Jakarta,Koranpelita.com
Tanaman kumis kucing, keci beling atau air kelapa yang direbus selama ini diyakini masyarakat dapat memecahkan batu ginjal. Akibatnya mereka menggunakannya sebagai obat batu ginjal. Padahal hingga kini tidak ada obat-obatan yang bisa menghancurkan batu ginjal, baik kimia maupun obat obatan tradisonal. Karena itu, para dokter diminta memberikan edukasi yang tepat kepada pasien agar mereka tidak ambil risiko dengan penyakit batu ginjalnya.
“Dokter di lapangan pasti banyak menjumpai adanya pasien batu ginjal yang menggunakan obat tradisional seperti tanaman kumis kucing, keci beling atau air kelapa yang direbus untuk mengobati batu ginjal,” kata Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals dr Anggie Novaldy Sp, U usai acara Doctor’s Lunch Talk With dr Anggie Novaldy, Sp.U dengan tema Batu Saluran Kemih dan Pembesaran Prostat yang digelar Siloam Hospital TB Simatupang, Kamis (27/2/2020).
Tanaman-tanaman tersebut kata dr Anggie, selama ini diyakini masyarakat dapat memecahkan batu ginjal. Akibatnya mereka menggunakannya sebagai obat batu ginjal. Keyakinan tersebut lanjut dr Anggie, membuat pasien batu ginjal menunda bahkan enggan mendatangi dokter urologi. “Mereka yakin bahwa dengan mengonsumsi kumis kucing atau tanaman keci beling, batu ginjal bisa hancur kemudian luruh bersamaan dengan keluarnya air kencing,” ujarnya.
Akibatnya banyak pasien batu ginjal yang datang dalam kondisi sudah parah. Mulai dari nyeri hebat saat kencing, hingga pingsan. Padahal, jelas dr Anggie, kandungan zat yang ada dalam tanaman-tanaman tersebut sifatnya hanya bersifat diuretik atau memicu pasien banyak kencing. Harapannya dengan sering kencing dan dalam jumlah banyak, batu ginjal akan ikut terbawa keluar.
Menurut dr Anggie, untuk batu ginjal yang ukurannya sudah cukup besar tentu itu tidak mudah mengeluarkan lewat kencing, meski bisa saja terjadi. Terapi yang bisa dilakukan untuk pasien batu ginjal lanjut dr Anggie, tentu tergantung besar kecilnya batu. Jika sudah besar dan sangat mengganggu, menimbulkan nyeri hebat, maka pengobatan dengan cara mekanis seperti operasi pengambilan batu ginjal, penggunakan sinar laser menjadi solusi yang tepat.
dr Anggie mengingatkan meski batu ginjal berhasil dikeluarkan, potensi pasien batu ginjal untuk mengalami kekambuhan masih ada. Terutama jika pasien tidak menjaga gaya hidupnya. “Karena itu amat disarankan pasien batu ginjal mengubah gaya hidupnya setelah ada terapi gatu ginjal,” jelasnya.
Perubahan gaya hidup yang dimaksud misalnya memperbanyak asupan cairan (minum), menghindari makanan yang berisiko munculnya batu ginjal, memperbanyak aktivitas fisik, diet kalsium untuk pasien yang terkena batu ginjal karena kebanyakan kalsium, atau diet makanan yang mengandung asam urat tinggi untuk pasien batu ginjal yang disebabkan oleh asam urat.
Adapun gejala batu ginjal yang harus diwaspadai adalah nyeri pinggang yang tiba-tiba, bersifat hilang timbul, terasa dalam tajam dan menjalar. Nyeri pinggang ini sering muncul pada malam hari antara pukul 01 atau 02 dinihari dimana hormone tengah memproduksi urin dengan aktif.
Nyeri pinggang tersebut kadang disertai mual dan muntah-muntah. Rasa sakit disertai demam dan meriang. Kencing berdarah, dan susah buang air kecil, atau buang air kecil tidak tuntas disertai mengedan. (Vin)