Manfaatkan Ilmu Pengetahuan Untuk Pembangunan Sektor Pertanian

Jakarta,Koranpelita.com

Membangun ketahanan pangan nasional harus terus diupayakan melalui pembangunan sektor pertanian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan.

Pasalnya, Ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya (Resource Based Economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy) dimana pengetahuan dan teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan dan kemandirian ekonomi.

“Kekuatan suatu bangsa diukur dari kemampuan Iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing. Karenanya, peningkatan kapasitas Iptek ada kunci sukses meraih daya saing yang sangat menentukan kemandirian ekonomi suatu
bangsa,” ujar Ketua Umum Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo pada Fokus Group Discussion Mengukuhkan Kebangsaan yang Berperadaban: Menuju Cita-Cita Nasional dengan Paradigma Pancasila yang digelar secara virtual, Jumat (16/10/2020).

Menurut Pontjo, model ekonomi berbasis pengetahuan, dapat menstimulasi kreativitas dalam penerapan pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kekayaan dan lingkungan alam dapat didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup suatu bangsa. Oleh karena itulah, World Bank menaruh perhatian untuk mengukur dan memonitor perkembangan model ekonomi ini dengan menggunakan The Knowledge Economy Index (KEI) melalui empat pilar yang menjadi dasar penilaiannya.

“Harus kita sadari bersama bahwa transformasi perekonomian dunia menuju Ekonomi Pengetahuan pasti akan terus berlanjut, sejalan dengan kemajuan teknologi. Apakah bangsa ini akan berdiam diri hanya menjadi penonton dari transformasi tersebut sehingga terus menerus menjadi konsumen teknologi atau kita juga menjadi pemain aktif di dalamya? Tentu pilihannya terpulang dari bangsa ini. Namun menurut hemat saya, seharusnyalah bangsa ini terus berusaha mengejar ketertinggalan teknologi, apalagi kita sudah bertekad menjadi Negara maju pada tahun 2045,” jelasnya.

Menurunya, tanpa penguasaan teknologi, mustahil Indonesia akan mampu membangun kemandirian ekonomi dan bersaing di tingkat global. Namun yang harus tetap kita jaga, transformasi ekonomi ini tidak boleh bergerak liar namun harus tetap dalam tuntunan nilai-nilai Pancasila demi kemakmuran inklusif dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bahkan katanya, negara-negara dengan kekayaan alam yang berlimpah sekalipun sudah menyadari bahwa suatu saat kekayaan alamnya akan habis. Sementara kekayaan intelektual manusia, apabila dikelola dengan baik, akan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki kualitas hidup suatu bangsa. National power, kedayasaingan, kemakmuran sebuah bangsa, tidak lagi ditentukan oleh “endowment factor” seperti sumber daya alam, iklim, letak geografi, dll, akan tetapi sangat ditentukan oleh “advanced factor” yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Bagaimana transformasi perekonomian pengetahuan itu berperan dalam
meningkatkan kemakmuran, barangkali kita bisa belajar dari pengalaman negara-negara lain terutama pada sektor pertanian dan pangan sebagai sektor unggulan Indonesia. Salah satu negara yang berhasil menerapkan teknologi dalam pertaniannya adalah Ethiopia yang dulu merupakan negara miskin dan sering menanggung kelaparan. Kini, dengan bantuan Israel dan teknologinya telah menjadi surga pertanian. Bahkan, negara ini pada tahun 2017 telah menduduki peringkat ke-12 sebagai Negara Adidaya Pertanian dan Ketahanan Pangan,” jelas Pontjo.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum Rektor Indonesia Prof Dr Satria mengatakan, untuk mewujudkan  knowledge based economy, Indonesia harus melakukan lompatan-lompatan inovasi untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara Asean lainnya. Meski saat ini kita hidup pada masa pandemi Covid-19 yang berakibat pada krisis ekonomi. “Lompatan inovasi termasuk dalam bidang pangan merupakan keniscayaan di tengah krisis,” jelas Prof Arif.

Ketua AIPI Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro menambahkan, selama puluhan tahun, kita terlena dengan kekayaan sumber daya alam. Akibatnya pembangunan yang dilakukan juga lebih banyak mengandalkan sumber daya alam (resource based economy). “Padahal ekonomi yang bersandar pada kekayaan alam hanya akan memberikan nilai tambah sedikit bagi kesejahteraan masyarakat,” katanya. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

PNS Kodiklatal Surabaya Gelar Aksi Donor Darah dalam Rangka HUT KORPRI ke-53 Tahun 2024

Surabaya, koranpelita.com Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke-53 Tahun 2024, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca