Aliansi Kebangsaan: Empat Paradigma Dasar Laksanakan Pembangunan Guna Memajukan Peradaban Bngsa

Jakarta, Koranpelita.com

Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan bahwa kebhinekaan agama yang lahir dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia bukanlah satu kondisi hasil rekayasa manusia, belaka.

“Kita yakini bahwa ada campur tangan Tuhan di dalamnya,” tutur Pontjo pada Focus Group Discussion (FGD) bertema “Peran Agama dalam Memajukan Peradaban Bangsa” yang digelar kerjasama Aliansi Kebangsaan dengan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti secara daring pada Jumat (16/12/2022). FGD yang dimoderatori oleh Iif Fikriyati Ihsani tersebut menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A. Kepala OR IPSH BRIN, P. Dr. Philipus Tule, SVD, Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) dan Drs. I Ketut Murda Sekretaris Bidang Ideologi dan Kesatuan Bangsa PHDI.

Dari keberagaman ini lanjut Pontjo, tokoh-tokoh pendiri bangsa Indonesia kemudian meletakkan“empat-paradigma-dasar” untuk melaksanakan pembangunan memajukan peradaban bangsa kita, yakni: Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, konsep Negara Kesatuan RI, dan UUD 1945 yang berisi Pembukaan beserta Batang Tubuhnya. Dalam paradigma tersebut sila kesatu Pancasila “Ketuhanan YME”, telah memancarkan dan menurunkan nilai-nilai turunannya (derivative value) kedalam empat sila di bawahnya.

“Agama telah menjadi sumber dari rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab dalam diri manusia Indonesia. Agama telah merupakan muara dari “persamaan-kehendak bersatu dalam satu kesatuan bangsa yang beragama”, dalam diri semua warganegara Indonesia yang bhineka. Bentuk Negara Kesatuan RI merupakan hasil konsensus nasional diantara para tokoh pendiri bangsa yang berasal dari semua suku-bangsa dan Agama di Nusantara,” tegas Pontjo.

Agama juga telah memancarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial-budaya bangsa, yang pada gilirannya telah menjadi pedoman berperilaku manusia Indonesia yang beragama. Agama telah mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi khalifah (pemimpin) semua makhluk ciptaan-Nya di dunia.

Ajaran ini jelas Pontjo, telah menjadi sumber berkembangnya Ilmu Pengetahuan umat manusia dalam membangun peradabannya di tengah-tengah lingkungan alam semesta yang menjadi sumber kehidupannya.

“Agama telah menumbuhkan rasa “cinta” manusia kepada Tuhannya sang pencipta, rasa cinta kepada sesama manusia dan rasa cinta manusia kepada alam semesta sekelilingnya dimana ia hidup,” katanya.

Dari rasa cinta kemudian menumbuhkan rasa saling mengasihi dan hormat diantara sesama manusia, hingga tumbuhlah budaya musyawarah mufakat, dan tumbuh pula kebutuhan menjaga keadilan sosial dalam berbagi kesejahteraan diantara sesama warganegara.

Selain itu,kata Pontjo, agama telah menumbuhkan rasa estetika dalam diri umat manusia. Nilai estetika yang halus telah merangsang dan sekaligus menantang kemampuan logika manusia untuk mengkonstruksi bentuk fisik dari satu hasil karya yang indah disamping sifat fungsionalnya.

“Jadi jelaslah bahwa agama telah menempati posisi-sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,” ujar Pontjo.

Kondisi tersebut berbeda dengan kebijakan sekularisme di negara-negara barat yang memisahkan kehidupan beragama dari kehidupan berbangsa bernegara disana, maupun dibandingkan dengan faham komunisme yang tidak percaya adanya Tuhan. Kehidupan beragama di Indonesia justeru tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Ideologi pancasila

Lebih lanjut Pontjo mengingatkan bahwa Pancasila merupakan ideologi bagi kehidupan berbangsa bernegara Republik Indonesia, yang selanjutnya telah mewujud dalam bentuk konstitusi negara, UUD 1945, dimana pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945, terkandung penjabaran dari misi negara dalam mencapai cita-cita nasional Indonesia, yakni : membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum Bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Pontjo berharap masukan dan pandangan dari para pemuka agama di Indonesia dalam situasi maraknya politik identitas yang berkembang di tahun politik menjelang Pemilu Serentak 2024.

“Peran agama dalam memajukan “kesejahteraan umum yang berkeadilan” di Indonesia, merupakan satu kunci penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita cintai ini,” kata Pontjo. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

Pengalaman Buruk Naik Singapore Airlines (SQ 897/950)

Jakarta, Koranpelita.com Pengalaman buruk dirasakan oleh Lauren Susilo dengan keluarga saat menggunakan jasa penerbangan Singapore …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca