Tanah Bumbu, Koranpelita.com
Menyikapi wacana pembelajaran tatap muka (PTM), Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel), M. Lutfi Saifuddin, dorong sekolah-sekolah untuk membuat buku saku siswa yang berisi, Standard Operating Procedure (SOP) protokol kesehatan (prokes).
Hal itu, diungkapkan Lutfi saat berdialog bersama jajaran pengelola SMAN 1 Angsana, dipimpin Kepala Sekolah, H. Amrullah, M.Pd., M.M berserta dewan guru, karyawan serta perwakilan pengurus OSIS SMAN 1 Angsana saat melaksanakan kunjungan kerja (kunker) ke SMAN 1 Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, provinsi setempat, Jumat, (16/7/2021) siang.
“Jadi, selain berisi SOP prokes, buku saku tersebut juga berisi kolom riwayat kesehatan dan monitoring mobilitas siswa di luar sekolah,” ujar Lutfi.
Ketua komisi membidangi kesra dan pendidikan ini menyebutkan, bahwa kolom monitoring mobilitas siswa di luar pagar sekolah sangatlah penting. Sebab, menurutnnya, alih-alih siswa terinveksi covid-19 di sekolah, ia malah terinveksi di luar sekolah, sehingga sia-sia jika hanya patuh prokes di sekolah, namun ketika di luar sekolah malah melanggar prokes.
Untuk memastikan kebenaran dari data yang dimasukan oleh siswa, lanjut dia, kolom monitoring di buku saku tersebut harus diverifikasi (ditanda tangani) oleh wali siswanya masing-masing di rumah.
Politisi Partai Gerindra ini menekankan, Ditekankan bahwa di dalam buku saku tersebut juga harus diberikan informasi gejala-gejala covid-19 dan hotline gugus tugas covid-19 rumah sakit terdekat yang dapat dihubungi, agar memudahkan dan mempercepat penanganan.
Kepala Sekolah SMAN 1, Amrullah mengatakan, bahwa SMAN 1 Angsana sudah siap untuk melaksanakan PTM, dalam paparannya kepada Komisi IV DPRD Provinsi Kalsel, ia mengatakan hal tersebut juga sudah didukung oleh para wali siswa.
“Dari hasil angket yang kita sebarkan ke wali siswa pada bulan Mei 2021, 95,92% wali siswa mendukung PTM,” sebut Amrullah.
Amrullah menjelaskan, bahwa pihaknya juga sudah membuat booklet tentang panduan PTM di SMAN 1 Angsana yang disusun oleh tim satgas covid-19 sekolahnya.
“Tentu ini sejalan dengan apa yang sudah diharapkan ketua Komisi IV DPRD Provinsi Kalsel, tinggal kita sempurnakan lagil untuk dijadikan buku saku, mengingat masukan-masukan dari anggota dewan di awal tadi sangat baik sekali,” kata Amrullah.
Amrullah menambahkan, pihaknya juga menyiapkan segala sesuatunya demi menunjang persiapan PTM di sekolahnya, mulai dari memasang handsanitizer di setiap ruangan, mengatur tata letak, arus pergerakan siswa yang masing-masing kelas dipisah sehingga meminimalisir kerumunan, sistem jam pelajaran, dan menyiapkan tempat isolasi sementara bagi siswa yang suhu tubuhnya di atas batas wajar,
“Para guru dan karyawan sepenuhnya juga sudah divaksin,” pungkas Amrullah.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Kalsel, Firman Yusi, S.P., mengaku dirinya sangat mengapresiasi persiapan yang sangat baik oleh pihak SMAN 1 Angsana ini.
“Dari sekian sekolah yang sudah kita monitor, SMAN 1 Angsana ini termasuk yang paling baik dari segi persiapannya, Tinggal bagaimana penerapannya, diharapkan nanti evaluasi harus berkala, sejauh mana ketercapaian penerapan SOP yang tidak hanya harus dipatuhi oleh siswa, namun juga seluruh warga SMAN 1, tak terkecuali hingga dewan guru, agar upaya memutus mata rantai covid-19 dapat memberikan hasil yang maksimal,” ucap politisi partai PKS itu.
Di sela dialog antara Komisi IV DPRD Provinsi Kalsel dan pihak dewan guru, tim humas DPRD Provinsi Kalsel mendapatkan fakta yang cukup miris ketika mewawancarai seorang siswa SMAN 1 Angsana yang juga berhadir di acara tersebut.
Adalah Fitrianor, siswa kelas XI yang secara pribadi merasa sangat kesulitan ketika melaksanakan proses pembelajaran dalam jaringan (daring) selama kurun waktu lebih dari satu tahun ini.
“Selain terkendala koneksi jaringan, saya juga harus bergantian dengan tiga adik saya memakai gawai pintar yang hanya ada satu buah di rumah,” sebut Fitrianor anak sulung yang juga seorang pengurus OSIS di SMAN 1 Angsana ini.
Fitrianor mengaku sangat menantikan PTM ini dimulai, selain karena kendala yang telah ia sebutkan, Fitrianor juga mengatakan tatap muka lebih baik dari segi efektifitas. Karena selain pelajaran akademik, menurut hematnya, sosialisasi dan organisasi merupakan pembelajaran tidak langsung yang didapatnya di sekolah yang menurutnya cukup berguna ketika ia sudah lulus nanti. (pik)