Klaten, Koranpelita.Com
Sebanyak 600 Kepala Keluarga di Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten mengalami kekeringan akibat terdampak musim kemarau.
Sejak tiga bulan lalu, warga desa yang terletak di lereng Gunung Merapi itu kesulitan mendapatkan air bersih.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo Kamis (11/7) mengunjungi lokasi itu. Sambil memberikan bantuan air bersih sebanyak 30 tangki kepada masyarakat, kedatangan Ganjar ke lokasi juga untuk mencari solusi jangka panjang mengatasi kekeringan di wilayah itu. Sebab, setiap musim kemarau, desa tersebut selalu dilanda kekeringan.
Dari warga, relawan BPBD dan Kepala Desa, Ganjar mendapatkan informasi bahwa di bawah desa, terdapat sumber mata air. Namun, warga kesulitan untuk mengalirkan air dari bawah menuju ke desa Balerante. Selain cukup jauh, desa lokasi desa Balerante paling tinggi diantara desa lain.
“Sebenarnya ada sumber air pak, tapi letaknya di bawah desa dan cukup jauh. Jadi sulit mau ditarik ke atas. Biayanya juga pasti mahal,” ucap Sukono,40, Kepala Desa Balerante.
Selain itu, Sukono mengatakan bahwa di desanya terdapat tanah desa seluas 5 hektare. Lahan itu dapat digunakan untuk pembuatan embung guna mengatasi kekeringan.
Mendengar hal itu, Ganjar langsung memberikan tantangan kepada Sukono untuk mengkaji dan menganalisis kemungkinan menarik air dari bawah menuju ke desanya. Selain itu, ia juga meminta agar Sukono segera mengajukan proposal pembuatan embung.
“Coba dikaji, kemudian dihitung berapa biayanya. Setelah itu ajukan ke saya. Saya kasih waktu maksimal dua minggu untuk menghitung, kalau sudah ada nanti saya bantu. Soal anggaran, biar urusan saya dengan Bupati,” ucap Ganjar didampingi Bupati Klaten, Sri Mulyani.
Ganjar mengatakan, persoalan kekeringan memang kerap melanda warga di lereng gunung. Kalau di lereng Merapi ada Kabupaten Klaten, Magelang, sementara di lereng gunung Slamet ada Purbalingga dan sekitarnya.
“Solusinya ya menarik air sampai sini. Kalau posisi sumber air ada di atas desa, itu mudah. Persoalannya ini sumbernya di bawah, jadi agak repot. Tapi bisa dibuat bertingkat dan ada pompanya. Memang agak mahal, tapi nanti biar pak Kades menghitung,” terangnya.
Tantangan itu diberikan kepada Ganjar kepada Sukono karena ia barusaja dilantik menjadi Kades. Menurutnya, saatnya sekarang Sukono membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikan persoalan air di wilayah itu.
“Sebenarnya ini bisa dijadikan bisnis, bisa jadi Bumdes atau seperti Pamsimas (Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Tinggal ngitung saja berapa harganya, butuh diesel berapa, perawatan berapa dan lainnya. Saya minta segera diajukan, nanti saya carikan anggarannya,” pungkasnya.
Sementara itu, penyaluran bantuan air bersih yang dilakukan Ganjar disambut antusias masyarakat. Mereka berbaris antre dengan membawa ember untuk mendapat giliran jatah air.
“Senang sekali dapat bantuan air bersih dari pak Gubernur, biasanya saya sehari-hari beli air Rp150 ribu satu tangki. Itu habis dalam waktu 15 hari,” kata ibu Bejo,56, salah satu warga.
Dirinya mengatakan bahwa kekeringan yang melanda desanya sudah tiga bulan lebih. Biasanya, setiap musim kemarau, desanya mengalami kekeringan antara 5-6 bulan.
“Terimakasih sekali sudah ada bantuan, tapi yang bikin kami tambah senang karena tadi pak Gubernur menawarkan solusi jangka panjang supaya daerah sini tidak kekeringan lagi,” tuturnya. (sup)