Serius. Ini serius. Banyak yang terheran-heran, tak menyangka, dan bertanya-tanya ketika saya menginginkan untuk diroasting. Seorang teman, bahkan mengatakan bahwa seumur-umur bekerja di institusi ini baru sekali ini ada ide nyleneh.
Roasting dalam khasanah stand up comedy diartikan sebagai cara untuk menyindir orang lain. Menyindir cerdas, lewat komedi. Para komedian atau komika yang melakukan roasting sering disebut sebagai roaster.
Ide ini diawali dari saya mengikuti webinar internasional. Webinar tersebut mengulas tentang kondisi karyawan di masa pandemi. Bagaimana cara agar tetap sehat, baik jasmani maupun rohani, sehingga berkinerja baik. Hampir semua negara, melakukan pembatasan untuk meminimalisir penularan covid-19. Menghindari kerumunan, dengan menyarankan untuk bekerja dari rumah.
Pembatasan-pembatasan tersebut memang diakui cukup efektif, menahan laju Corona. Namun, problematika baru muncul. Sebab, di rumah saja dalam rengtang waktu panjang, membuat banyak orang terserang kejenuhan, stres, dan frustasi.
Apa yang dibahas di webinar itu benar. Kita semua mengalaminya. Anak saya yang kedua sering sampai teriak, “ Ayah, aku bosaaaan di rumah terus.” Tentu ia ingin kuliah di kampus dan bertemu dengan teman-temannya.
Nah, sejak mendapatkan informasi dari webinar dan merasakan tak enaknya kurang piknik, saya mencari acara apa yang pas untuk bisa mengurangi tingkat stres insan BPJAMSOSTEK.
Ada pilihan membuat pergelaran musik virtual. Dengan musik diharapkan semua bisa ikut bernyanyi dan stres tak ada lagi. Namun ada beberapa kelemahan dari pagelaran ini. Pertama, setiap karyawan memiliki selera musik yang berbeda-beda. Kedua, ada karyawan yang malah tambah stres jika disuruh ikut menyanyi bersama karena suaranya yang fals.
Saya lalu mencoba menjajagi ide yang agak tidak biasa yaitu roasting. Ya, saya ingin menjadi korban untuk di-roasting oleh karyawan sendiri. Rasanya acara seperti ini bisa dinikmati semua karyawan.
Lalu di akhir November 2020, saya meminta pendapat tentang ide dan keinginan diroasting ini kepada Pak Ongky yang berada di BPJS Ketenagakerjaan Institute. Saya masih menyimpan pembicaraan saya ke Pak Ongky lewat aplikasi.
“Pak, saya pengin ngadain acara dimana saya diroasting oleh karyawan. Itung-itung, membekali saya dengan kesan, sebelum saya pamit pensiun dari institusi ini. Rasa-rasanya akan seru jika bisa diselenggarakan, misalnya dipilih tiga orang yang pandai dalam stand up comedy. What do you think Pak?”
Seolah belum percaya dengan ide tak biasa ini, Pak Ongky menanyakan keseriusan saya yang meminta diroasting. Lebih dari itu, ia pun menanyakan konsep yang diinginkan seperti apa.
Saya menjawab bahwa saya ingin dikritisi secara cerdas oleh karyawan dalam format stand up comedy. Sebagai atasan tentu ada kekurangan dan hal yang perlu diperbaiki. Kritik dan masukan ini penting untuk perbaikan ke depan. Jadi saya rela dan pengin banget di-roasting oleh insan BPJAMSOSTEK.
Dulu, saya pernah meminta masukan dan kritik dengan cara ditulis tanpa diberi nama siapa yang mengkritik. Cara itu tentu tak menarik lagi bagi kaum milenial. Dan, roasting menjadi cara baru yang lebih atraktif.
Di dalam acara tersebut, saya akan berada di ruangan yang sama dengan yang meroasting agar terlihat apakah rostingannya sampai gosong atau hanya setengah matang saja. Lebih seru lagi acara ini dapat dinikmati oleh seluruh karyawan secara virtual. Inilah tujuan acara roasting yaitu menghibur
Sementara itu tentu perlu diatur tata krama dalam me-roasting. Saya sampaikan content yang dibawakan oleh roaster tidak boleh menyangkut SARA ataupun berbau pornografi. Demikian garis besar arahan atas konsep yang terfikir san saya sekaligus minta tolong ke Pak Ongky mematangkan konsep tersebut, termasuk tempat, layout, seleksi roaster dan sebagainya.
Dan, saya tidak salah meminta bantuan Pak Ongky untuk bisa merealisasikan acara roasting ini. Tak lama dari pembicaraan, Pak Ongky telah membuat mind map untuk acara roasting ini secara lengkap. Semuanya sudah difikirkan seperti acaranya seperti apa formatnya, dimana lokasinya, audience-nya luring dan daring, siapa yang akan menjadi roaster atau komika, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, dan publikasinya menggunakan media apa.
Untuk kelancaran acara, tentu saya menyampaikan keinginan ini pada berbagai pihak seperti kepada Pak Desto, atasan dari Pak Ongky, dan Pak Naufal Mahfudz Direktur Umum dan SDM. Ternyata gayung bersambut, bahkan diusulkan ada bintang tamu yang memiliki kompetensi sebagai komika.
Setelah melalui rapat virtual, disepakati poin penting atau tujuan dari acara seru ini. Kita semua tahu bahwa Mental Health menjadi isu hangat yang dibicarakan di seluruh dunia, sebagai salah satu hal yang terdampak sangat besar oleh pandemi Covid-19.
Pada sebuah organisasi (lembaga/instansi/perusahaan), kesehatan mental karyawan ini menjadi penentu apakah organisasi tersebut akan bertahan, melalui, dan melejit dengan membawa keberhasilan mengalahkan dampak buruk pandemi, atau menjadi sebaliknya.
Di awal tahun 2021, sangat penting bagi kita untuk mengawalinya dengan optimisme, kepercayaan, dan keceriaan menjalani masa pandemi Covid-19 yang semoga lekas berakhir. Kegiatan piknik virtual yang dikemas dalam acara “NKS diRoasting!” ini adalah salah satu upaya dan momentum membawa seluruh karyawan BP Jamsostek ke dalam sikap positif, ceria, serta percaya diri menyambut Tahun Baru 2021.
Pertanyaannya siapa yang berani me-roasting NKS? Di tulisan lanjutan, akan tergambar siapa saja yang berani, berbakat, dan nekat me-roasting direkturnya serta bagaimana serunya acara NKS Di-roasting ini.
Salam sehat dengan terapi tertawa lewat stand up comedy