450 Desa Masuk Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial

Jakarta,Koranpelita.com

Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menyasar 450 desa di Indonesia melalui program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Program ini merupakan upaya perpustakaan memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan berusaha.

Melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, Perpusnas berupaya melakukan penguatan literasi di masyarakat dan pemerataan informasi untuk peningkatan kesejahteraan. Tahun ini, sebanyak 450 perpustakaan desa di 159 kabupaten di 32 provinsi di Indonesia disasar program tersebut.

“Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial memiliki tujuan untuk meningkatkan terciptanya masyarakat yang sejahtera. Sekaligus meningkatkan kualitas layanan perpustakaan dan meningkatkan penggunaan layanan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan,” ujar Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi dalam Sosialisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial 2021 dengan tema ‘Perpustakaan Bertransformasi, Solusi untuk Masyarakat Desa Berdaya di Masa Pandemi’, di Jakarta, Senin (15/3/2021).

Dikatakan, strategi transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial mendesain perpustakaan dan koleksinya untuk dimanfaatkan masyarakat seoptimal mungkin. Hal ini menjadikan perpustakaan sebagai ruang untuk berbagi pengetahuan perpustakaan, ruang untuk belajar kontekstual, dan perpustakaan sebagai ruang berlatih keterampilan kerja. Indikator yang diharapkan adalah peningkatan pelibatan masyarakat dalam kegiatan perpustakaan maupun peningkatan jumlah kemitraan perpustakaan dengan berbagai lembaga.

“Kami berharap melalui program transformasi berbasis inklusi sosial ini dapat menghasilkan dampak yang luar biasa di tengah masyarakat. Perpustakaan berperan bukan hanya mencerdaskan masyarakat tetapi juga mensejahterakan masyarakat baik di tingkat keluarga maupun masyarakat secara luas,” harapnya.

Sementara itu, Team Leader Konsultan Pendamping Program, Erlyn Sulistyaningsih menyampaikan pada masa pandemi Covid-19, banyak hal yang terdampak terutama pada aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Perpustakaan yang menjadi pusat literasi masyarakat harus bisa melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat bangkit dari kesulitan.

“Literasi bukan hanya sebatas kemampuan mengenal huruf dan angka, namun dimaknai lebih luas sebagai proses di mana kita dimampukan menerima informasi, mengolah, menganalisa, dan mengaplikasikannya dalam hidup. Apalagi di masa pandemi, perpustakaan harus mampu membangkitkan gairah perekonomian masyarakat,” ujarnya.

Erlyn mencontohkan, seperti halnya di Bali, di mana pariwisata yang menjadi sektor unggulan sangat merasakan dampak pandemi. Banyak usaha yang terkait sektor ini tutup sehingga PHK pun tidak terelakkan. Namun, ada seorang koki dari Bali bernama Made Suwardika yang mampu membangkitkan ekonomi keluarganya dengan membuka usaha bumbu dan ternak lele. Keberhasilannya ini tidak lepas dari peran perpustakaan.

“Karena di PHK, pak Made kemudian mencari bahan bacaan di perpustakaan sesuai dengan keahliannya. Dari sinilah muncul inspirasi untuk membuka usaha bumbu bali,” lanjutnya.

Dalam penerapan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, lanjut Erlyn, perpustakaan desa dapat melakukan variasi kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sumber daya yang mereka miliki.

“Pada pelaksanaan program transformasi berbasis inklusi sosial ini diperlukan dukungan dari pemerintah desa, kabupaten/kota, dan provinsi. Selain itu, komitmen perpustakaan harus siap memberikan layanan prima, agar tercapat tujuan mensejahterakan masyarakat,” ungkapnya.

Ketua Tim Pakar Menteri Desa dan PDTT RI, Haryono Suyono, mengatakan untuk meyakinkan pemerintah desa bahwa keberadaan perpustakaan sangat dibutuhkan masyarakat, maka perpustakaan desa harus bekerja sama dengan pemerintah setempat.

“Harus meyakinkan dan membuktikan kepada pemerintah desa dan masyarakat bahwa perpustakaan desa membantu menyediakan bahan bacaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Masyarakat lebih membutuhkan informasi tepat guna, seperti bagaimana mengelola desa dengan beragam potensi yang mereka miliki,” katanya. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

Terima Perwakilan Buruh, Wali kota Agustina Tegaskan Komitmen Perjuangkan Kenaikan UMR–UMSK 2026

SEMARANG,KORANPELITA – Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng menerima langsung perwakilan buruh dari Aliansi Buruh Jawa …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca