TIGA hari lalu saya baru saja memuji pemerintah Australia yang memberi perhatian besar kepada warga Muslim dengan menyediakan tempat ibadah.
Seperti yang saya nikmati di Bandara Melbourne, Kamis (13/3) subuh. Lepas dari pemeriksaan Imigrasi, langsung terlihat jelas petunjuk tempat beribadah. Di situlah kami salat subuh.
Di kota Sydney, dan Perth yang sering saya kunjungi juga begitu. Tersedia tempat untuk salat Jumat. Karena jemaah melimpah salat Jumat dilaksanakan sampai dua kloter.
Bukan hanya Australia, tetapi juga di NZ Selandia Baru. Saya berkali -kali salat Jumat di negara ini. Malah 2 September 2017, saya salat Idul Adha di Wellington bersama Dubes RI di NZ, Tantowi Yahya.
Terakhir: 9 November 2018, bersama beberapa kawan wartawan diantar salat Jumat oleh Tantowi Yahya di City Mosque Brandon Street.
Pengurus mesjid menyambut hangat dan ramah. Bahkan kami diberi souvenir jepitan dasi. Salat Jumat di sini juga dua kloter.
Selandia Baru bukan cuma dikenal sebagai negara paling aman di dunia, melainkan tempat lebih Islami dibandingkan negara berpenduduk mayoritas Islam. Begitu gambaran tentang penerimaan warga Muslim yang mayoritas di sana.
Namun, Jumat (15/3) siang semua kenyamanan itu dikoyak-koyak oleh aksis teroris yang melakukan pembunuhan keji jamaah salat Jumat di dua mesjid di Christcurch, NZ. Empat puluh sembilan meninggal dunia, duapuluh luka-luka.
Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Semoga seluruh korban mendapatkan tempat sebaik-baiknya di sisi Allah SWT. Sedangkan pelaku teror itu mendapatkan hukuman setimpal setara dengan kekejiannya. (penulis Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat)