Sanggar Pandansari Memukau Panggung Kahanan di Kendal

BERTEMPAT di Pendopo Tumenggung Bahurekso Kendal, Rabu (21/4), Panggung Kahanan mengawali ‘serial’ roadshownya ke beberapa kota seperti Kendal, Pati, Magelang, Cilacap, Solo dan Pekalongan. Sebagai sebuah event kesenian yang digagas utamanya oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Panggung Kahanan merupakan konsep acara seni melalui platform digital sebagai medium berkarya, ngurip-nguripi kesenian di tengah situasi pandemi. Dan secara praksis, acara tersebut disiarkan langsung melalui Youtube dan juga akun facebook Ganjar Pranowo.

Pada tampilan roadshow perdana tersebut, Panggung Kahanan secara umum terlihat kering, baik dari sisi tampilan (kemasan) maupun isian. Nama-nama besar macam Jason –Pop Academy Indosiar- dari Salatiga, Fadia –Pop Academy Indosiar- dari Semarang maupun si Ratu Gendang Motik Nada dan juga tampilan Behold Band dari Semarang tak mampu memberikan sentuhan baru, khususnya bagi iklim kesenian di Kendal yang tengah sempoyongan akibat covid 19. Untung saja ada Sanggar Tari Pandansari yang dengan kreatifitas kekiniannya menampilkan sajian komposisi Laskar Tetas.

Laskar Tetas menurut Apriskah, Penata Tari, berbicara tentang pengharapan bahwa mereka sebagai ‘tentara kebudayaan’ memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menetaskan generasi baru yang memiliki kepedulian akan jalan dan terjaganya kebudayaan. Nampak sekali dari pola lantai dan pola gerak yang dipresentasikan oleh lima penari perempuan tersebut sengaja memadukan unsur-unsur kreatifitas baru dan keelokan tradisi. Sehingga dari sini muncul satu sajian tari kontemporer yang indah, bertenaga dan bernas!

Barangkali pada sisi ini memang tidak mengherankan. Sanggar tari yang bermarkas di Bebengan, Boja, Kendal tersebut memang telah memiliki jam terbang yang lumayan. Berdiri sejak tahun 1992, Sanggar Pandansari telah menciptakan ratusan komposisi. Dan pada kali ini, Apriskah adalah generasi kedua dari pendiri sanggar tersebut.

Tentang pandemi yang kini tengah ‘menyerang’ industri kreatif di Indonesia, Apriskah menanggapi dengan enteng. “Tentang pandemi ini sebenarnya tidak berpengaruh. Kami tetap saja melakukan pementasan tahunan, juga pentas-pentas yang lain. Kami tetap berkarya seperti biasa,” katanya. Lebih jauh Apriskah menjelaskan bahwa pementasan yang dilakukan selama pandemi ini ini bersifat virtual dan dengan penonton yang terbatas. “Bagi kami yang penting tetap menjaga dan memenuhi protokol kesehatan. Selama itu tidak mengganggu kreatifitas kami, ya tetap kami jalankan.”

Selain berisi tampilan musik dan tari, Panggung Kahanan serial roadshow ini juga menyediakan apa yang disebut Lapak Umkm Lapak Ganjar dan juga dialog secara virtual dengan Ganjar Pranowo. Yang menjadi catatan dari panggung ini adalah kurang variatifnya tampilan. Dan yang lebih penting lagi Panggung Kahanan justru harus secara total menampilkan seniman atau pekerja seni setempat. Dengan demikian slogan ‘ngurip-nguripi kesenian di tengah situasi pandemi’ tidak hanya sekadar pepesan kosong! (Kelana/dohand)

About editor

Check Also

Gedung Perpusda Jateng Diperluas, Dorong Literasi dan Minat Baca Masyarakat

SEMARANG,KORANPELITA – Proyek perluasan gedung dan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Perpustakaan Daerah (Perpusda) Jawa …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca