Jakarta, Koranpelita.com
Komjen Listyo Sigit Prabowo lahir di Ambon, Maluku pada 5 Mei 1969 ini menjalani pendidikan dari sejak sekolah dasar hingga mendaftar masuk ke Akademi Kepolisian di Kota Yogyakarta dan lulus Alumni Akademi Polisi (Akpol) pada 1991.
Sigit terlahir dari keluarga besar prajurit TNI Angkatan Darat yang hidup sederhana. Namun demikian, Sigit bersyukur dibesarkan di Kota Gudeg yang memiliki biaya hidup rendah.
Kehidupan yang pas-pasan pada masa mudanya membuat dirinya tetap rendah hati meskipun kini Sigit telah menduduki jabatan tinggi di Kepolisian. “Saya berangkat dari orang susah juga. Sama (dengan kebanyakan orang),” imbuhnya.
Sigit bisa dibilang merupakan sosok ideal yang dimiliki Korpas Bhayangkara saat ini. Tempaan dan pelajaran filosofi hidup sederhana, ditambah dengan didikan dari pendidikan formal di Akpol yang ditempuhnya, membentuk pribadi Sigit menjadi pemimpin yang sederhana, rendah hati, dan mudah bergaul dengan semua kalangan.
Mantan Kapolda Banten ini, sangat gemar kesenian tradisional wayang, alasannya, karena sarat akan filosofi hidup. “Dari kecil, saya hobi menonton wayang. Kebetulan ada teman yang jadi dalang juga,” papar-nya.
Pada masa mudanya, Sigit gemar mendaki gunung bersama komunitas pecinta alam sekolah. “Masuk (organisasi) pecinta alam saat SMA. Hiking, naik turun gunung dan bukit,” katanya.
Lulusan SMA 8 Yogyakarta tahun 1988 silam Listyo Sigit kecil adalah remaja yang pendiam dan tak banyak tingkah. Hal tersebut diungkapkan oleh Suhardi, yang tak lain Guru Seni Rupa Jenderal bintang tiga tersebut.
“Mas Listyo Sigit dulu di kelas pendiam, anaknya tidak macam-macam,” ungkap Suhardi kala ditemui awak media di rumahnya , Galur Kulon Progo, Minggu (17/1).
Sebagai pelajar, karakter kepemimpinan Listyo Sigit kecil kala itu sudah terbentuk. Remaja yang aktif dan kompeten di seni beladiri ini merupakan sosok yang tak mudah terprovokasi.
Bagaimana tidak, saat seluruh siswa di kelasnya memilih bolos, ia justru tetap berdiam diri didalam kelas dan memilih tak terprovokasi hingga jam pelajaran usai .
“Saat itu ada jam kosong, satu kelasnya mau mbolos rame-rame, tapi Mas Listyo ini dan dua orang temannya bersikukuh tetap di kelas,” jelasnya sambil tertawa.
Kenangan ini , diakuinya menjadi momen yang paling diingat selama mengajar bocah , yang ternyata menjadi calon tunggal Kapolri Pilihan Istana.
Selain hebat di bidang olahraga, Listyo Sigit kecil juga selalu mendapat rangking lima besar di sekolahnya. Di segi non akademis, seni bela dirinya juga sampai di tingkat kompetisi provinsi .
Pada Awak media, Hardi menyampaikan mengikuti perkembangan karir muridnya tersebut mulai saat menjabat sebagai Kapolresta Surakarta dan Kapolda Banten.
“Bahkan saat ada acara Aksi Sosial Pakci, di awal 2020 Mas Listyo Sigit ini juga berkontribusi dan datang memberi motivasi dan sharing pada Juniornya di SMA N 8” lanjutnya.
Tentang pencalonan Komjen Listyo Sigit sebagai Kapolri, Hardi menyatakan tak ragu dengan kemampuan muridnya tersebut.
“Ya kalau dilihat dari karakternya saat SMA dulu, saya tidak ragu, Mas Listyo mampu mengemban tanggung jawab lebih besar dari posisinya saat ini,” jelas Hardi.
Hardi berharap muridnya tersebut tetap teguh pendirian dan selalu amanah.