Oleh: Dr. H. Joni,SH.MH
*Penulis, Notaris tinggal di Sampit.
Perkebunan merupakan sektor yang penting dalam menopang ketahanan pangan nasional, sebagai bagian dari sub sektor pertanian. Sektor yang bisa disebut nyaris terlupakan ini memang operasionalisasinya bisa disebut sebagai terlepas dari hiruk pikuk poitik nasional. Namun tentu saja tidak bisa diabaikan begitu saja. Keberadaaannya sebagai sektor strategis mengharuskan pengelolaan yang bersifat profesional, dalam arti harus bersunguh sungguh, dalam upaya memberi sumbangan terhadap tingkat ketahanan pangan dan lumbung pangan nasional.
Di sinilah ironinya, begitu strategisnya sektor ini, namun harus dilepaskan dan senyatanya memang terlepas dari hiruk pikuk sector lain, khususnya perpolitikan dan peristiwa sector lainnya. Untuk ini patut diapresiasi, dalam memperingati hari Perkebunan Nasional yang tahun 2020 ini, menjadi catatan tersendiri dari obyektifikas kondisi dimaksud.
Tahun ini, momentum hari pertanian, khususnya perkebunan ini diperingati jatuh pada tanggal 10 Desember digawangi oleh Kementerian Pertanian (Kementan) yang menyelenggarakan peringatan Hari Perkebunan ke-63 di Serpong, Tangerang Selatan. Acara yang digelar tahun ini mengusung tema Optimalisasi Ekspor Perkebunan dalam Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional, dengan berbagai aktivitas selama dua hari dan akan berakhir Sabtu, 12 Desember 2020. Bukan acaranya yang menjadi orientasi, namun demiikian momentum yang bersamaan dengan masih merebaknya pandemi korona, menjadikan momentum hari perkebunan nasional ini istimewa.
Apresiasi Petani dan Pengebun
Momentum peringatan tahun ini, persamaannya dengan tahun tahun sebelujnya adalah kepastian bahwa masalah perkebunan terlepas dari momentum dan hiruk pikuk politik. Apresiasi ditujukan kepada para petani dan perkebunan di Indonesia. Sebab selama ini, subsektor perkebunan mampu memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan pendapatan negara. Oleh karena itu subsektor perkebunan harus menjadi perhatian Bersama. Penekanan terhadap apresiasi untuk para petani dan pengebun ini, dengan idealism untuk optimalisasi Ekspor Perkebunan dalam Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional.
Keprihatinan, sebagai kondisi konkret di tanah air, bahkan dalam tataran global merupakan kenyataan obyektif. Tahun ini kondisi global, tidak terkecuali kondisi tanah air berada di tengah kondisi pandemi korona dalam suasana penuh keprihatinan dan kondisi ekonomi nasional dan dunia sedang mengalami kontraksi ekonomi yang sangat dalam sehingga berdampak pada dunia kesehatan maupun perekonomian nasional yang sangat nyata pada seluruh aspek kehidupan.
Pandemi korona berdampak besar pada dunia usaha bahkan sejumlah negara mengalami resesi perekonomian yang mengakibatkan merosotnya pendapatan, jumlah lapangan kerja serta penjualan retail menuru dan terpuruknya industri manufaktur. Namun demikian para pengebun, khususnya para petani tidak hanya berpangku tangan dan menyerah pada keadaan.
Menggembirakan, bahwa terlepas dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap sektor perkebunan ini, khususnya pada sektor pertanian dalam kondisi pandemi mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 pada triwulan 2 PDB sektor pertanian tumbuh sebesar 16,24 persen dan triwulan 3 tumbuh lagi 2,15 persen.
Sebagai informasi tambahan, bahwa berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS, angka sementara), nilai ekspor pertanian Januari-Oktober 2020 adalah sebesar 359,5 Triliun Rupiah atau naik 11,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan nilai sebesar tersebut, sub sektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 326,86 Triliun (90,92 %). Untuk ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada Januari-Oktober paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dan kopi. Ekspor perkebunan tertinggi terjadi di bulan Oktober yaitu sebesar 38, 46 Triliun Rupiah dengan kenaikan sebesar 8,76 persen dari bulan sebelumnya.
Keadaan di atas menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditi perkebunan sebagai salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat meskipun ditengah pandemi corona.
Upaya ini sejalan dengan program Kementerian Pertanian yang bertekad dapat mewujudkan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks). Dengan optimism, khususnya subsektor perkebunan perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, termasuk BUMN dan swasta, sehingga diharapkan nantinya terbangun Korporasi petani. Petani dan pekebun harus berada dan menjadi mitra Swasta dan BUMN, sehingga petani terangkat pendapatan dan kesejahteraannya.
Optimisme Sektor Perkebunan
Sekali lagi, terlepas dari berbagai pengaruh dari kehidupan social, sektor perkebunan bisa disebut tidak terpengaruh dengan berbagai sektor dimaksud, khususnya hiruk pikuknya situasi perpolitikan. Secara obyektif dan karenanya itu layak diapresiasi sektor ini merupakan bagian yang memberikan energi sehingga sektor perkebunan, terkhusus sektor pertanian mengalami pertumbuhan saat ini. Tentu saja dengan catatan bahwa para penggelut dunia petanian tidak ada yang boleh menepuk dadanya terlalu tinggi. Kesemuanya adalah untuk kberkarya atau bekerja untuk kepentingan bersama dan kepentingan nasional.
Intinya bahwa momentum yang secara umum menggembirakan di tengah pandemi korona ini harusnya mampu menjadi pemacu semangat dan motivasi dalam mengambil peranan untuk pemulihan ekonomi nasional.. hal demikian bukannya tanpa dasar. Sebagai catatan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, angka sementara), nilai ekspor pertanian Januari-Oktober 2020 adalah sebesar 359,5 Triliun Rupiah atau naik 11,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan nilai sebesar tersebut, sub sektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 326,86 Triliun (90,92 %).
Adapun ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada Januari-Oktober paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dan kopi. Ekspor perkebunan tertinggi terjadi di bulan Oktober yaitu sebesar 38, 46 Triliun Rupiah dengan kenaikan sebesar 8,76 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini yang kiranya menjadi catatan dari perjalanan momentum sektor perkebunan tanah air saat ini.
Terlepas dari keberhasilan yang nyaris sepi publikasi dan perhatian public ini, sektor perkebunan menghadapi ujian. Ujian dimasud adalah munculnya pandemi yang tentu saja berpengaruh besar dalam pelaksanaan berbagai program pertanian, khususnya sektor perkebunan. Bahwa Pandemi korona berdampak besar pada dunia usaha bahkan sejumlah negara mengalami resesi perekonomian yang mengakibatkan merosotnya pendapatan, jumlah lapangan kerja serta penjualan retail menuru dan terpuruknya industri manufaktur. Kesadaran yang kiranya harus ditanamkan dan menjadi penyemangat, bahwa semua elemen pertanian, khususnya perkebunan adalah bagian yang memberikan energi sehingga sektor pertanian mengalami pertumbuhan saat ini.***