Cianjur – Gempa dengan kekuatan magnitudo 5,6 mengguncang Cianjur pada 21 November 2022. Rumah, gedung, dan bangunan lainnya banyak yang hancur porak-poranda akibat gempa tersebut. Selain meruntuhkan bangunan, gempa Cianjur juga memporak- porandakan dan meruntuhkan hati para korbannya.
Salah satu dari sekian banyak hati yang ikut porak-poranda akibat gempa Cianjur adalah Yuyun Kurniasari. Ia termasuk korban yang selamat dalam musibah tersebut.
Yuyun Kurniasari adalah penyintas Gempa Cianjur sekaligus Guru SMKN 1 Cianjur. Meski selamat atas gempa tersebut, namun nyawa sang putri bungsu tak bisa diselamatkan. Putrinya meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Musibah gempa Cianjur ini tidak serta-merta menghilangkan rasa trauma di hati Yuyun Kurniasari. Pernyataan bela sungkawa dan kata pelipur lara, nyatanya tidak bisa menjadi obat untuk menyembuhkan dari sakitnya kehilangan.
Menurut Yuyun, kepergian putri kecil di usianya yang masih belia, adalah puncak dari segala duka. Cianjur yang mulai berbenah nyatanya masih menyisakan duka yang teramat dalam. Perlahan, duka itu meningkat menjadi trauma dan membuat hidup semakin terpuruk. Air mata, ketakutan, kecemasan, dan rasa bingung, adalah teman setia yang menemani setiap saat.
Diambang rasa putus asa, Pertolongan Allah SWT tiba tanpa terduga. Tim dari Dinas Psikologi TNI-AD datang ke tempat pengungsian dan membuka secercah gundah yang sudah membuncah di dada Yuyun.
Bercerita, Yuyun Kurniasari berkeinginan mengikuti kegiatan trauma healing atau pemulihan trauma. “Saya mencari informasi mengenai jadwal kegiatan tersebut pada seorang teman yang aktif di kegiatan Jabar Bergerak. Qadarullah, akhirnya terhubung dengan tim dari Dinas Psikologi TNI-AD yang sedang melakukan kegiatan di lokasi bencana. Tak hanya sampai disitu Allah mudahkan, Alhamdulillah syukur kepada yang Maha Kuasa, tim psikolog justru yang akan datang ke lokasi pengungsian di Campaka yang jaraknya ± 22 km dari Cianjur kota.”
Dinas Psikologi TNI-AD kemudian mengirim lima orang anggota yang tergabung dalam Tim Satgas 2 Gulben Cianjur Dinas Psikologi TNI-AD. Kelima orang anggota tersebut adalah Kapten Ginanjar, Kapten Yudha, Lettu Raden, Letda Hendi, dan Serda Ari.
Selasa, 20 Desember 2022, atau 29 hari pasca peristiwa tersebut, Lettu Raden dan Serda Ari datang ke Campaka untuk memberikan dukungan psikososial.
“Lebih dari satu jam psikolog Lettu Caj Raden Chaerul Mostavan, memberikan dukungan psikososial kepada saya. Lettu Raden panggilan akrabnya adalah seorang psikolog yang sangat sopan dan rendah hati, demikian juga halnya dengan Serda Ari yang berasal dari Solo,” paparnya.
Pertolongan Allah melalui dukungan psikososial dari Lettu Raden membawa perubahan yang sangat signifikan dalam hidup Yuyun Kurniasari. Badan dan pikiran terasa ringan, ketakutan dan kecemasan berkurang.
Lettu Raden kemudian mengajak untuk pergi ke lokasi bencana. Mereka bertemu langsung di lokasi bencana setelah Lettu Raden dan tim melaksanakan kegiatan di Cijedil. Pasca pemulihan trauma, Yuyun Kurniasari mengaku emosinya sudah stabil, tak ada lagi rasa trauma mendalam saat melihat kembali reruntuhan bekasi gempa Cianjur. “Alhamdulillah, emosi terasa normal saat melihat rumah yang ambruk,” tuturnya.
Sebelum dilaksanakan dukungan psikososial yang kedua, Lettu Raden dan tim mengajak berkeliling melihat kondisi rumah lain dan tenda pengungsi. Selain Lettu Raden, hadir pula Kapten Yudha dan Letda Hendi, sedangkan yang lainnya mengikuti acara penutupan tanggap darurat bencana di Pendopo Kabupaten. “Apa yang Ibu rasakan setelah melihat kondisi tetangga?” tanya Lettu Raden.
Yuyun Kurniasari pun mengungkapkan isi hati,enceritakan kembali detik-detik dirinya saat menjadi korban gempa Cianjur yang harus hidup mengungsi, ditinggal wafat putri tercinta.
“Ketika melihat pengungsi berdesak-desakan di tenda sederhana itu, lidah terasa kelu, kata tak bisa berucap. Entah bagaimana keadaan mereka di saat malam atau hujan. Entah apa yang mereka rasakan. Terbersit rasa syukur karena tidak mengalami kondisi seperti mereka karena saya dievakuasi ke rumah saudara. Tidak seperti meraka, saya dapat tidur, makan, dan melaksanakan aktivitas sehari-hari lainnya secara normal.”
Mendengar curating hati Yuyun Kurniasari, Lettu Raden memberikan kata-kata motivasi yang masih diingatnya sampai sekarang. “Berdamailah dengan keadaan. Berdamailah dengan sesama. Berdamailah dengan masa lalu, karena ada masa depan yang harus dihadapi.”
Benar, kini saatnya bangkit dan berdamai untuk menjalani hidup yang bergerak ke depan. Peristiwa ini bukan untuk diratapi, banyak hal yang bisa dilakukan yang membuat hari-hari lebih bermakna. Tak selamanya hidup memang indah, tapi tak selalu juga hidup penuh gundah, dan diantara kegundahan itu pasti ada hal yang patut disyukuri entah sekecil apapun.
Ada perasaan yang sulit digambarkan manakala bertemu lagi dengan sesama korban. Mendengarkan mereka bercerita, berkeluh kesah, dan berharap. Untuk para penyintas korban gempa, siapapun dan di manapun inilah saatnya untuk menghidupkan rasa peka, peduli, dan empati. Bangkitlah! Berdamailah!
Ungkapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Satgas 2 Gulben Cianjur Dinas Psikologi TNI-AD atas semua bantuannya, baik untuk pribadi maupun untuk semua warga yang terdampak, terutama orang-orang yang ada di posko. Semoga kebaikan yang diberikan menjadi pembuka pintu keberkahan di dunia dan bernilai kekal sampai di hadapan-Nya. Aamiin.