Kelor Tingkatkan Nilai Ekonomis Lahan di Nagari Kapuh, XI Koto Tarusan, Pesisir Selatan

Padang, Koranpelita.com

Universitas Tamansiswa, melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), melakukan Pengembangan Tanaman Kelor Guna Meningkatkan Nilai Ekonomis Lahan di Nagari atau Desa Kapuh, Kecamatan XI Koto Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

Sebagai ketua kegiatan ini adalah Dr. Ir. Zasmeli Suhaemi, MP, sedangkan tim pelaksana adalah Syahrial, SP., M.S. dan Nurlina, SE., M.Si.

Kegiatan ini bisa berjalan berkat kerja sama Universitas Tamansiswa dengan Kemenristek Dikti dengan masyarakat mitra anggota Dasa Wisma Anggrek II.

Ketua Program PKM Dr Zasmeli Suhaemi memberikan penyuluhan kemasan yang menarik.

Sejak Kelorisasi yang dilakukan oleh Yayasan Anugerah Kencana Buana (Anugerah), yang awalnya diperkenalkan kembali oleh Prof. Dr. Clara M Kusharto, MSc, Gurubesar IPB, dampaknya sangat luas.

Kiriman bibit yang tidak putus-putusnya selalu dikirim dengan setia oleh Ibu Monica dari Semarang. Ribuan batang bibit telah dikirim kepada berbagai Perguruan Tinggi dari wilayah Timur di Malang, Surabaya, Pacitan, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Bekasi, Depok, daerah Jawa Barat lainnya sampai melaju ke Sumatra Barat.

Program ini berupa rangkaian kegiatan yang diselenggarakan sejak Bulan April hingga November 2019. Kegiatan PKM ini dalam rangka memberdayakan keluarga di Dasa Wisma Anggrek II dengan jumlah 64 keluarga, sehingga kaum ibu tumah tangga dapat memanfaatkan lahan mereka sebagai sumber ekonomi keluarga dengan menambah nilai ekonomisnya melalui penanaman Kelor dan pengolahannya menjadi Teh Kelor, karena lahan masyarakat cenderung hanya dibiarkan tumbuh tanaman rumput, sehingga apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan nilai ekonomis lahan.

Tanaman ini sangat mudah dikembang biakan, dan tidak membutuhkan tanah dengan kualifikasi khusus serta bersifat tahunan, sehingga tidak memberatkan masyarakat dalam pengelolaannya.

Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan tinggi batang mencapai 7 sampai 11 meter. Batangnya mudah patah cabangnya jarang tetapi akarnya sangat kuat. Daun kelor berbentuk bulat telur,ukurannya kecil dan bersusun majemuk didalam satu tangkai. Bunganya berbau semerbak, warnanya putih kekuning-kuningan dan tundung pelepah bunganya berwarna hijau.

Sementara itu, buahnya berbentuk segitiga memanjang. Dibandingkan dengan dedaunan sayuran lainnya, daun kelor memiliki dua kali lebih banyak protein dibandingkan kedele, enam kali lebih banyak vitamin C dibandingkan jeruk, empat kali lebih banyak Vitamin A dibandingkan Wortel, empat kali lebih banyak Kalsiun dibandingkan dengan susu, tujuh kali lebih banyak kalsium dibandingkan pisang, tujuh kali lebih banyak Vitamin B1 dari pada ragi, enam kali lebih banyak polifenol dari pada anggur merah, empat kali lebih banyak asam folat dari pada hati sapi, empat kali lebih banyak  Vitamin E dari pada gandum, dua kali lebih banyak serat dari pada gandum, satu setengah kali lebih banyak asam amino dari pada telur, dua puluh lima kali lebih banyak zat besi dibandingkan dengan daun bayam.
Setelah Kelor tumbuh dengan baik, maka daunnya dapat diolah menjadi teh Kelor dan bahan baku Telur asin Kelor.

Saat ini kelompok masyarakat di Dasa Wisma Anggrek II, telah berhasil memiliki 40 pohon Kelor, di lahan sekitar rumah anggota dan kebun bibit kelompok. Dari daunnya telah dibuat menjadi teh Kelor, yang dipasarkan dengan berat 20 gram seharga Rp. 10.000,- sedangkan teur asn bisa dijual seharga Rp 4000,- perbutir.

