Jakarta, Koranpelita.com
Tergusurdan terpinggir. Itulah nasib sejumlah masjid di Ibu Kota. Banyak masjid di Jakarta menjadi korban. Masjid Hidayatullah misalnya atau Masjid Baitul Mukhlisin di Karet Semanggi.
Tiga Guru Besar Betawi yakin Guru Mughni, Guru Mansyur dan Guru Marzuki meninggalkan warisan masjid bersejarah.
Masjid Baitul Mughni peninggalan Guru Mughni persis di ruas Jalan Gatot Subroto beruntung pengurusnya mampu mempertahankan keberadaan masjid dan menjadi icon masyarakat Betawi.
Meski harus berjibaku, berjuang keras akhirnya terwujud bangunan Masjid Baitul Mughni.
Guru Marzuki di Klender lebih beruntung, lokasinya yang jauh dari pusat ekonomi dan bisnis, situs sejarahnya tidak menjadi incaran para konglomerat. Kawasan Klender tempat Guru Marzuki berjuang dalam dakwah Islamiyyah lebih berdekatan dengan masyarakat muslim.
Akan halnya dengan Guru Mansyur di Tanah Abang, kawasan pusat perbelanjaan megah se ASEAN. Secara umum Pasar Tanah Abang menjadi pusat perdagangan, namun Masjid Al Mansur kehilangan jamaahnya. Tergusur karena masjid menjadi tidak berperan dalam dakwah bagi pedagang.
Pusat perdagangan bukan lagi.milik.para saudagar muslim. Masjid Al Mansur juga terjepit, tinggal.bangunan utama yang tersisa. Halaman luas yang menjadi peradaban tergusur pembangunan jalan.
Kawasan BNI City dan Sarinah menggusur masjid kecil di bagian depan yang berhadapan langsung dengan Jalan Jenderal Sudirman. Beruntung masjid kecil hanya dipindahkan ke bagian belakang sehingga masyarakat masih dapat menunaikan ibadah.
Sedangkan di Sarinah Jalan Husni Thamrin, tidak terjadi kesepakatan ruas jalan utama tidak diizinkan berdiri bangunan masjid. Lokasi dipindahkan ke belakang sekitar 500 meter, kini menjadi Masjid Cut Nyak Dien yang berdekatan dengan Masjid Cut Mutia yang menempati bekas gedung VOC.
Di bagian kota tua terdapat Masjid Kebon Jeruk di ruas Jalan Hayam Wuruk, masjid yang sekarang menjadi markas Jamaah Tabligh beruntung tidak tergusur karena menjadi cagar budaya dengan Undang-Undang yang mengaturnya.
Masjid Al Awabin di Kalilio, Senen meski terancam tergusur pusat perdagangan, para pengurusnya bersikeras mempertahankannya.
Masjid terjepit bangunan menjulang tinggi, jalan masuknya juga ditutup pengembang, beruntung sisi Utara masjid terdapat jalan sehingga masjid tetap memiliki akses keluar masuk.
Di Pusat Perdagangan Mangga Dua sepanjang kurang lebih satu.kilo meter awalnya berjejer masjid milik masyarakat, namun pengembangan kawasan menggusur sejumlah masjid dan musholla. D ini tidak tersisa satupun bangunan masjid dan musholla di ruas Jalan Mangga Dua Raya.
Masjid Al Furqon di ruas Jalan Kramat Raya 45, tidak kurang membutuhkan perjuangan. Apalagi Masjid Al Furqon menjadi markasnya Masyumi dan para penerusnya.
Untuk membangun Masjid Al Furqon dan Gedung Pusat Da’wah Dewan Dawah Islamiyyah Indonesia panitia harus berjuang ekstra keras.
Masjid di Jalan Pramuka mengalami nasib serupa. Menjadi incaran kawasan bisnis perhotelan, masjid di ruas jalan utama hendak dipindahkan, pengembang sudah membuat bangunan di belakang hotel. Lagi-lagi pengurus harus berjuang untuk mempertahanan keberadaan masjid agar tetap berdiri di ruas jalan utama.
Terbaru puluhan masjid tergusur akibat pembangunan banjir kanal timur dan pelebaran jalan tol. (djo)
.