Jakarta,Koranpelita.com
Singapura menjadi negara yang menduduki peringkat teratas berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Global, mengalahkan Indonesia di peringkat 62.
Meski 90 persen pangan yang dikonsumsi masyarakat Singapura dipenuhi lewat impor, hal tersebut tidak membuktikan indeks ketahanan pangan suatu negara menjadi lemah.
“Singapura ini 90 persen pangan yang dikonsumsi masyarakatnya diimpor. Jadi ketahanan pangan tidak ada kaitannya dengan kapasitas produksi dalam negeri, pokoknya pangan tersedia,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Dwi Andreas Santosa dalam webinar di Jakarta, Kamis (18/9/2020).
Dwi menjelaskan indeks ketahanan pangan Indonesia terus mengalami perbaikan, yakni dari peringkat 75 dari 113 negara pada 2015, menjadi peringkat 62 pada 2019.
Sejumlah faktor yang menyebabkan indeks ketahanan pangan tersebut meningkat yakni affordability atau kapasitas masyarakat untuk mengakses pangan, serta availability atau ketersediaan pangan.
Sementara aspek lain yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan peringkat indeks tersebut adalah quality atau kualitas dan safety atau keamanan pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. “Indonesia ini tergolong negara-negara yang kualitas dan keamanan pangannya seperempat terendah di dunia. Ini yang harus diperhatikan,” kata Dwi.
Pada kesempatan tersebut, Dwi juga memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian yang bakal menurun pada kuartal ketiga dan keempat 2020.
Dijelaskan Dwi, proyeksi pada kuartal III dan IV ini berbeda, jika dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya, ketika sektor pertanian berkontribusi positif pada pertumbuhan PDB Indonesia.
“Pertumbuhan positif pada April-Mei-Juni karena pergeseran musim tanam, lalu bagaimana situasi di triwulan III dan IV? Saya pastikan pertumbuhan PDB sektor pertanian akan turun lagi, sedangkan secara year on year naik, tetapi kecil,” jelasnya.
Menurut Dwi, sektor pertanian berkontribusi sebesar 15,46 persen pada struktur pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan II-2020. Nilai kontribusi ini meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2020 sebesar 12,84 persen.
“Pertumbuhan positif ini merupakan capaian yang bagus di saat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 5,3 persen pada triwulan II tahun ini. Sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan 2,19 persen (year on year),” ujarnya.
Dwi menjelaskan bahwa meningkatnya PDB pertanian pada triwulan II-2020 karena terjadi pergeseran musim tanam yang mengakibatkan bergesernya panen raya yang jatuh pada Maret, April, Mei hingga Juni. Sementara pada triwulan berikutnya tidak terjadi panen raya, membuat PDB pertanian diprediksi menurun. (Vin)