Tausiyah Kepemimpinan: Mari Menggali NKS, Nilai Kepemimpinan Sejati

Begitulah. Ada kebahagiaan (sekaligus kebanggaan) karena di bulan puasa ini, saya diundang untuk sebuah tausyiah. Aslinya memang sekadar berbagi cerita tentang jalan hidup saya, sejak masih lampau hingga saat ini. Tapi karena adanya di bulan puasa dan menjelang berbuka, lebih terasa religius jika disebut tausyiah.

Cerita dimulai dari hari Rabu pagi tanggal 15 Mei 2019. Saya dihubungi oleh CEO perusahaan yang memiliki lebih dari 60.000 pegawai untuk sharing. Jadwalnya esok sore, tanggal 16 Mei 2016. Sebenarnya saya mendapatkan dua undangan lain di hari Kamis, 16 Mei 2019 itu: buka bersama Menteri Tenaga Kerja dan buka bersama dengan Ketua OJK.

Namun WA dari Pak Elisa Lumbantoruan, CEO PT ISS Indonesia yang masyur itu, sangat menggoda untuk dipilih. Apalagi, undangannya untuk berbagi kiat menuju sukses di depan karyawan perusahaaan sekelas ISS Indonesia. Jujur saja, ini baru pertama kali saya diminta bercerita pengalaman hidup seperti yang tertulis dalam buku saya berjudul Nami Kulo Sumarjono. Buku yang membuat saya, kini lebih sering dipanggil dengan sebutan NKS, singkatan dari Nami Kulo Sumarjono.

Tentu, dalam setiap kesempatan berbicara di banyak forum, akan saya selipkan pesan untuk mensosialisasikan dan mengedukasi tentang pentingnya jaminan sosial.

WA yang saya terima sebenarnya sangat sederhana. Boleh saya telepon, begitu yang tertulis pada WA tersebut. Saya agak kaget. PT ISS Indonesia merupakan peserta/nasabah dari institusi di mana saya bekerja. Bukan sembarang peserta tentunya. Dengan jumlah tenaga kerja yang begitu besar, PT ISS Indonesia merupakan peserta perusahaan platinum yang besar kontribusinya untuk institusi tempat saya menjadi salah satu direkturnya.

Jadilah dengan pertimbangan itu, saya langsung menelepon Pak Elisa yang namanya tidak asing lagi. Saya sampaikan kepada beliau bahwa saya yang harus menelepon. Tidak elok sebagai junior, kok justru beliau yang menelepon saya. Kalau dalam etika orang Jawa itu disebut nranyak alias tidak sopan. Saya bisa kuwalat, apalagi Bapak Elisa adalah senior beberapa tahun di atas saya di Jurusan Matematika ITB.

Dari pembicaraan per telepon dengan Pak Elisa, saya tahu bahwa sebenarnya PT ISS Indonesia mengundang Bapak Sofyan Djalil, Menteri Agraria dan Kepala BPN. Tokoh publik yang pernah menjadi menteri BUMN itu, dijadwalkan untuk sharing dalam acara Leadership Talk  di depan sekitar 400 pegawai PT ISS Indonesia.  Namun sehari sebelum pelaksanaan leadership talk dan buka bersama itu, Pak Menteri menyatakan tidak bisa hadir.

Sebagai gantinya, saya yang diminta untuk mengisi acara. Sungguh. Ini merupakan kehormatan tersendiri, saya dihubungi oleh CEO ISS Indonesia untuk hal tersebut. Walaupun saya sampaikan bahwa rasanya jauh sekali timpangnya, dari pembicara semula yang seorang menteri, diganti hanya oleh seorang Sumarjono.

Tapi tentu saja, Pak Elisa berusaha meyakinkan saya. Beliau menyebut, saya orang yang tepat untuk berbagi cerita pengalaman perjalanan hidup kepada 400 pegawai yang rata-rata pendidikannya SMA atau SMK. Mungkin dengan latar belakang ekonomi yang mirip dengan saya. Maka baiklah kalau begitu.

Sesampai di PT ISS Indonesia sudah Ashar. Setelah Sholat Ashar di mushola yang tidak jauh dari ruang pertemuan untuk sharing, saya diajak office tour. Menakjubkan, karena dijelaskan dengan sangat detail setiap proses bagaimana rekrutmen pegawai, mendidiknya hingga siap kerja. Tidak mengherankan bila pegawai PT ISS Indonesia profesional menjalankan tugasnya. Terlihat dari prosedurnya yang transparan, rapi, serta didukung oleh teknologi informasi yang canggih.

Sebelum pegawainya bertugas, mereka dididik dalam kelas yang dilengkapi dengan alat peraga, persis dengan di dunia kerja. PT ISS Indonesia mengedepankan attitude dibandingkan  skill dan knowledge dengan prosentase attitude 40%, skill 30%, dan knowledge 30%. Ini mungkin yang juga membuat warna berbeda dari perusahaan sejenis. Di samping itu, ada jenjang karir bagi karyawan untuk bisa menduduki posisi supervisor ataupun manager.

Sebagai informasi, PT ISS Indonesia memiliki cakupan jasa layanan terdiri dari Kebersihan, Catering, Keamanan, Parking, Property dan Support Services, serta Facility Management. Setiap bulan, perusahaan ini merekrut sekitar 3.000 karyawan yang rata-rata berpendidikan SMA atau SMK.

Selesai melihat-lihat kantor ISS Indonesia dengan segala ketakjuban, tiba waktunya saya menyampaikan tausiyah tentang NKS atau Nilai Kepemimpinan Sejati. Sebelum dimulai, Pak Elisa mengenalkan saya sebagai seorang direktur di badan hukum publik yang mengelola cukup besar dana peserta. Beliau juga menyampaikan bahwa ada profesi lain saya yaitu,  stand up comedian sehingga para peserta diminta menyiapkan diri untuk dikocok perut kosongnya.

Oke. Cerita saya mulai dari tema, Nilai Kepemimpinan Sejati. Tema ini bisa disingkat NKS agar selaras dengan cerita dalam buku Nami Kulo Sumarjono yang di kalangan terbatas, sudah telanjur populer dengan singkatan NKS. Lalu, di awal tausyiah, saya memperkenalkan diri sambil menayangkan foto berbusana Jawa lengkap dengan blankon serta tulisan jelas Nami Kulo Sumarjono. Dengan begitu saya berharap orang tidak menyangka saya ini bule (orang Eropa).

Slide berikutnya sebuah foto usang sewaktu saya berusia sekitar 5 tahun berdiri bersama kakak dan sepupu di depan rumah joglo dengan dinding terbuat dari bambu dan beralaskan tanah. Di situ saya sampaikan pesan bahwa saya berasal dari keluarga sederhana kalau tidak bisa dibilang kurang mampu. Saking kekurangannya, yang memberi nama saya dan seluruh kakak-adik saya bukan orangtua, tetapi paman saya yang tinggalnya di kota. Nama yang diberikan paman saya itu, semuanya diawali dengan suku kata “Su” yang bermakna baik. Meski terkesan sangat Jawa, tapi selalu saya syukuri, karena saya masih diberi nama.

Selanjutnya, saya cerita proses menjadi “seseorang” yang tak lepas dari peran orang-orang di sekeliling kita. Peran orangtua, terutama Ibu sangat kental untuk bisa menghadapi kerasnya kehidupan. Walaupun orangtua tidak mengeyam pendidikan formal, namun beliau mampu memberikan contoh laksana seorang profesor yang menguasai ilmu kehidupan.

Banyak pesan-pesan moral yang disampaikan lewat bahasa Jawa yang terasa adem, ya karena memang kedua orangtua tidak lancar berbahasa Indonesia. Sebut saja quote dari Ibu yang masih terkenang yang kira-kira dalam bahasa Indonesianya berbunyi begini: ukur baju badan sendiri. Ataupun, jika kita menanam padi, mungkin akan tumbuh rumput liar, tapi jika kita menanam rumput, jangan harap akan tumbuh padi.

Peran guru, baik di sekolah ataupun di mushola/masjid juga berpengaruh dalam proses menghadapi permasalahan. Demikian pula dengan para pimpinan kita yang membimbing dalam bekerja dan menyelesaikan berbagai masalah. Selanjutnya, yang tidak bisa dilupakan adalah junior kita, bawahan kita.

Saya kemudian membagi berbagai tips menuju nilai kepemimpinan sejati dengan langkah antara lain menjadi orang yang berbeda dari orang lain (be unique), ikhlas dan senang dalam menjalankan tugas (tidak mengeluh), be innovative, beri hasil melebihi ekspektasi atasan ataupun pemegang kepentingan lainnya. Dan yakinlah bahwa sukses itu hak kita semua.

Hal yang juga penting  adalah, jangan semua permasalahan diserahkan kepada waktu untuk menyelesaikannya, kasihan dia. Ayo cari cara untuk menyelesaikannya dan menjadi bagian dari solusi, bukan menjadi bagian dari masalah itu sendiri. Jangan menyerah pada keadaan, masih banyak orang yang berjuang walau dalam ketidakberadaan. Never give up.

Di bagian akhir tausyiah, saya menutupnya dengan tulisan dari Arry Rahmansah yang mengatakan bahwa petunjuk kepemimpinan tersebut adalah Rukun Islam. Kelima prinsip kepemimpinan dalam rukun Islam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Rukun #1 (Syahadat) : Prinsip Visioner

Rukun #2 (Shalat) : Prinsip Disiplin

Rukun #3 (Puasa) : Prinsip Integritas

Rukun #4 (Zakat) : Prinsip Peduli

Rukun #5 (Naik Haji) : Prinsip Rendah Hati.

Begitulah cerita perjalanan hidup saya. Sebuah kisah yang tidak semuanya manis, karena justru lebih banyak yang sedih-sedih. Dan, rasanya waktu berjalan sangat cepat, entah karena cerita yang saya sampaikan atau semua peserta seperti mengalami kehidupan yang tidak jauh berbeda dengan buku NKS. Tapi semogalah semua itu bermanfaat.

Salam NKS

 

About redaksi

Check Also

Inovasi Ketahanan Pangan Kota Semarang Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Semarang,KORANPELITA com – Inovasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di bidang ketahanan pangan kembali mendapatkan apresiasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca