Cara Mencintai Kain Nusantara

Sebulan yang lalu saya mendapat undangan dari Bank Indonesia yang dicetak cantik dengan nuansa tenun. Undangan menghadiri acara pembukaan Karya Kreatif  Indonesia (KKI) di Jakarta Convention Hall.

Tahun 2019, KKI digelar untuk keempat kalinya. Ini merupakan pameran kerajinan UMKM Unggulan binaan Bank Indonesia. Menampilkan berbagai kain dan asesoris pendukungnya serta makanan khas berbagai daerah dari UMKM unggulan binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia.

Sementara Peragaan Karya Kreatif menampilkan karya desainer Indonesia dengan produk kain UMKM binaan Bank Indonesia. Kolaborasi manis ini, menambah nilai citarasa kain yang dibuat oleh para pengrajin UMKM.

Bagi saya, ini bukan sekadar undangan, tapi sekaligus bagian usaha mencintai kain Nusantara. Apalagi, acara peragaan desainer daerah ini dibuka oleh sahabat yang saya kagumi yang menduduki jabatan tinggi di Bank Indonesia. Selain itu, saya juga bisa sekaligus reuni dengan beberapa teman dari lembaga dimana saya telah mengabdikan diri selama 30 tahun.

Lalu, di luar semua itu, sudah pasti seru karena ada keasyikan yang penuh sensasi bisa belanja kain kain Nusantara bersama ibu-ibu yang secara finansial mandiri.

Meskipun acara peragaan karya desainer baru dimulai jam satu siang, saya dan beberapa teman sengaja datang lebih awal. Tujuannya ya itu tadi, melihat aneka kain yang dipamerkan, dan kalau cocok ya sudah pasti, beli.

Begitu memasuki ruang utama pameran, segeralah naluri perempuan histeris. Terhipnotis oleh penataan yang sangat cantik, bahkan sejak dari pintu depan.

Sebelum masuk, kami bergaya lebih dulu di depan booth KKI untuk kenang-kenangan.

Bersebelahan dengan arena pameran (posisinya ada di luar ruang pamer) tersedia berbagai kuliner daerah. Yakinlah, melihatnya akan langsung memilih salah satu booth, bukan hanya memanjakan lidah tapi sekaligus memanjakan kenangan pada sajian seperti seperti gudeg Yu Djum dari Yogya, Soto Kirana dan Sate Buntel berikut tengkleng dari Solo.

Tapi saya memang tidak bisa langsung duduk dan menyantap makanan-makanan menggoda itu. Sebab, hari masih terlalu pagi. Jadi, saya memutuskan untuk langsung menuju lokasi pameran.

Sampai di arena pameran, semua tersedia. Termasuk alat peraga membatik bagi pengunjung yang ingin belajar membatik. Di sudut lain, tersedia berbagai stand pembayaran digital yang memanjakan pengunjung untuk membeli dengan potongan harga atau cash back yang menarik.

Hemm…potongan harga. Siapa yang tidak mau dengan penawaran ini. Jadilah, saya segera mendaftar ke salah satu aplikasi e commerce yang menawarkan cash back 50% dengan maksimum Rp 250.000. Wow… belanja makin asyik dan seru nih.

Booth pertama yang saya kunjungi adalah tenun ikat Ina Ndao. Tenun cantik karya pengrajin NTT yang dikumpulkan oleh Ina Ndao, terlihat menggoda. Nanti dulu. Saya lewati tenun ikat NTT.

Lalu, langkah membawa ke booth  Batik Dwihadi Solo. Ingin kembali melangkah, tapi rasanya tak tahan untuk tidak membeli. Sepotong kain batik menjadi bawaan pertama.

Selanjutnya saya melihat booth tas anyaman kulit Ronokenes dari Semarang. Saya sempat berfoto dengan pak Soekowardoyo dari Bank Indonesia Jawa Tengah. Tak lupa saya mengunjungi kain songket dan jumputan karya Tuan Kentang dari Sumatra Selatan. Lagi-lagi satu stel jumputan masuk dalam tas belanjaan.

Ah, rasanya waktu terlalu cepat berlalu. Tiba-tiba saja, telah mendekati acara peragaan busana, sehingga memaksa saya menyudahi prosesi belanja-belanji. Segera, saya menuju tempat peragaan busana yang menyenangkan itu.

Ibu Rosmaya Hadi, tampil memberikan sambutan. Deputi Gubernur Bank Indonesia ini, menyampaikan tujuan pameran Karya Kreatif Indonesia antara lain untuk meningkatkan nilai tambah kain tradisional menjadi produk unggulan daerah.

Menonjolkan aspek otentitas budaya daerah, adalah hal penting menurut Bu Rosmaya. Juga, meningkatkan peran UMKM guna mendukung perekonomian Indonesia.

Selesai sambutan, peragaan busana pun dimulai. Saya terpesona menyaksikan peragaan busana karya desainer Indonesia yang kreatif menciptakan paduan kain-kain daerah menjadi busana yang cantik dan memikat. Ada lurik dari Yogya, songket dari Aceh, kain tanjung dari Sumatera Selatan dan tenun masalili dari Sulawesi Tenggara.

Meskipun busana yang diperagakan begitu cantik namun sepertinya tidak bisa saya miliki karena pasti tidak muat di tubuh saya yang berbobot ini. Namun untuk menghibur diri, setelah acara peragaan usai, saya dan ibu Rosmaya beserta teman-teman segera berfoto di catwalk bagaikan peragawati profesional dengan busana seadanya. Tentunya menjadi kebahagiaan bagi kami semua bisa berfoto bersama ibu Rosmaya.

Setelah berfoto aneka gaya, saya masih melanjutkan mengunjungi beberapa booth untuk sekadar melihat lihat aneka kain nusantara yang dipamerkan.

Selanjutnya setelah puas berkeliling pameran, saya menikmati kuliner daerah yang disediakan gratis bagi peserta undangan. Ada berbagai pilihan soto udang galah Medan, bebek sinjay Madura, gado gado siram Kartini, martabak kubang, lepeut oncom dan masih banyak lagi yang disajikan.

Sambil meresapi kuliner, ada kebanggaan menyusup. Bangga karena saya pernah menjadi bagian dari lembaga tercinta sekaligus masih dikenal oleh para yunior yang masih aktif bekerja di Bank Indonesia.(*)

About redaksi

Check Also

Pangdam IV/Diponegoro Berikan Motivasi dan Semangat Kepada Prajurit Brigif 4/DR dan Kodim 0712/Tegal

Tegal,KORANPELITA.COM – Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Deddy Suryadi, S.I.P., M.Si., bangkitkan motivasi dan semangat Prajurit …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca