“Mahasiswa Diharapkan Jangan Golput Di Pemilu 2019 Gunakan Hak Pilihnya sesuai Hati Nurani”
Jakarta, Koranpelita.com
Menjelangpelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2019 diharapkan warga menggunakan haknya dengan baik sesuai hati nurani karena (Golongan Putih) Golput mencapai 20 persen, ini menjadi persoalan dalam demokrasi Indonesia mengingat pemilu kali ini bersejarah.Benarkah?
“Saya berharap setiap warga dimana saja berada pergunakanlah sebaik-baiknya hak untuk memilih jangan disia-siakan karena kesempatan kita hanya 5 tahun sekali saja,”ujar Prof Jimly Asshidique, SH, M.H kepada sejumlah media termasuk KORANPELITA.COM, usai memberikan paparan dalam seminar ‘Hak Konstitusional Warga Negara pada Pemilihan Umum dalam sudut pandang Hak Asasi Manusia,” yang diselenggarakan Fakultas Hukum Uversitas Esa Unggul, di Jakarta, sabtu (13/04/2019)
Dikatakan Prof Jimly untuk pemilihan umum serentak pada tanggal 17 April 2019 yang hanya beberapa hari lagi dilaksanakan, ada 5 kertas surat suara diharapkan mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa Indonesia jangan Golput gunakanlah hak pilihnya kesempatan hanya 5 tahun sekali ini.
“Kalau misalkan ada 1 surat suara tidak kamu suka, ya kan dipilih masih ada 4 surat suara lagi masa lima-lima nya tidak dipilih. Jadi saya himbau gunakan hak pilihnya usahakan untuk menuju ke TPS,” terang Prof Jimly yang juga calon anggota DPD DKI Jakarta
Menurut Prof Jimly bahwa pemilihan umun pada tahun 2019 ini sangat bersejarah karena baru pertama kalinya Pemilu serentak dilaksanakan yang merupakan momentum untuk proses pendewasaan politik demokrasi bagi para mahasiswa sebagai generasi muda milineal bangsa Indonesia di masa depan
“Mahasiswa harus aktif menjadi bagian sejarah dalam pengaruh politik yang santun dan bermartabat, karena sudah berlangsung selama 5 tahun pengaruh ketegangan dan pembelahan yang terjadi di masyarakat sekarang ini akibat perbedaan aspirasi akibat berbeda pilihan politiknya masing-masing terjadi ketegangan,” ungkapnya.
Pasalnya Pengaruh mahasiswa dalam politik demokrasi kedepan sangat dibutuhkan, oleh karena itu tidak boleh salah pilih gunakan aspirasi sebagai mahasiswa generasi muda milenial untuk benar-benar menjatuhkan pilihan terutama presidennya, kalau yang lain bolehlah golput misalnya DPRD, tapi DPD jangan dong penting juga DPD.
“Jadi sebagai mahasiswa harus ikut partisipasi dan pergunakan hak pilih sebaik-baiknya ini momentum yang sangat krusial,” tegasnya.
Prof Jimly menambahkan
kalau misalnya golput terlalu banyak itu artinya akan menciptakan ketidakpercayaan yang luas, bukan hanya kepada paslon yang ada tetapi sistim yang sudah kita sepakat ini seolah-olah tidak dipercaya,’ terangnya.
“Saya menghimbau kepada seluruh mahasiswa dan masyarakat di Indonesia yang punya hak pilih manfaatkanlah hak pilihnya itu dengan sebaik-baiknya, bahkan jika sesuai aspirasi harus diperjuangkan,” terangnya.
Disinggung terkait Debat Capres dan masa kampanye pada Pemilu serentak tahun 2019 ini, Prof Jimly mengatakan bahwa seharusnya debat capres terakhir itu tidak diperlukan lagi, sebab dari Debat Capres yang keempat saja masyarakat di seluruh Indonesia tentunya sudah mempunyai sikap, namun harus kita hargai upaya dan sudah merupakan aturan penyelenggara pemilu serentak ini.Sedangkan masa Kampanye yang terlalu panjang ini masih banyak dikeluhkan oleh sebagain masyarakat Indonesia,
” Saya rasa kedepannya diharapkan aturan penyelenggaraan pemilu serentak ini perlu di evaluasi dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Ditempat yang sama Dekan Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, Dr.Wasis Susetio SH, M.H mengatakan bahwa kegiatan seminar fakultas hukum bertujuan dalam rangka untuk menambah dan mempertajam ilmu pengetahuan dan kesadaran politik mahasiswa dilingkungan kampus civitas akademika Universitas Esa Unggul tentang hak konstitusional warga negara pada pemilu dalam sudut pandang hak asasi manusia, yang sekarang ini sangat dibutuhkan peranan mahasiswa sebagai generasi muda milenial dalam membentuk karakter politik bangsa dan negara Indonesia kedepannya.
“Kami tentunya sudah lama melakukan kesadaran politik mahasiswa dilingkungan kampus Universitas Esa Unggul dengan berbagai agenda kegiatan seminar dan dialog serta interaksi melalui media sosial.Terpenting Pemilu 2019 berjalan dengan lancar, damai dan menggembirakan terangnya.
Sementara pengamat politik Ifdhal Kasim, S.H., L.L.M menyoroti hasil survei yang selama ini menjadi pro kontra.Sebaiknya lembaga survei mempunya asosiasi yang tugasnya
mengontrol/menguji dan menegur atas kinernya jika keluar dari kaidah- kaidah yang berlaku, sehingga objektivitas bisa terjaga dan trust menjadi acuannya.
“Selama ini belum ada yang mengatur lebih jelas khususnya publik survei atau individual survei.Padahal esensi survei itu sendiri adalah membantu kita membaca gejala itu survei yang sebenarnya,”tandasnya (han)