Sapto Yuli Isminarti yang biasa dipanggil Ibu Yuli, diantar suami dan rombongannya, salah saorang aktifis penyandang Cacat yang gigih, dan baru-baru ini ikut dalam acaara sosialisasi penggunaan Kompor Rakyat di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, serta sempat bertemu berapa Srikandi Posdaya dari berbagai daerah seluruh Indonesia, merasa terpanggil mengembangkan berbagai kegiatan baru, termasuk membentuk Koperasi dalam lingkungan Posdaya yang rencananya akan bergerak dalam bidang produksi dan perdagangan. Koperasi itu dinamakannya Koperasi Beting Bahagia Mandiri setelah memperhatikan kegiatan Kompor Rakyat yang merupakan usaha mandiri dengan tenaga sampah yang diubah menjadi bahan bakar terbarukan yang membuat masyarakat desa mandiri seperti jaman dulu masak di pawon dengan bahan bakar yang diambil dari sekitar rumahnya.
Pada hari Senin, Ibu Yuli dan rombongannya melaporkan kepada Prof. Dr. Haryono Suyono yang selama ini, sejak lengser dari jabatannya sebagai Kepala BKKBN, Menteri Kependudukan dan Menko Kesra/Taskin, sangat getol membangun kelompok pemberdayaan masyrarakat dan keluarga di pedukuhan dan pedesaan yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) sebagai forum atau wahan pada tingkat dukuh untuk berkumpulnya keluarga dukuh dan desa dalam rangka menyegarkan pola hidup gotong royong. Alasan utamanya adalah bahwa pola hidup gotong royong yang di masa lalu sebagai budaya nenek moyang, di banyak tempat kelihatan melemah atau sama sekali luntur.
Setelah Posdaya dikembangkan, utamanya melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang tinggal di desa, umumnya oleh mahasiswa semester tujuh, maka Posdaya berkembang dengan baik di banyak dukuh dan desa. Konon pernah mencapai jumlah sampai 40.000 dalam fase yang berbeda-beda. Posdaya yang maju memiliki anggota yang banyak serta kegiatan aneka ragam yang sangat variatif, termasuk memiliki Badan Usaha atau koperasi.
Dalam kunjungannya kali ini Yuli, biarpun Yuli masih relatif muda dan penyandang cacat, tetapi karena usahanya yang selalu bersifat inklusif, menggabungkan keluarga normal dan keluarga dengan anggota penyandang cacat, dengan penuh kasih sayang, Yuli selalu ditanggapi masyarakat dengan penuh simpati. Yuli seakan dianggap “sesepuh” masyarakatnya. Salah satu alasannya, biarpun tidak dibantu atau dituntun oleh Pak Haryono Suyono, yang dianggapnya sebagai Bapak atau pembinanya, selalu mengaku mendapat pembinaan yang intensif. Padahal Yuli memang cerdas, terampil dan berpikir untuk kepentingan orang lain, bahkan kadang melebihi seseorang dengan gelar Doktor sekalipun. Hari ini datang melaporkan dibentuknya Koperasi di Kampung Beting dengan nama “Koperasi Beting Bahagia Mandiri” dengan Pengurus inti terdiri dari Ketua : Rohmatulloh Mudhofar, Sekretaris : Onah dan Bendahara : Rohadi. Koperasi itu adalah perluasan dari kegiatan selama beberapa waktu agar bisa bergerak lincah untuk meningkatkan anggotanya siap dan mau bekerja keras agar sesegera mungkin lepas dari kemiskinan dan menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Induk asalnya adalah Posdaya yang diberi nama Posdaya Anggrek KCB, atau Anggtrek Karya Cacat Berkreasi karena Yuli nampaknya ingin membuktikan bahwa seorang penderita cacat bisa menjadi pemrakarsa dan langsung membina keluarga normal dan penyandang cacat dalam satu wadah yang inklusif. Kayakinan ini disadari Yuli yang sejak kecil terkena penyakit polio pada usia tiga tahun, sehingga salah satu kakinya mengecil tetapi semangatnya tidak pernah mengecil. Pengurus lengkap Posdaya Anggrek terdiri dari Ketua : Eka Kartika Sanur SS, Sekretaris : Marni, Bendahara : Sunaria, dan Pengerak Kader : Alpiah.
