Jakarta, Koranpelita
Vanuatu mengangkat isu Papua saat pidato di Sidang Majelis Umum ke-74 Perserikatan Bangsa-Bangsa. Indonesia kemudian langsung menggunakan kesempatan hak jawab untuk memberi balasan tegas.
Isu Papua itu diangkat oleh Perdana Menteri Vanuatu, Charlot Salwai Tabimasmas, dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum ke-74 PBB. Dia menyebut ada dugaan pelanggaran HAM di Papua.
“Kami mengecam pelanggaran HAM terhadap masyarakat asli Papua,” kata Tabimasmas seperti dikutip dari video di situs PBB. Dia sendiri berpidato pada Jumat (27/9) lalu.
Tabimasmas berharap PBB bisa mencari solusi untuk masalah di Papua serta mendorong PBB untuk mendatangi Papua dan mengecek kondisi di sana. Dia juga memberi seruan ke Indonesia.
“Kami juga meminta pemerintah Indonesia, sebagai negara mitra, untuk bertindak adil dan memberi akses bagi misi PBB,” ucapnya.
Berkaitan dengan pidato tersebut, Indonesia lalu menggunakan hak jawab untuk menanggapi pernyataan Perdana Menteri Vanuatu tersebut. Hak jawab (right to reply) itu disampaikan oleh diplomat bernama Rayyanul Sangadji.
Rayyanul menegaskan Papua adalah bagian dari Indonesia. Indonesia pun balik menuding motif Vanuatu mengangkat isu Papua di PBB bukanlah dilatari kepedulian terhadap HAM, melainkan karena negara itu mendukung separatisme.
Rayyanul menyebut langkah provokatif Vanuatu adalah state-sponsored separatism.
“Vanuatu ingin memberi kesan seakan-akan mendukung isu HAM padahal motif yang sebenarnya adalah negara itu mendukung agenda separatis,” kata Rayyanul seperti dikutip dari video di situs PBB.
“Vanuatu tidak sadar bahwa aksinya memberikan harapan kosong, bahkan memicu konflik. Perbuatan tersebut sangat tidak bertanggung jawab,” sambungnya.
Dia meminta Vanuatu kembali membaca fakta dan sejarah soal Papua. Rayyanul menegaskan Papua telah dan akan selalu menjadi bagian dari Indonesia.
“Indonesia, seperti negara lain, berkomitmen melindungi HAM seluruh warganya termasuk di Papua. Seperti negara demokrasi lainnya, yang dilakukan pemerintah selalu diawasi rakyatnya,” ujarnya.
Rayyanul pun menutup hak jawabnya dengan Bahasa Indonesia. “Kita semua bersaudara,” tutupnya.(ay)