Purworejo, Koranpelita.com
Jenderal Sarwo Edhie Wibowo tokoh sentral penumpas G30S/PKI. Pemberontakan kumunis tahun 1965 mengakibatkan sejumlah jenderal menjadi korban dalam tragedi Lubang Buaya.
Sarwo Edhie kelahiran Purworejo, Jawa Tengah sekaligus tempat dimakamkan mertua Letjen Susilo Bambang Yudhoyono. Jasanya bagi negara ini sangat besar terutama ketika melakukan penumpasan Gerakan 30 September PKI.
Begitupun masyarakat Indonesia pasti mengenalnya sebagai Komandan RPKAD pada waktu itu, yang kemudian berubah nama saat ini menjadi Kopassus.
Tim DPP Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (Genppari) di bawah pimpinan Dede Farhan Aulawi melakukan ziarah ke makam beliau untuk mendo’akan dan sekaligus mengenang jasa – jasa beliau.
Dede menjelaskan bahwa dirinya termasuk orang yang sangat menghormati dan mengagumi kehebatan, keberanian dan ketegasan alm. Sarwo Edhie dalam berjuang dalam membela bangsa dan negara.
“ Oleh karena itu sebagai bentuk rasa hormat dan kagum, maka saya dan Tim Genppari sengaja datang dari Bandung ke Purworejo untuk melakukan ziarah kubur dan sekaligus mendo’akan arwah beliau agar diterima disisi Alloh SWT, diampuni segala khilafnya dan dilipatgandakan segala amal sholihnya. Aamiin YRA “, katanya.
Adapun terkait pariwisata, Dede menjelaskan bahwa Genppari secara sungguh – sungguh ingin terus memajukan pariwisata Indonesia sebagai wujud kecintaan terhadap bangsa dan negara. Bukan hanya pariwisata yang bersifat hiburan saja, tetapi juga ada wisata sejarah, cagar alam, keraton, kerajaan dan kesultanan nusantara, serta objek – objek wisata lainnya beserta semua atribut pendukung kemajuan pariwisata. Kunjungan ke tempat – tempat bersejarah juga sekaligus sebagai wisata edukasi dan wisata spiritual, agar kita tidak melupakan para pahlawan yang telah berjasa untuk Indonesia tercinta ini. Sekaligus juga mampu menggugah kesadaran ruhaniah agar kita pun yang masih hidup untuk selalu mengingat akan kematian yang bisa datang setiap saat menunggu waktu dan antrian. Ujar Dede.
Mengingat kematian jangan diartikan jadi loyo atau tidak bersemangat dalam hidup. Melainkan justeru harus lebih bersemangat dalam hidup dengan mengisi ibadah dan amal sholih untuk bekal di akhirat kelak nanti. Secara psikologis, orang yang sering mengingat akan kematian pun dirinya akan banyak menge-rem diri dari segala jenis perbuatan tercela, karena setiap perbuatan dan perkataan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan nanti.
“ Mempertanggungjawabkan diri saja sudah berat, apalagi kalau banyak orang yang tersakiti dan terdzolimi oleh kita. Mereka semua akan memohon keadilan di persidangan Mahkamah Robbi yang pasti adil dan transparan. Oleh karenanya mari sama – sama untuk saling mengingatkan dalam kebaikan agar kita bisa digolongkan menjadi hamba – hamba Alloh yang sholih dan sholihah. Aamiin YRA “, pungkas Dede menutup pertemuan.
Semoga apa yang disamppaikan oleh Dede Farhan Aulawi tadi, bisa menggugah kesadaran kolektif kita akan waktu kematian yang pasti semakin mendekat. Soal teknis penyebab kematian, apakah melalui sakit, kecelakaan, atau tiba – tiba pasti akan selalu menjadi rahasia Alloh SWT. Tugas kita hanyalah untuk selalu bersiap diri kapan saja jika Sang Malakul Maut datang. Percayalah bahwa jika ajal telah tiba maka pasti tidak bisa dimajukan ataupun dimundurkan meski sesaat saja. Mari kita dukung himbauan dari Ketua Umum Genppari ini agar pariwisata Indonesia semakin maju, dan masyarakatnya semakin sholih dan bertaqwa. (rel)