Jakarta,Koranpelita.com
Salah satu dampak langsung pandemi COVID-19 adalah menurunnya daya beli masyarakat. Dengan menurunnya aktivitas produktif dan mobilitas masyarakat, penurunan daya beli tak terhindarkan. Sejumlah indikator ekonomi makro juga telah menunjukkan hal itu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Juli 2021 tercatat inflasi 0,08%, setelah pada bulan sebelumnya terjadi deflasi minus 0,16%.
Penurunan daya beli memiliki dua akibat, pertama berkurangnya pemenuhan kebutuhan masing-masing rumah tangga. Rumah tangga harus merevisi dan mengurangi belanja kebutuhan dasar. Kemudian secara makro, penurunan daya beli memukul hampir semua sektor usaha, mulai dari perdagangan, transportasi, manufaktur, hingga pertanian.
Untuk mempertahankan daya beli masyarakat, pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan, mulai dari relaksasi pajak yang bertujuan menurunkan harga, hingga bantuan sosial untuk mendongkrak pendapatan masyarakat. Tentu semua itu perlu dibantu dengan inisiatif berbagai pihak untuk tetap mempertahankan kemampuan ekonomi masyarakat.
Pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia Eugenia Mardanugraha menggaris bawahi perlunya kolaborasi antara semua pihak untuk bersama menanggulangi dampak pandemi.
“Saat resesi ekonomi terjadi akibat pandemi, pemerintah tidak dapat sendirian menolong masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19. Dalam kondisi normal saja pemerintah Indonesia telah mengalami defisit anggaran. Saat pandemi berlangsung, defisit menjadi bertambah besar, dan harus diperbesar karena melambatnya roda perekonomian dan besarnya pengeluaran kesehatan masyarakat. Seluruh elemen masyarakat harus tolong menolong, yang kuat menolong yang lemah,” ujar Eugenia di Jakarta, Selasa (24/8/2021).
Dalam usaha mempertahankan kemampuan ekonomi masyarakat, Grab Indonesia menggandeng sejumlah perusahaan menggulirkan program yang bertujuan mempertahankan daya beli para mitra pengemudi. Program ini mencakup antisipasi di bidang kesehatan, dukungan sembako, dan vaksinasi. Selain itu, Grab juga menyediakan dukungan modal berupa pinjaman mikro.
Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan bahwa, program ini bertujuan membantu mitra pandemi yang terdampak pandemi. “Setidaknya dapat mengurangi beban pikiran mereka,” kata Ridzki.
Pengembalian (reimbursement) biaya tes antigen dan PCR bertujuan agar mitra pengemudi tidak takut atau terkendala melakukan tes yang sangat penting bagi penanganan selanjutnya. Data tes tersebut juga bermanfaat bagi agregasi data nasional. Dengan kejelasan status kesehatan, mitra pengemudi Grab dapat melakukan aktivitas dengan tenang dan menjadi lebih produktif.
Grab menginvestasikan dana Rp 25 miliar untuk program yang diberi nama ATASI (Antisipasi – Tangkal – Vaksinasi). Sebanyak 27 ribu mitra pengemudi Grab telah menerima bantuan paket sembako. Mitra bisnis Grab, yakni Accenture, EMTEK, OVO, Microsoft dan Indosat Ooredoo juga telah memberikan kontribusi senilai Rp 11 miliar untuk program ini.
“Bagi pengemudi ojek online (ojol), kesehatan adalah hal utama, karena mereka terus menerus berada di jalan. Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menghambat kegiatan ojol. Di lain pihak, ojol merupakan andalan bagi masyarakat yang menjalankan PPKM, yang bekerja dari rumah dan terus berada di dalam rumah. Oleh karena itu, pengemudi ojol harus terjamin kesehatannya, agar PPKM dapat terlaksana dengan baik hingga target penurunan kasus Covid-19 tercapai, dan tidak terjadi penyebaran virus melalui pengemudi ojol,” tambah Eugenia.
Selain itu lanjutnya, Grab juga menyediakan pinjaman mikro untuk mitra pengemudi dan pengantaran di Indonesia yang dikembangkan bekerja sama dengan JULO, perusahaan penyedia kredit digital yang berizin dan diawasi oleh OJK.
Saat ini, pinjaman mikro sedang diluncurkan secara bertahap, dan diharapkan akan dapat diperluas ke lebih dari 100.000 mitra pengemudi dan pengantaran di Indonesia pada akhir tahun ini. Pinjaman tunai ini ditujukan untuk membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka berdasarkan pilihan mereka sendiri, termasuk biaya sehari-hari, perbaikan dan pemeliharaan kendaraan, pendidikan, renovasi, dan keadaan darurat.
“Program ini merupakan bentuk konkrit dukungan Grab terhadap penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Mekanisme penyaluran bantuan melalui aplikasi mitra dan jaringan retail yang menjangkau masyarakat terpencil harus menjadi contoh bagi elemen masyarakat lainnya yang hendak memberikan subsidi, sehingga bantuan dapat tersalurkan secara merata ke seluruh masyarakat, tidak menumpuk di satu keluarga sementara keluarga lain belum mendapatkan,” ujar Eugenia. (Vin)