Jakarta,Koranpelita.com
Pemerintah Indonesia harus memiliki kebijakan dan strategi nasional dalam mengatasi masalah stunting. Pasalnya, masalah stunting adalah masalah sangat komplek, penting dan urgen. Karena itu harus ada banyak usaha untuk mengatasi masalah stunting.
Usaha tersebut tidak cukup hanya dari sektoral yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, BKKBN, Pemda, dan pemerintah puat, tapi juga non pemerintah. Bisa organisasi sosial, keagamaan, bahkan politik.
“Masalah ini sangat penting dan urgent. Beberapa upaya yang dilakukan sampai saat ini masih belum membantu. Karena beberapa strategi yang dilakukan dan implementasi di lapangan sering tidak nyambung,” ujar Pengamat Pertanian, Prof. Bungaran Saragih saat Diskusi Wujudkan SDM Unggul Indonesia melalui Pengendalian Stunting di Jakarta, kemarin.
Dalam strategi pengurangan stunting, Bungaran melihat, perlu ada peta yang detil dan komplit. Peta mengenai siapa yang menjadi sumber dan penyebab stunting, serta dimana saja lokasi yang stunting.
“Ini pertanyaan pokok yang harus dipetakan. Dengan menjawab pertanyaan itu, kita baru bisa merumuskan strategi dan mobilisasi sumber daya untuk menanggulangi stunting. Memang rumit dan jelimet, petanya bukan dua dimensi, tapi tiga atau empat dimensi,” tegasnya..
Dalam peta tersebut menurut mantan Menteri Pertanian itu, mencakup peta sektoral, intra sektoral dan intra regional, bahkan peta vertical. “Kita bisa belajar dari pengalamanpenanggulangan seperti KB yang cukup berhasil. Barangkali kalau kita mau menyelesaikan masalah stunting, pengalaman itu sangat berguna,” jelasnya.
Bungaran mengkhawatirkan, jika pemerintah tidak segera bertindak membuat kebijakan dan strategi mengatasi stunting, maka Indonesia akan semakin ketinggalan. Data statistik menunjukkan di Asean posisi Indoensia nomor 2 dan di dunia nomor 5 terburuk dari 148 negara anggota PBB yang kondisi gizinya buruk.
Data lain juga menunjukkan dalam 6 tahun terakhir, terjadi penurunan stunting 1 persen. Jika saat ini ada 27 persen Balita yang stunting, maka jika targetnya 20 persen perlu waktu 10 tahun untuk bisa mencapai target standar nasional.
“Sekarang ini bagaimana mempercepat stunting bisa berkurang dari negeri kita. Ini perlu leadership, bukan hanya satu tangan, tapi di pemerintah dan nonpemerintah. Seperti kita menyelesaikan keluarga berencana,” jelas Bungaran.
Masalah ini sangat penting dan urgent. Beberapa upaya yang dilakukan sampai saat ini masih belum membantu. Karena beberapa strategi yang dilakukan dan implementasi di lapangan sering tidak nyambung,” ucap Bungaran.
Hal itu pun lanjutnya, harus diselesaikan melalui pemetaan secara mendetail dan komplit, mengingat masalah stunting yang sangat kompleks.
Walau rumit, kerjasama sektoral, inter-sektoral dan inter-regional dibutuhkan. Seperti ketika penanggulangan pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana, itu cukup berhasil, kita bisa belajar dari pengalaman itu. Intinya kita butuh nasional strategi dan nasional policy yang terkoordinasi, jangan hanya sibuk saja namun tidak ada hasil yang dicapai.” (Vin)