Sampit, Koranpelita.com
Pagi itu cuaca Kota Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur ( Kotim) Provinsi Kalteng, agak mendung. Terlihat Ropibah( 49) perempuan berjualan buah di Pasar Pusat Perbelanjaan Mentaya ( PPM) Sampit tengah asyik berkomunikasi dengan menggenggam HPnya.
Itulah Ropibah, yang mengaku berjualan sejak tahun 1990 silam , dari berjualan rokok pakai gerobak hingga kini berjualan buah ia jalani dengan hati tulus.
Perempuan tiga orang anak dan memiliki tiga orang cucu ini, mengaku berjualan seperti ini untuk mengais rejeky dilakoninya sejak belum menikah hingga sekarang. Baginya, tak ada rasa sesal tentang garis hidup yang dijalaninya. Ia hanya. berpikir bagaimana setiap hari bisa berjualan membantu mencari nafkah sang suami yang bekerja sebagai tukang becak di Sampit.
Terlebih diperantauan ini, mereka tidak memiliki rumah melainkan menyewa untuk tempat tinggalnya sekeluarga.
Tetapi ia selalu mengucapkan rasa syukur kepadaTuhan yang telah memberinya kesehatan dan kesempatan menapaki kehidupan di muka bumi ini.
Masih bisa mencari nafkah membantu suami yang hanya seorang tukang becak itu.
Hampir 30 tahun berjualan rokok pakai gerobak dan buah seperti sekarang digelutinya, tapi ia tetap bersemangat karena hidup harus ditaklukan dan tidak ada keluh kesah.
Meskipun penaklukan akan hidup itu baginya hanya cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurut Ropibah, dalam menjalani hidup ini jangan hanya melihat keatas, tetapi juga ke bawah dan samping kiri-kanan supaya kita menjadi orang yang pandai bersyukur. Tersebab, waktu dan kesehatan itu hal yang sangat berharga dalam hidup ini.
Namun terkadang orang abai akan hal itu. Hanya dikala tua dan sakit menimpa, baru terasa betapa sungguh berartinya waktu dan kesehatan tersebut.
Kini, Ropibah asal Bangkalan Madura, hidup dalam perantauan di Sampit bersama suami yang hanya seorang tukang becak. Tetapi mereka telah memiliki harta yang sangat berharga yakni tiga orang anak dan tiga orang cucu.
Merekalah menurut Ropibah yang menjadi salah satu penyemangat dalam menjalani kehidupan ini. Meskipun dirinya hanya seorang penjual buah dan suaminya hanya seorang tukang becak.
Namun mereka telah menangkap makna hidup dan arti bersyukur atas semua anugerah dan cobaan dalam kehidupannya. ( Ruslan AG ).