Hasil program ini diharapkan dapat menambah pendapatan kelompok Dasa Wisma Anggrek I, terutama kaum ibu-ibu. Ketua Dasa Wisma Anggrek II, ibu Yet mengatakan, peserta pelatihan antusias untuk menjadikan usaha ini sebagai Badan Usaha Milik Nagari (BUMNAG) berbasis Kelor. “Kelor sebagai Miracle of Tree” memang belum membudaya di masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dan Sumatra Barat, bahkan sebagian besar masyarakat menganggap tanaman ini mengandung mistis, sehingga justru dijauhi oleh masyarakat,” ujarnya. Menurutnya, dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan masyarakat khususnya anggota Dasa Wisma Anggrek II, mulai mengubah anggapan mereka tentang Kelor. Guna meningkatkan partisipasi masyarakat, maka peserta pelatihan yang telah berhasilkan menumbuhkan tanaman Kelor dengan baik di lahan rumah mereka, diberikan apresiasi berupa hadiah peralatan produksi.

Dari mengkonsumsi kelor, terbukti dapat mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit berat, seperti diabetes, hepatitis, jantung dan kolesterol tinggi. Membantu mengatasi gizi buruk, mata minus, plus dan silinder, asam urat, stroke, mata rabun dan lainnya. Karena daun Kelor yang telah dikeringkan (Teh Kelor) mengandung senyawa aktif antara lain: saponin polifenol, alkaloida, tanin, steroid, flavonoid, gula tereduksi, dan minyak atsiri. Kelor juga kaya akan Protein = 29,6 %, Energi = 254 Kal/kg, dan Anti oksidant (Vitamin C) = 239,42 ppm.

Cara menggunakannya juga mudah, seperti dijelaskan oleh Dr. Ir. Zasmeli Suhaemi, MP, “ambil 1-2 sendok makan teh daun Kelor, seduh dengan air panas, biarkan teh mengendap, siap diminum”.
Selain diolah sebagai teh Kelor, daun kelor yang kering dapat juga dijadikan sebagai bahan tambahan pembutan telur asin, sebagai pangan kesukaan masyarakat Sumatera Barat. Sehingga dihasilkan teur asin rendah kolesterol dan kaya akan anti oksidan.

Hasil penelitian menunjuukan penggunaan daun Kelor dapat mereduksi kandungan kolesterol telur asin sampai sepertiga bagiannya saja.

Penggunaan seduan kelor nampaknya, seperti  digambarkan dalam penelitian Prof.  drh. Tutik Wresdiyati, PhD., PAVet, barangkali bisa juga menjadi penyeimbang pengaruh radikal bebas untuk tetap dalam keadaan seimbang sehingga radikal bebas bisa memberikan peran positif dalam tubuh.

Peran itu, menurut uraian beliau adalah proses maturasi sistem sel, dan sistem pertahanan tubuh.

Radikal bebas yang dihasilkan oleh sel-sel fagosif, saat melakukan proses dapat merusak mikroba patogen yang masuk ke dalam tubuh.

Radikal bebas dapat juga berperan dalam sejumlah sistem sinyal regulasi dari sel otot polos pembuluh darah dan jantung. Suatu peran yang barangkali dapat ikut dipertahankan oleh intervensi peran kelor kalau di konsumsi secara wajar.

Kegiatan ini juga bersinergi dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya di Nagari Kapuh yang dilaksanakan oleh Universitas Tamansiswa Padang.

Masyarakat yang berminat ikut dalam kegiatan ini dipersilahkan menghubungi mahasiswa KKN. Bibit pohon kelor relatif mudah ditanam di Kebun Bergizi di halaman rumah. Kelor juga dapat ditanam dari biji kelor sehingga perbanyakannya diharapkan akan makin cepat di seluruh Indonesia. (djo)

About redaksi

Check Also

Tim Peneliti USM Temukan Inovasi Pembelajaran Berbasis Pendidikan 5.0

SEMARANG,KORANPELITA– Tim Peneliti Dosen Universitas Semarang (USM) yang terdiri atas Ketua Dr. Tatas Transinata, S.Pd., …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca