Sempat Digaji Cuma Dua Ribu Rupiah
CILACAP, Koranpelita.com
Selama 22 tahun jadi guru Ngaji, Sulaiman Jufri (62) belum pernah sekalipun mendapat bantuan pemerintah. Bahkan ia pernah hanya mendapat honor Rp2.000 per bulan.
Namun guru ngaji asal Karanggintung Cilacap ini tidak menyerah. Ia tetap istiqamah mengajar madrasah diniyah.
Sulaiman Jufri mengampu guru ngaji di Madrasah Diniyah Miftahul Huda Karanggintung Gandrungmangu Cilacap. Untuk menghidupi Madin tersebut, masyarakat sekitar secara swadaya iuran yang dijadikan operasional madrasah dan guru. Proses swadaya untuk menghidupi madrasah diniyah yang mengampu 209 santri itu pun masih diterapkan sampai sekarang. Saat ini wali murid iuran Rp 20 ribu per bulan, yang dibagi Rp 5 ribu untuk operasional dan Rp 15 ribu untuk guru 10 guru ngaji.
“Tekadnya ya karena keikhlasan ngajar ngaji anak-anak. Tidak lebih. Kami pun tidak pernah mengharap berapa bayarannya,” katanya, Senin (8/4).
Sulaiman Jufri telah jadi guru ngaji sejak tahun 1997 atau 22 tahun silam sejak santri hanya belajar ngaji di masjid sampai kini sudah punya gedung sendiri yang semua biaya pembangunan pun diperoleh dari hasil swadaya wali murid. Saat itu para guru ngaji hanya menerima bisyaroh Rp 750, meningkat jadi Rp 2 ribu per bulan bergantung pada besaran swadaya.
“Madrasah Diniyah Miftahul Huda berdiri karena usulan masyarakat pada kiai. Kiai akhirnya rembugan dengan santri senior. Jadi awalnya didirikan secara swadaya,” katanya.
Bersama 3.145 guru ngaji se Kabupaten Cilacap, Sulaiman Jufri akhirnya menerima hibah insentif dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Pondok Pesantren Al Fiel, Kesugihan Cilacap. Mereka menerima bisyaroh Rp 1,2 juta dalam setahun yang akan diterima per triwulan. Jufri merasa sangat bersyukur karena akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah.
“Kami tidak mengharap insentifnya, karena selama ini pun tanpa hibah dari pemerintah Madin juga berjalan, tapi perhatian pemerintah pada guru ngaji dengan pemberian insentif ini luar biasa. Karena kan kami membangun akhlak anak-anak. Belum menerima saja sudah sangat semangat. Karena kami menunggu sudah bertahun-tahun. Memang sebenarnya bergantung pada pemerintah untuk merealisasikan ini, karena memang ini kewajiban pemerintah,” katanya.
Selain guru ngaji di Cilacap, Pemprov Jateng juga telah menyerahkan insentif untuk guru ngaji di Pati, Kota dan Kabupaten Semarang, Magelang, Purworejo, Purbalingga dan lainnya. Pada tahun anggaran 2019 ini Pemprov Jateng telah mengalokasikan dana Rp 205 miliar untuk 171.131 guru ngaji. Ganjar berharap kualitas guru ngaji di Jawa Tengah mampu mengikuti perkembangan zaman agar mampu memberi pengajaran pada anak-anak secara tepat.
“Semoga memberi berkah. Masa depan bangsa ini bergantung pada anak-anak kita. Nah Budi pekerti, akhlak anak-anak kita bergantung pada guru ngaji ini,” katanya.
Ganjar juga mengatakan, program ini merupakan janji politiknya bersama Taj Yasin Maimoen saat kampanye Pilgub 2018 silam. Bersama putra KH Maimoen Zubair tersebut, Ganjar bertekad memberi perhatian khusus pada guru ngaji di Jawa Tengah.
“Ini saya lagi menjalankan janji politik sama Gus Yasin. Ketika mau maju dulu, saya ditanya sama Bu Megawati dan akhirnya ketemu Gus Yasin. Bareng Gus Yasin rembugan, program apa yang mau kita jalankan. Dan ketemu yaitu memperhatikan guru ngaji. Karena ini janji politik maka harus saya jalankan. Saya yang bagi saja seneng, apalagi yang menerima,” katanya. (sup)