Dan, akhirnya, sampailah di Sydney International Airport. Lebih cepat 25 menit dari jadwal. Sepertinya pesawat yang membawa kami terbang dari daratan Asia ke benua Australia, memacu kecepatannya seolah tahu bahwa kami ingin segera menjelajah kota Sydney.
Bersyukur bahwa kru pesawat juga membangunkan kami saat harus sahur, karena memang bulan Ramadhan masih menyisakan dua hari.
Pukul 9 pagi kami sudah sampai Sydney international airport. Setelah melewati imigrasi dan beacukai Australia, ada beberapa pilihan untuk menuju rumah di henderson road alexandria. Kereta, bus, taxi, atau uber. Dengan pertimbangan kemudahan mencapai tujuan, dan alasan kenyamanan karena membawa 3 kopor besar, taxi kami pilih karena memang langsung di depan mata juga. Ongkosnya pun persis seperti yang sudah diperkirakan oleh si bungsu sang tour guide.
Sampailah kami di sebuah rumah petak (karena memang sangat mirip dengan rumah petak di Jakarta) setelah menempuh jarak 8 km dalam 20 menit. Jarak yang tidak terlalu jauh, tapi tidak enak untuk terlelap sejenak karena nanggung.
Yang agak menggembirakan, sopir taksi yang kami tumpangi, ternyata orang Indonesia yang telah bermukim cukup lama di Australia. Pak Iding namanya. Mungkin itu pula yang menjadikan kantuk sedikit hilang. Dalam 20 menit, banyak yang bisa kami obrolkan, termasuk cara menjalankan puasa dan sholat ied di Sydney. Menyenangkan, karena Pak Iding seorang pencerita yang baik, sehingga waktu 20 menit terasa sangat singkat.
Nah, tugas putri sulung menanti, begitu kami sampai di ‘rumah petak’ gaya Sydney. Tugas membuka pintu yang kuncinya merupakan kombinasi dari 4 angka antara 0 sampai dengan 9. Kombinasi angka ini sudah didapat dari komunikasi dengan sang pemilik rumah.
Inilah eloknya Australia. Tanpa harus ketemu dengan sang pemilik rumah, tanpa harus ada kunci pintu tapi cukup 4 deret angka ditekan maka pintu rumah dapat dibuka. Dan ternyata (ini yang juga mengejutkan) rumah petak di negeri Kangguru, nyaman juga.
Ada 2 kamar tidur, ada ruang keluarga dilengkapi TV, ada dapur yang komplet dengan peralatan masak, serta kamar mandi yang besar. Tapi yang paling menggembirakan adalah ada mesin cuci dan juga mesin pengeringnya.
Belum selesai. Segala yang menggembirakan hati tinggal di rumah petak Australia, masih ditambah kemewahan halaman belakang yang lumayan. Rasanya, asyik membayangkan bisa barbequean saat musim panas. Pokoke, not bad lah. Pasti si sulung sudah melihat review dari para pengguna rumah tersebut sebelum-sebelumnya.
Tidur. Ya, itu hal yang penting dilakukan setelah semalaman hanya memejamkan mata dengan kualitas yang kurang bagus. Setelah mandi dan berganti pakaian, kami tidur pulas walau perut dalam kondisi kosong karena memang sedang puasa.
Tentu saja sebelum tidur, terlebih dahulu harus menghidupkan heater penghangat ruangan. Ya walaupun dulu, di kampung saya di Nganjir juga dingin membuat menggigil, tapi dinginnya Sydney yang sudah mulai memasuki winter (winter itu kalau di Nganjir disebut bediding alias musim dingin yang sangat menyiksa tulang), terasa asing bagi tubuh saya.(bersambung)