Kartini Muslimah (1)
KORANPELITA–RADEN Ayu (RAy) Kartini ketika berusaia 20 tahun mulai intensif berkenalan dengan ajaran Islam. Setelah pertemuan spiritual pertama dengan Kyai Sholeh bin Umar atau Kyai Sholeh Darat Al Samarangi.
Pamanda Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, ketika itu menggelar pengajian. Hadir para pembesar, kerabat, sagabat termasuk RAy Kartini.
Kyai Sholeh Darat yang memberikan ceramah. Membahas tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini tidak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata dari sang guru.
RAy Kartini, sekama ini, hanya tahu membaca Al Fatihah tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu. Kartini mulai terbuka pemahamannya tentang Al Fatihah.
RAy Kartini di kesempatan berikutnya mendesak pamannda untuk menemani menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tidak mampu mengelak, Kartini terus merenge untuk kembali bertemu sang guru.
“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog dengan Kyai Sholeh Darat.
Kyai tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ayu bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.
“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.
Kyai Sholeh, sang guru tidak punya kata untuk menyela. “Bukan buatan rasa syukur kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”
Kartini menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk menerjemahkan Al Qur’an ke dalam Bahasa Jawa.
Selanjutnya Kyai Sholeh Darat menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.
Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan spiritual. Pandangan Kartini tentang Eropa berubah. KH Saleh Darat mempengaruhi pemikiran RA Kartini.
Hadiah Al Qur’an yang diterjemahkan dengan huruf pegon, huruf arab berbahasa Jawa sehingga RA Kartini mampu mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an.
Habis Gelap Terbitlah Terang, salah satu tulisan Kartini yang terinspirasi dari penggalan ayat Al Qur’an Surat Al Baqarah, mina dzulumati ila nur.
Kyai Sholeh Darat menerjemahkan Surat Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Namun Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia di tahun 1903. (D)