Jakarta, Koranpelita.com
KH Salahuddin Wahid wafat, Indonesia berduka. Ketua MPR Bambang Soesatyo dan segenap keluarga besar MPR RI berkabung.
Gus Solah wafat Ahad (2/2) malam. Almarhum akan dikenang sebagai negarawan yang gigih menjaga dan merawat persatuan bangsa.
“Saya dan segenap keluarga besar MPR sangat berduka atas wafatnya Gus Solah. Almarhum tidak hanya dikenal sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang. Lebih dari itu, almarhum sudah menjadi tokoh panutan, karena Gus Solah selalu berbicara dan bekerja demi persatuan dan kesatuan bangsa. Almarhum pun selalu berbicara dan bekerja demi terwujudnya persatuan umat beragama,” kata Ketua MPR.
Maka, bukan hanya segenap keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) yang merasa kehilangan karena berpulangnya Gus Solah. Para sahabat almarhum dari berbagai kalangan dan Komunitas lainnya pun merasakan kehilangan, termasuk Partai Golkar. Nama almarhum tak akan pernah hilang dari catatan Partai Golkar. Sebab, pada pemilihan presiden tahun 2004, Partai Golkar meminang Gus Solah sebagai calon wakil presiden untuk disandingkan dengan calon presiden Wiranto.
Begitu juga dengan kami, para inisiator Hak Angket Kasus Bank Century DPR RI yang kerap berdiskusi dengan Gus Solah hingga kasus ini masuk ke pengadilan.
Selama hidupnya, Gus Solah sering menerima dan menampung keluh kesah dari beragam kalangan. Itu sebabnya, banyak komunitas menjadikan almarhum sebagai sosok pejuang martabat kemanusiaan. Dan, almarhum melakoni peran itu tanpa pamrih. Dia menyuarakan berbagai persoalan melalui sejumlah tulisan yang dipublikasikan, serta tak segan menyampaikan kritik yang konstruktif.
“Saya ikut merasakan kesedihan keluarga almarhum dan keluarga besar Nahdliyin. Dalam suasana duka ini, Saya dan rekan-rekan di MPR melantunkan doa agar keluarga dan komunitas Nahdliyin tabah serta merelakan kepergian almarhum Gus Solah,” demikian Ketua MPR. (humas)