KI MANTEP- Letnan Sugiharto piawai dalam memainkan wayang kulit pada acara peringatan Hari Jadi Kota Magelang ke-1113.(dispenad)

Letda  Sugiharto, Ki Mantep Yonarmed 3/105 Tarik

Magelang, Koranpelita.com

Sebagai prajurit TNI AD tidak meluluhkan kecintaan dan kemauannya untuk melestarikan budaya bangsa sebagai dalang wayang kulit, sehingga dalam kesehariannya Letda Arm Sugiharto  dijuluki Ki Mantep. 

“Letnan Sugiharto, memang piawai dalam memainkan wayang kulit, sehingga dalam acara peringatan Hari Jadi Kota Magelang ke-1113, yang bersangkutan tampil di kawasan situs bersejarah Kota Magelang, Mantyasih,  sejak Rabu malam (10/4)  sampai Kamis pagi (11/4),”ungkap  Komandan Batalyon Armed 3/105 Tarik Letkol Arm Irwansah, S.A.P  dalam rilis tertulisnya di Magelang, Jumat (124).

Menurut lulusan Akmil tahun 2001 ini, pertunjukan yang ditampilkan oleh Sugiharto mungkin hal yang baru dan sangat jarang ada. Lakon yang dimainkan, Letnan Sugiharto, atau kita panggil Ki Mantep yaitu cerita Setyaki Krida

“Tidak hanya menunjukkan keterampilan dalam hal mendalang, tapi juga menunjukkan bahwa prajurit TNI AD peduli terhadap warisan budaya bangsa yang harus kita jaga, pelihara dan lestarikan,”tegas Perwira kelahiran Malang ini.

Lebih lanjut Irwansah mengungkapkan bahwa sesungguhnya dunia pewayangan bagi Sugiharto bukanlah hal yang baru, karena   Kakeknya seniman dan ayahnya  pemain wayang orang.

Terpisah, Dalang Letda Sugiharto menceritakan bahwa dirinya sejak kecil tidak pernah absen menonton wayang, meskipun harus begadang sampai malam. Dari kebiasaaannya tersebut  kemudian muncul keinginan untuk mempelajari wayang.

“Kemudian saya belajar kepada seorang dalang asal Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang beberapa kali berlatih, ternyata dinilai berbakat menjadi dalang. Saya pun makin semangat belajar wayang, meskipun dengan otodidak di sela-sela aktivitas sebagai anggota TNI AD,”tambahnya.

Sugiharto menyampaikan, pada pementasan cerita Setyaki Krida, dirinya ingin menyampaikan pesan dan menanamkan nilai-nilai keprajuritan yang dimiliki Kusir dari Prabu Kresna itu.

“Tokoh Setyaki jarang dijadikan tokoh utama, namun dengan karakter yang dimilikinya maka diangkat sebagai tokoh utama ceritera ini,”ujar Sugiharto

Lebih lanjut Sugiharto menceritakan tentang perjalanan  Setyaki yang dimasa mudanya gemar olah keprajuritan dan bertapa, yang menjadikan dirinya sangat sakti.

“Ketika perang Bharatayudha, Setyaki sangat setia menjadi kusir kereta Prabu Kresna ke medan perang membantu para Pandawa. Ia meninggal dunia setelah Perang Bharatayudha dengan kemenangan para Pandawa akibat perang Gada sesama Wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka,”tuturnya.

Falsafah yang bisa diambil dari tokoh Setyaki adalah seorang punggawa yang jujur, cerdas, bertanggungjawab, kuat hati, tidak mengenal menyerah, pengabdian sangat total, seorang religius, mencintai rakyat dan sangat setia kepada pimpinan.

Pada   saat adegan ‘Limbukan’ atau adegan setelah adegan pertama (jejer sepisan) yang biasanaya adegan inter mezo untuk mengendurkan urat syaraf penonton, Sugiharto menampilkan tokoh punakawan , yaitu Petruk dan Bagong.

“Karena menjelang pemilu, maka kita angkat  tema sinergitas antara pemerintah  dengan TNI dan Polri di dalam mensukseskan Pemilu 2019,”tandasnya.(ay)

 

About ahmad yani

Check Also

Danpusdikkav Kodikmar Pimpin Serrijab Dansetakav Pusdikkav Kodikmar

Surabaya, koranpelita.com Upacara Serah terima Jabatan (Sertijab) Komandan Sekolah Tamtama Kavaleri dari Mayor Marinir Hayat …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca