Kembali ke Banjarmasin demi Aktuaria

Ini keyakinan massal yang dipercayai secara turun-temurun. Keyakinan yang menyebutkan bahwa bila sudah minum air sungai Martapura maka pasti akan kembali lagi. Dan, akhirnya saya benar-benar kembali ke Banjarmasin.

Memang, waktu mendengar keyakinan masyarakat itu, dari pak Herawanto saat berkunjung pertama kali ke Banjarmasin sebulan yang lalu, saya kurang percaya. Tapi demi Akutaria, kini saya kembali ke bumi Lambung Mangkurat.

Ya, perjalanan kembali ke Banjarmasin ini, untuk mengenalkan ilmu Aktuaria kepada para siswa SMA di kota Banjarmasin. Selama ini, orang kurang mengenal aktuaria, jangan-jangan dianggap satu keluarga dengan aquarium.

Saat hendak ke Banjarmasin, saya satu pesawat dengan pak Riza Aulia, Kepala OJK Regional 9 Kalimantan dimana sebulan yang lalu saya hadir pelantikannya. Pesawat tertunda satu jam dari jadwal semula.

Begitu mendarat di bandara baru, hujan baru saja reda sehingga langit bersih dari asap. Semula kami sepakat untuk makan siang menu khas Banjar. Namun rupanya daya tarik intan Martapura lebih mempesona sehingga kami akhirnya berbelok ke pusat batu dan permata di Kabupaten Banjar kira kira 45 menit dari Bandara.

Rupanya kami belum beruntung, karena toko yang dituju tutup jam 3 sore. Dengan menyesal rencana melihat kilauan intan dan permata tertunda.

Lalu, karena perut sudah memberontak, tanpa dikomando kami semua melahap ikan patin bakar di rumah makan Pondok Patin yang terkenal enak di Banjarmasin.

Terbayar sudah keinginan untuk makan ikan patin bakar. Puas dan nikmat.

Esok hari sebelum acara dimulai, saya mengajak Miss Jean Lawrey dari Readi Project, pak Asep, pak Wahyu dan mba Liana untuk menikmati sarapan nasi kuning Cempaka. Kali ini sudah antisipasi dengan porsi nasi kuning yang jumbo namun tetap saja tak mampu menghabiskan.

Hari masih pagi, saat kembali ke hotel untuk membuka seminar. Seminar dengan tema Aktuaris Peluang Karier  Terbesar di Bidang Matematika. Ini merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan kepada masyarakat mengenai ilmu Aktuaria dan tentunya profesi aktuaris.

Narasumbernya adalah praktisi di bidang aktuaria. Ada pak Asep Suwondo, pak Tabah Wisnu dan dosen dari ITS, UGM, UPH yang memiliki jurusan aktuaria atau kosentrasi aktuaria.

Syukurlah, seminar diikuti dengan antusias oleh pelajar SMA beserta guru matematika se Kalimantan Selatan dan beberapa dari Kalimantan Tengah.

Memberikan pemahaman tentang ilmu aktuaria kepada siswa dan guru, tentu tidaklah mudah. Karena katanya, sulit dipahami dengan bahasa matematika yang tingkat tinggi. Ini, menjadi tantangan: memperkenalkan ilmu aktuaria yang terlihat sulit dan njlimet menjadi menarik dan mudah dipahami.

Memang. Karena kurang mengenal adan ilmu aktuaria, berimbas pada sedikitnya minat untuk menjadi seorang aktuaris. Saat ini, nyaris tidak ada anak yang memiliki cita-cita ingin menjadi aktuaris.

Padahal, kebutuhan ahli-ahli aktuaria, sangat tinggi. Peningkatan jumlah profesi aktuaris yang lambat maka kurang mampu mengimbangi kebutuhan industri. Akibatnya profesi aktuaris menjadi rebutan perusahaan yang membutuhkan.

Seorang aktuaris, sesungguhnya, memiliki peluang karier yang luas. Sekadar contoh, umpamanya saja di bidang pengelolaan risiko, analis keuangan, investasi, riset, probabilita dan konsultan.

Maka, untuk mendorong percepatan tersedianya aktuaris, OJK sejak tahun 2013 mencanangkan Program Seribu Aktuaris. Proyek ini, bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Asuransi dan Persatuan Aktuaris Indonesia yang didukung READI Project dari Pemerintah Kanada dan University of Waterloo.

Tepat rasanya program seribu aktuaris dilaksanakan di Banjarmasin yang dikenal juga dengan kota seribu sungai.

Bila dilihat dari jumlah aktuaris yang ada saat ini sebanyak 319 Aktuaris, maka untuk mencapai 1000 aktuaris perlu kerjasama semua pihak. Termasuk dunia pendidikan serta upaya terobosan yang tepat.

Tampaknya perlu ditempuh langkah yang efektif seperti memperkenalkan profesi aktuaris dan prospek kariernya kedepan melalui sosial media. Tentunya dengan gaya kekinian yang mudah dipahami oleh millenial.

Lebih jauh lagi, saya berharap seminar di kota ini dapat menarik minat pelajar SMA Banjarmasin untuk melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan matematika atau statistika dengan kosentrasi aktuaria. Ya karena peluang kerja bagi aktuaris masih terbuka luas dengan posisi jabatan yang sangat menjanjikan. Juga, gaji yang menarik.

Setelah membuka acara seminar dan panel diskusi mengenai aktuaria, saya sengaja singgah ke toko Andalas untuk membeli oleh-oleh khas Banjarmasin. Beberapa bungkus Ampang tengiri, kue bingka, ikan saluang, kerupuk kulit patin dan kain sasirangan menjadi pilihan.

Ternyata masih ada waktu, kemana  lagi kalau bukan mampir kembali ke Martapura dalam perjalanan ke bandara Syamsudin Noor yang baru, sekedar melirik permata yang berkilau disana.

Toko Kalimantan’s menjadi tujuan untuk dikunjungi karena banyak pilihan dan lengkap. Kembali beberapa kalung manik dan batu masuk dalam tas tentengan. Lengkap sudah buah tangan yang dibawa.

Perjalanan pulang kali ini diiringi langit mendung yang menggantung. Namun keinginan agar pertumbuhan Aktuaris bisa segera meningkat tetap memberikan secercah harapan yang pasti. Jangan bilang kita cinta, bila tanpa kata puitis. Mari kita kenal ilmu Aktuaria, agar minat jadi Aktuaris.(*)

About redaksi

Check Also

PNS Kodiklatal Surabaya Gelar Aksi Donor Darah dalam Rangka HUT KORPRI ke-53 Tahun 2024

Surabaya, koranpelita.com Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke-53 Tahun 2024, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca