Banjarmasin, Koranpelita.com
Selain menanyakan keberadaan 2.400 Rapid Test, Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) membidangi Pendidikan, Kesejahteraan dan Kesehatan, meminta Juru bicara (Jubir) Gugus Tugas Pencegahan Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kalsel, HM Muslim, sesegeranya memanfaatkan alat pendeteksi virus corona tersebut untuk dilakukan pengetesan baik bagi ODP maupun PDP.
Dengan begitu, hasilnya dapat segera pula diketahui, dan bisa memberikan informasi jelas dan tidak membingungkan masyarakat.
Namun, HM Muslim, mengaku sudah melakukan test. Tetapi alat pendeteksi itu hanya mampu mengukur dikisaran 60 persen dan dinilai kurang akurat.
Sehingga harus lagi di dukung uji laboratorium milik Kementerian Kesehatan RI di Jakarta.
Hal itu terungkap dalam Rapat Rapat Pembahasan Perkembangan Penanganan Covid-19 dan Rencana Pergeseran Anggaran yang dihadiri Satgas Gugus Tugas bersama DPRD Kalsel, di Banjarmasin, Senin (30/3/2020).
” Kami dewan aja bingung, apalagi masyarakat biasa. Kan kita sudah ada 2.400 rapid test. Nah sekarang dimana barang itu. Kemudian usai rapat ini kami minta tim gugus tugas untuk fokus mengetes menggunakan alat tersebut agar bisa cepat mengetahui khususnya bagi ODP serta PDP,” ujar Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, HM Lutfi Saifuddin.
Jika hasilnya memang positif terutama bagi PDP, imbuh Lutfi maka dipersilahkan rumah sakit memberlakukan SOP, seperti pengisolasian dan lainya. Sebaliknya jika negatif, harus dengan penanganan biasa.
Jubir Gugus Tugas Pencegahan Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kalsel, HM Muslim,
mengaku, 2.400 buah rapid test virus corona sudah dibagikan ke 13 kabupaten/kota disertai tanda-terimanya.
Menurutnya, rapid test datang pada hari Kamis 26 Maret 2020 siang, kemudian pihaknya melakukan execise atau simulasi lebih dulu, karena alat tersebut merupakan barang baru dan harus dipelajari dulu.
Kemudian pada hari Jumat 27 Maret 2020 mengumpulkan semua ahli laboratorium koleganya seperti ahli microbiologi yang ada di RS Ulin maupun Labkes untuk bersama memanggil dan membekali petugas yang bisa mengunakan alat tes ini.
” Walaupun rapid tes ini sangat mudah, tapi yang perlu diperhatikan adalah keamanannya,” sebut Muslim.
Karena lanjut dia, yang akan diambil nanti adalah sample orang yang patut diduga ada virus coronanya. Sehingga harus hati-hati. Bahkan pihaknya melakukan simulasi saat itu, agar petugas benar,-banar di pandu oleh ahli-ahli yang ada.
Pada hari itu pula pihaknya sudah mendistribusikannya, tetapi tentunya dengan memetakan sasaran yang akan dilakukan oleh teman yang berkompeten di kabupaten/kota.
Pada hari Sabtu dan Minggu 28-29 Maret itu pula terutama rekannya yang melakukan PE sudah bergerak melakukan pemeriksaan. Terutama yang kontak dan ada 15 yang hasilnya memang negatif. Tetapi itupun harus diambil ‘swab-nya’. Karena konfirmasi positif itu satu-satunya gold standar hanya dengan mengunakan PCR di lab milik Kemenkes RI.
“Jadi rapid test ini saat ditanya kepada ahli microbiologi dan ahli laboratoium, ternyata kemampuannya hanya 60 persen,” kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel ini juga merinci, ada dua jenis rapid test yaitu, rapid test anti gent dan rapid test anti body.
Penggunaan rapid test Anti Gent bisa diambil melalui tenggorokan dan bisa dihidung. Namun pada hari ketiga atau keempat setelah terinfeksi baru akan ditemukan reaksinya.
Namun untuk Ini resikonya sangat luar biasa maka harus memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
Sedang Rapid test Antibodi, seperti diketahui jika dalam reaksi tubuh setiap anti gent atau virus yang masuk kedalam tubuh maka akan bereaksi menghasilkan antibodi hingga 6 sampai 7, dan puncaknya di hari ke 14 dan ini terkait dengan masa inkubasi.
Kemudian lanjut Muslim lagi, dalam pengetesan laboratorium harus melihat 4 hal standar yang harus diacu yaitu, terkait akurasi, pressisi, sensitiviti, dan spesifikasi.
Adapun sensitivitas dimaksud adalah kemampuan metode ini dalam mengukur seberapa jauh yang dapat diukurnya dan ternyata rapid test yang ada, hanya memiliki sensitivitas- spesifiknya hanya sekitar 60 persen.
“Sebab itu jika orang yang bukan bergejala seperti diatas atau bukan maka berdasarkan pendapat teman para ahli, hasilnya pasti negatif, karena rapid tes kita ini hanya menggambarkan saja,”beber Muslim.
Oleh karena itu imbuh dia, sesuai dengan pedoman, pihaknya akan sampaikan kepada ODP yang punya gejala dan PDP serta orang-orang yang terkena kontak.
Seperti data dinas kesehatan se Kalsel, pada 30 Maret 2020 hingga Pukul 16.00 Wita, tercatat 1.162 0rang Dalam Pemantauan (ODP). 7 Pasien Dalam Pengawasan (PDP). 5 orang Konfirmasi. (Ipik)