Jakarta,Koranpelita.com
PT. TOP TEKNO INDO (Hejotekno), berinovasi menghasilkan produk pengolah sampah, incinerator merk StungtaXPindad Smokeless Incinerator. Incinerator produksi Hejotekno yang berkolaborasi dengan PT. Pindad itu kemudian meraih SNI yang membuat konsumen semakin percaya akan produk yang dihasilkannya.
Bagaimana Betha Kurniawan, yang kini menjadi Direktur Utama PT. TOP TEKNO INDO (Hejotekno) dan rekan-rekannya sukses mengembangkan incinerator yang diklaimnya sebagai solusi dalam mengatasi persoalan sampah?.
Betha saat menerima kunjungan kerja BSN beserta para peserta pameran Indonesia Quality Expo (IQE) ke-9 Tahun 2021 di lokasi produksi, PT Pindad, Bandung, Jawa Barat pada Kamis (4/11/2021) mengatakan, usaha ini memang dilatarbelakangi oleh kemirisannya terhadap lingkungan yang kemudian didukung oleh Gerakan Hejo dan saat itu menjadi Hejotekno.
“Team teknologi dan para teknokrat yang mengembangkan riset terkait dengan masalah lingkungan yang muncul pada saat itu sampai dengan saat ini adalah masalah limbah sampah domestik maupun sampah industri. Kami melakukan riset mulai dari Pulau Jawa, Sumatera lalu ke Bali, NTB, NTT,” ujar Betha.
Setelah melakukan riset tersebut, permasalahannya sama bahwa lingkungan sangat bermasalah dengan sampah sehingga ia membuat suatu inovasi solusi terhadap masalah tersebut. Saat itu, ia membangun 2 hal yaitu mesin insinerator dan mesin Water Treatment Plant (WTP) yang pada akhirnya melatarbelakangi untuk membuat usaha usaha yang memunculkan sebuah inovasi insinerator yang dinamakan STUNGTA.
Kata STUNGTA sendiri mengadaptasi dari kata gaul anak muda Bandung yaitu kata “Geus Tangtu” yang artinya “Sudah Pasti” dan diadopsi oleh HEJOTEKNO menjadi akronim dari Sistem Tungku & Treatment Air.
Sebagai produk inovasi, Incinerator buatan Hejotekno berfungsi sebagai mesin pembakar sampah dengan mengubah umpan sampah menjadi bottom (abu), gas buang, partikulat, dan panas yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah.
Ini adalah teknologi tepat guna untuk minimasi masalah sampah dengan sistem yang dikembangkan berupa Sistem Tungku & Treatment Air sehingga sangat efisien dalam penggunaan bahan bakar.
“Incinerator yang saya buat tidak menghasilkan asap dan zat berbahaya lainnya karena sudah melalui pembakaran sempurna (double burner), filter, dan treatment asap,” jelasnya.
Bagi Betha, di tengah keraguan masyarakat akan tungku yang menjadi masalah bagi lingkungan, maka teknologi produk insinerator merupakan inovasi teknologi yang tidak merusak lingkungan sehingga aman untuk bisa diaplikasikan. Untuk menjamin insinerator tersebut aman, maka SNI menjadi penting. “Setelah dibimbing BSN kami berhasil meraih SNI 8423:2017 Incinerator,” ujarnya.
Diakuinya, meraih SNI cukup memberikan tantangan tersendiri bagi Hejotekno. “Tantangan dalam meraih SNI adalah karena ini adalah SNI pertama di Indonesia untuk insinerator maka menjadi tantangan dimana tidak ada sampling atau contoh maupun parameter untuk kami dapat melihat apa yang dilakukan orang-orang sebelumnya,” terang Betha.
“Kami menjadi pembuka jalan sehingga saat itu dari BSN menerjunkan 2 sampai 3 orang pembimbing yang alhamdulillah tidak pernah surut semangatnya untuk membimbing kami. Tantangan itu berhasil kami lewati dengan menjadi yang perdana sampai akhirnya Indonesia memiliki Incinerator yang ber-SNI yaitu StungtaXPindad,” tambahnya.
Betha mengungkapkan setelah mendapatkan SNI banyak kemudahan yang didapatkan serta terpercaya. “Dengan logo SNI tersebut sudah menstandarisasi produk kami dan semuanya sudah berbasiskan dengan standar apa yang di baku mutu kan. Selain itu, kami lebih percaya diri, lebih tersistematis dan lebih terdokumentasi,” ungkap Betha.
Bahkan, ia juga membuat program terkait dengan pengelolaan sampah berbasis hulu atau di sumber masalah sampah yang dinamakan program KAMISAMA. Didalamnya ada teknologi pengangkut sampah untuk memudahkan tukang sampah yaitu motor listrik dengan brand StungtaXGeli.
BSN Apresiasi Incinerator ber-SNI
Sementara itu, Sekretaris Utama BSN, Nasrudin Irawan dalam kesempatan yang sama menyatakan dukungannya terhadap inovasi yang dilakukan Hejotekno. Apalagi kemudian meraih SNI.
“Badan Standardisasi Nasional (BSN) memiliki program pembinaan fasilitasi SNI kepada UKM. Dan salah satu binaan BSN di Jawa Barat adalah Hejotekno yang berhasil meraih SNI Insinerator. Dengan adanya industri yang menerapkan SNI ini maka permasalahan lingkungan dapat teratasi dengan mengedepankan teknologi inovasi yang ramah lingkungan,” papar Nasrudin.
Melalui penerapan SNI, BSN mendorong agar pengelolaan sampah di Indonesia dapat terkelola dengan baik dan memberikan solusi masalah sampah dan limbah dengan tidak menimbulkan efek negatif dari pola-pola yang dilakukan oleh manusia terkait dengan sampah dan limbah. Tidak hanya itu, tapi pengelolaan sampah juga butuh keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat.
Selain Hejotekno, tercatat terdapat 1 industri lain yang telah menerapkan SNI incinerator. Untuk itu, Nasrudin mendorong pelaku usaha lain untuk dapat menerapkan SNI incinerator guna menjadikan Indonesia sehat dan bersih. (Vin)