Meh Mak Dut

Bekasi Ora (9)

Mbah Kasan Suhadi bin mbah Tjokro Dikromo Allah Yarham. Semasa hidupnya mbah Kasan, bercerita pasca sakit sepuh yang menghampirinya.

Sakit serius karena usia yang mencapai kisaran 80 tahun. Tidak banyak aktivitas di usia senjanya. Tinggal menengok anak dan cucu, sesekali bercanda dan bercerita tentang berbagai hal di masa lalu.

Mbah Kasan, begitu kami menyapa. Menjelang akhir hidupnya masih memimpin doa diantara jamaah tahlil dan tahmid. Tidak fasih benar karena gigi geliginya sudah tiada, namun jelas bekas ngaji di langgar mbah Tjokro Hafidzul Qur’an.

“Meh Mak Dut,” begitu mbah Kasan bercerita tentang sakitnya. Sakit yang hampir tidak ada obatnya sehingga hampir saja merenggut jiwa dan raganya.

Hampir saja berakhir, begitu terjemahan bebas dari ungkapan mbah Kasan. Diucapkan dengan aksen yang benar dan menyakinkan. Hal itu memberikan arti sakitnya sangat serius hingga hampir saja menjadi akhir dari kehidupannya.

Allah Taala belum menakdirkan, mbah Kasan kembali bugar. Kembali bercanda dan kembali bercerita. Sampailah cerita mbah Kasan di hadapan Anda, semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita generasi muda, anak, cucu dan cicit.

Menjelang usia 60 tahun tepatnya 10 Februari 2021, saya mengalami seperti mbah Kasan. Suatu kondisi yang sangat terpuruk. Kesehatan sedang berada di titik nadir, semangat sedang ngedrop. Dua tahun selesai dari tempat kerja, pengangguran kelas berat.

Meh Mak Dut. Hipertensi tak terkendali, ikutannya hiperkolesterol dan asam urat. Lengkap sudah, gambaran mudahnya, untuk berjalan saja harus dipandu.

Berjalan dari kamar harus dibantu. Keluar kamar berjarak lima meter tidak bisa sendiri. Dokter menyarankan untuk segera dirawat di rumah sakit. Alasannya bintik-bintik di permukaan kulit, pertanda ada virus yang masuk. Itu reaksi tubuh, kalau ada gejala ikutan srgera buat tindakan.

Ada tiga kemungkinan virus yang menyebabkan reaksi tubuh. Dengue, Chikungunya dan Covid-19. Deg trataban mendengar kata dokter yang terakhir. Covid-19 sedang mengamuk di seluruh negeri, tidak ketinggalan di sekitar rumah.

Terbayang sudah bagaimana ketika harus menghadapi sendirian. Berat, benar-benar pageblug. Memikirkan saja sudah stres, apalagi harus menghadapi.

Menghadapi sakit yang biasa saja sudah harus berjuang dengan susah payahnya. Bayangkan bagaimana repotnya. Untuk pertama kali harus mondok di rumah sakit. Untuk pertama kalinya harus kencing saja harus menggunakan pispot.

Alhamdulillah. Sepekan di rumah sakit, dokter mengizinkan pulang. Masoh harus di kursi roda. Berjalan dipandu, semuanya tidak bisa sendiri. Semua harus dibantu, bahkan untuk urusan yang paling pribadi.

Ibadah pasti tidak maksimal, sholat harus mengambil ruhsoh. Ibadah sunnah hampir tidak pernah. Jumat yang wajib juga mengambil ijtihad, dalam keadaan darurat.

Allah Taala memberikan banyak kemudahan. Satu di antaranya, sabar ketika menghadapi sakit akan menggugurkan dosa. (D)

About suparman

Check Also

TNI AL BERSAMA BPK RI LAKSANAKAN TAKLIMAT AKHIR PEMERIKSAAN TERINCI KINERJA DAN TAKLIMAT AWAL PEMERIKSAAN INTERIM ATAS LK KEMHAN TNI TA 2024 DI CILANGKAP

Jakarta, koranpelita.com TNI AL bersama Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) melaksanakan Taklimat Akhir …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca