Jakarta,Koranpelita.com
Rumah makan sambal Bu Nik, dengan konsep pilih sendiri lauknya hadir di Pamulang, Tangerang Selatan. Ada 25 item yang bisa dipilih dengan harga mulai dari 10k. Untuk lalapan dan sambal bisa nambah sepuasnya. Pilihan sayur lalapannya komplit!
Nah yang unik disini, sambelnya dibuat dadakan pake tomat rampai yang beuhhh makyos rasanya. Bakal cocok buat penikmat pedas!
Bukan itu saja, potongan lauknya juga gede-gede. Ada Ayam, Burung Puyuh, Nila, Lele, Belut, Bebek, Peda yang bisa dipilih dan sayur asam.
Sambal Bu Nik juga menyediakan aneka daun lalapan melimpah dan gratis seperti: terong ungu, daun popohan, kubis, kemangi, daun petai muda, ketimun, selada, dan special ada petai hutan atau kabau atau jaling jaling yang langka, diambil dari hutan Sumatra.
Selain itu disediakan nasi putih yang harum dan pulen, karena beras yg dipakai kelas premium. Nasinya juga gratis, ambil sendiri sekenyangnya, kalo kurang bisa nambah.
Sambal Bu NIK yang omzetnya langsung meroket ini, membuka cabang kedua di Ruko Pamulang Permai, Tangerang Selatan.
Dengan total Investasi mulai Rp 450 juta untuk paket usahanya, tergantung harga sewa tempatnya. Hebatnya omset Sambel Bu Nik Pamulang yang baru hitungan hari sudah setara dengan Sambel Bu Nik Jatiasih yang buka pertama.
Hanya berbekal marketing organik, pasang spanduk dan papan nama yg besar, posting feed story IG FB Tiktok, tanpa iklan berbayar, bisnisnya langsung melejit.
“Saya maunya kayak Pecel Lele Tenda buka outlet, buka aja. Gak usah ada acara macem-macem, promo macem-macem. Kita test orang datang apa gak,”kata Ahmad DS, Direktur Marketing Sambel Bu Nik, di Pamulang, Tangsel, Rabu (23/11/22).
Menurut Ahmad, kalau dari marketing mix 4P. Sambel Bu Nik hanya mengandalkan 2P saja yakni: Product dan Place, sambel rampainya beserta pilihan 25 lauk yang bikin “lapar mata” dan pilihan lokasi outlet yang strategis.
“Lokasinya jangan sampai salah, kalau ada lokasi bagus saya akan bayarin berapapun harga sewanya, karena gak mungkin lokasi bagus harganya murah dan gak mungkin murah lokasi yang bagus,” tegas Ahmad.
Sedangkan Price dijadikan “gimmick” saja dengan menuliskan di spanduknya “mulai Rp. 10.000” yang memberikan kesan murah. Nyatanya hampir tak ada pelanggan yang memanfaatkan menu Rp 10.000-an itu, entah karena “laper mata” atau gengsi karena sajiannya yang prasmanan.
“Saya perhatikan selama sebulan ini, pelanggan awalnya masuk kebanyakan terprovokasi oleh kata Sambel Bu Nik Rp. 10 ribu dan terlihat ramai dengan parkiran penuh,” tuturnya.
Berbeda dengan resto lainnya, Sambel Bu Nik menyajikan 25 macam lauk terutama ikan asin. (foto : KP).
Anda juga akan disuguhkan atraksi pegawai nguleg sambal.
Sambal dadakan yang langsung di ulek oleh pegawainya. (foto : KP)
Sensasi sambal dadak dengan tomat rampai dan terasi bangka begitu menggoda, sensasi “umami” pedas asin gurih menempel di ujung lidah sampai rongga tenggorokan.
“Pas banget dengan nasi panas pulen dan ikan atau ayam yang fresh tak pernah sekalipun masuk freezer. Suegerr sampai ke daging dagingnya,” ujarnya.
Untuk menjaga standar kualitas produk dan layanan, sudah betul pilihan Sambel.Bu Nik dengan sistem kemitraan swakelola, dimana investor tidak terlibat dalam pengelolaan bisnis. 100% bisnis dikelola manajemen Sambel Bu Nik.
Investor tinggal menikmati bagi hasil 50% dari nett profit setiap bulannya. Bagaikan punya deposito di bank, tinggal nunggu transferan masuk ke rekening.
“Saya yakin dengan dukungan manajemen operasional yang kokoh, dan dengan leadership yang “steady” Sambel Bu Nik akan melaju bukan hanya kencang namun konsisten dengan ekspansi cabang yang terukur. Hanya 1 cabang dalam 1 bulan dan sementara hanya fokus di Jabodetabek,” ujar Ahmad DS.
Ahmad sangat menyadari, tentu saja di setiap bisnis ada risikonya. Kalau pun tidak mencapai target, manajemen dan investor akan memindahkan lokasi usahanya ke lokasi yang lebih prospek dengan sistem gotong royong.
Ini jarang ada di sistem kemitraan manapun, biasanya kalau rugi dan mau pindah lokasi itu urusan mitra, pemilik merek gak mau tahu.
“Manajemen Sambel Bu Nik juga cukup berhati-hati karena hanya sebagian outlet yang akan dilepas kepemilikannya ke investor. Sebagian besar outlet dimiliki sendiri. Ini tentunya strategi cerdas untuk mengamankan keberlanjutan bisnis dan “bergaining power” dengan investor,” terang Ahmad.
Kalau manajemen punya outlet sendiri dalam jumlah banyak maka mitra investor akan lebih percaya dan tenang. Berarti pemilik merek sangat yakin dengan prospek bisnisnya.
Dalam waktu dekat Sambel Bu Nik akan membuka cabangnya di Citayam Depok, Lenteng Agung Jakarta Selatan, Sawangan Depok dan Bekasi. (Vin)