Jakarta, Koranpelita.com
Politisi senior Zainal Bintang “membongkar” cara kerja lembaga survei yang melakukan hitung cepat atau quick count Pilpres 2019.
Zainal menjaleskan, jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh Indonesia sekitar 840 ribu. Dan hanya melalui sampling antara 2.000 sampai 3.000 TPS, lembaga survei sudah mempublikasikan hasil perolehan suara paslon 01 Jokowi-Maruf dan paslon 02 Prabowo-Sandi.
Fakta selanjutnya, publilasi dilakukan hanya dua jam setelah pencoblosan dimulai di seluruh Indonesia. Dan publikasi hasil quick count itu disiarkan secara masif oleh televisi-televisi nasional siang dan malam membombardir otak masyarakat.
Akibatnya menurut Zainal, hal tersebut mau tidak mau telah membentuk persepsi dalam hati masyarakat bahwa pemenangnya adalah paslon yang memperoleh suara lebih banyak.
“Ingat, pada saat quick count dipublikasi saat itu proses pencoblosan masih berlangsung. Artinya masih dinamis. Padahal ketika quick count dibuat jumlah pemilih yang sudah mencoblos baru beberapa puluh persen. Pergerakan pemilih masih berjalan,” tuturnya.
Namun apa boleh buat, masyarakat sudah terpapar publikasi masif yang merugikan salah satu paslon di sisi lain menguntungkan paslon tertentu.
“Fenomena ini jelas-jelas adalah tirani quick count. Dan pertanyaannya, siapa sutradara di balik skenario yang tidak adil ini?” demikian Zainal Bintang. (ist/esa)