Posdaya sebagai Kelompok pemberdayaan masyarakat di Kampung itu, karena keinginan mengembangkan Pariwisata Pantai yang indah, kaya ikan dan kepiting, membentuk kelompok lain dengan nama PokDarWis atau Kelompok Sadar Wisata dengan Ketua : Sonhaji, Sekretaris : Siti Nurhalijah dan Bendahara : Aca Sugianto. Kelompok ini oleh teman-temannya sesama nelayan yang peduli terhadp lingkungannya ditugasi memikirkan dan disepakati sementara untuk mengembangkan pantai yang indah, biarpun sering mengalami rob, tetapi menghasilkan ikan yang banyak, kepiting dan udang besar dan enak tetapi belum diolah menghasilkan keuntungan untuk masyarakat sekelilingnya, bahkan dalam keadaan rob dianggap membawa malapetaka tatkala air laut pasang. Karena itu tatkala rob membawa ikan, udang atau kepiting, langsung sampai ke halaman rumah penduduk, tidak banyak dimanfaatkan untuk turis yang bisa membeli ikan, udang dan kepiting dalam keadaan sangat segar dan pasti lebih enak untuk makanan yang dimasak dengan bumbu yang memadai.
Kelompok lain yang dibentuk sejak Yuli dan kawan-kawanya mendatangkan Bapak-bapak Haryono Suyono, Tantyo Sudharmono, Fajar Wiryono dan Ibu dr. Ana serta pejabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Desa PDTT dan Kmentrian Koperasi berkunjung ke Kampung Benting yang bersemangat maju itu, dibentuk juga Kelompok Kebaya, yaitu Kelompok Bahagia Berkarya dengan Ketua: Alpiah, Sekretaris : Nursan dan Bendahara : Camik. Kelompok ini secara khusus, seperti selalu dianjurkan agar merangsang tidak saja kaum pria untuk bekerja tetapi berusaha agar kaum ibu juga bekerja sehingga ekonomi rumah tangga dapat lebih terjamin. Kelompok ini secara khusus, bekerja sama dalam Posdaya akan berusaha agar kaum ibu muda bisa mengikuti pelatihan ketrampilan sehingga segera siap bekerja mengolah sumber daya alam yang ada di sekitar kampungnya, misalnya tanaman Mangrove yang bisa dibuat menjadi permen atau makanan yang menarik dan tahan lama. Kelompok ini dapat juga menjadi agen Kompor Rakyat serta membuka usaha membuat pelet sebagai bahan bakar yang berasal dari sampah yang melimpah dan selalu terbarukan karena tumbuh di kampung itu. Kedua suami yang biasa bekerja sama dengan kelompok ini adalah Bapak Marah Bangun SS dan Bapak Heru yang keduanya ditugasi sebagai Tim Kreatif, sering-sering merangkap sopir kalau rombongan Pengurus mondar mandir dari satu Kementrian atau satu sponsor ke sponsor lainnya.
Rombongan yang datang di Kantor Universitas Trilogi itu diterima oleh Prof. Dr. Haryono Suynno didampingi oleh Dr. Mulyono Daniprawiro, Dr. Charles Purba dan Dra Indrawatie dengan rasa sangat terharu, karena biarpun nampak sangat cantik karena diberi pakaian seragam oleh Ibu Yuli yang memiliki “pabrik pakaian seragam”, sebagian belum pernah menempuh perjalanan yang jauh dari Kampung Beting, di pantai Utara Bekasi dekat laut, sampai ke “wilayah kota metropolitan” di kawasan Taman Makam Pahlawan Kalibara, dalam keadaan jalan macet sehingga dua orang ibu-ibu terpaksa kena mabuk, yang tanpa sadar muntah-muntah yang tidak bisa di tahan. Suatu pengalaman mengharukan yang bisa menjadi pelajaran berharga, bahwa berjuang dan beramal untuk maju bagi sahabat se kampung tidak selalu mudah dan mempunyai risiko tetapi menarik. Lebih-lebih tatkala datang, lift kantor sedang rusak sehingga terpaksa naik tangga ke lantai empat. Alhamdulillah, tatkala pulang, lift sudah baik lagi, sehingga perjalanan turun dari lantai empat ke lantai dasar, lancar, nikmat dan cepat sekali. Semoga perjalanan membangun manusia berkualitas di Kampung Beting, Bekasi Utara guna mengentaskan kemiskinan yang nampaknya sulit, kalau komitmennya tinggi, sabar, konsisten dan ikhlas, akan menghsilkan sukses yang tinggi karena selalu mendapat Ridho dari Allah, Tuhan Yang Maha Besar, Amin.