Jakarta,Koranpelita.com
Perekonomian menjadi tulang punggung yang mendorong perkembangan suatu negara. Peran para pelaku usaha dari berbagai sektor sangat penting untuk menjaga roda ekonomi tetap berputar.
Didukung perkembangan teknologi yang canggih serta kemudahan dalam mengakses informasi, kini semua orang bisa menciptakan peluang usahanya sendiri. Dalam hal ini, daur ulang sampah menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar bagi negara.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dikutip oleh Databoks mengungkapkan bahwa bank sampah ikut andil dalam penyerapan tenaga kerja. Sebanyak 163.128 penduduk Indonesia bergantung pada sektor tersebut.
Pris Polly Lengkong, Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) memberi keterangan melalui media, sekitar 3,7 juta pemulung di 25 provinsi Indonesia mempertaruhkan hidupnya dari sampah plastik. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa jumlah bank sampah di Indonesia mengalami pertumbuhan selama tahun 2014-2018. Pada tahun 2018 terdapat 7.488 unit bank sampah yang tersebar di Indonesia.
Komposisi limbah sampah yang ditemukan sangat beragam. Bank Sampah Mandiri yang berlokasi di Kecamatan Cisauk, menjelaskan bahwa jenis sampah yang biasanya dikelola adalah plastik, kardus, kertas, koran, besi dan alumunium. Pengurus bank sampah tersebut juga menjelaskan bahwa jenis sampah paling banyak didominasi oleh sampah plastik. Terbukti dengan data volume sampah plastik dalam setahun bisa mencapai angka 648 kilogram.
Di antara banyaknya temuan limbah sampah, sampah plastik menjadi topik hangat yang kerap diperbincangkan. Terlepas dari begitu banyaknya anggapan negatif tentang limbah sampah plastik, limbah tersebut tetap tergantung pada cara pengelolaannya.
Dalam hal ini, peran bank sampah sangat penting untuk membantu proses daur ulang. Lewat pernyataannya pada media, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim, sempat menyampaikan bahwa bisnis daur ulang mencapai 400.000 ton per tahun. Tentunya, jumlah tersebut belum termasuk perusahaan daur ulang di luar anggota ADUPI.
“Ratusan orang menggantungkan hidupnya dari Bank Sampah Migunani Asri Madani. Kami memiliki anggota sebanyak 14 orang dan mitra pengumpul sampah sebanyak 181 orang. Para pengumpul sampah tersebut biasa mengumpulkan berbagai jenis sampah terutama sampah plastik. Kedepannya, kami berencana untuk bisa mendaur ulang sampah plastik menjadi biji plastik dan produk lain.” jelas Ibu Istiningsih selaku Ketua Bank Sampah Migunani Asri Madani yang berada di kecamatan yang sama, di Jakarta kemarin.
Label negatif terhadap keberadaan sampah plastik menutup sebelah mata kita. Di balik tumpukan sampah-sampah plastik yang menggunung, ada banyak pihak yang menggantungkan nasibnya pada sektor tersebut. Hal ini juga didukung oleh data lapangan bahwa di Kecamatan Cisauk, Banten, setidaknya terdapat 10 bank sampah. Setiap bank sampah memiliki mitranya masing-masing untuk mengumpulkan sampah. Salah satunya, Bank Sampah Bumi Hijau Cemerlang, memiliki 213 anggota dengan mitra pengumpulan sampah sebanyak 6 orang dari 6 titik.
Sampah plastik jenis tertentu bisa dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan. Menurut Bank Sampah Papandayan Indah, yang masih berada di Kecamatan Cisauk, mengaku salah satu jenis sampah yang bisa didaur ulang berbahan PET (Polyethylene Therepthalate) dan saat ini mereka masih mempraktekan upaya pendauran ulang sampah tersebut. Limbah sampah berjenis PET layaknya harta karun karena semua bagiannya dapat didaur ulang menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal ini juga didukung dengan data dari 5 bank sampah yang mengaku sampah plastik memiliki nilai jual relatif tinggi.
Lantas, bagaimana perjalanan sampah plastik bisa menjadi sesuatu yang bernilai?
Anggaplah kita merupakan konsumen yang rajin mengumpulkan sampah plastik. Salurkan sampah-sampah tersebut ke bank sampah dan kita akan mendapatkan Rp. 1.500 per kilogramnya. Kemudian, bank sampah akan menjualnya ke pengepul dengan nilai Rp. 2.500 per kilogram. Di tahap ini, sampah-sampah dari kita biasanya akan didaur ulang menjadi biji plastik. Setelah menjadi biji plastik, para pengepul menjualnya ke supplier pembuat benang, ember, gayung, bahkan kaos dan bernilai sebesar Rp. 5.000 hingga Rp. 7.000 per kilogram.
Mendaur ulang limbah sampah plastik kelihatannya memang bukan sebuah hal baru. Bank sampah dan para pengumpul sampah siap menampung limbah sampah plastik yang layak didaur ulang. Kerja keras mereka membantu pengurangan limbah sampah plastik memberi mereka peran ganda untuk mencukupi kebutuhan hidup, sekaligus menyelamatkan bumi dari pencemaran lingkungan. Sampah plastik memberikan mereka penghidupan dan turut berkontribusi dalam pergerakan perekonomian. Hal ini juga terbukti dari pengakuan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), total plastik daur ulang yang mereka lakukan telah diekspor ke luar negerti sebanyak 70 persen.(Vin)