Keluarga Pak Kadri dan Ibu Siti Munawwaroh Hisyam, sedang menanti uluran tangan. Saat ini, di rumahnya, terbaring bayi mungil yang belum lama dilahirkan. Kondisinya memprihatinkan setelah dibawa pulang dari RSUD Wates, Kulon Progo.
Rumah keluarga besar Alkadri ada di Desa Tegalrejo, Janten, Kapenewon Temon, Kabupaten Kulon Progo. Tapi semua hanya bisa menanti, ditambah dengan berdoa agar datang keajaiban, sehingga bayi yang diberi nama Muhammad itu, mendapatkan kesembuhan.
Bu Siti yang alumni Madrasah Muallimat Muhammadiyah Jogjakarta, juga hanya bisa menangis setiap kali melihat bayi Muhammad. Kesedihannya seperti tak habis-habis, karena mendapatkan cobaan yang berat.
Saat dilahirkan, kondisi Muhammad memang sudah memprihatinkan, sebab ketuban ibunya sudah kering. Berbagai cara, dilakukan agar bayi di dalam rahim bia berkembang. Hanya saja, usaha maksimal tak membuahkan hasil yang optimal. Jadi, begitu lahir, bayi sudah harus dibawa ke ruang NICU oleh sebab paru-parunya tidak mengembang. Sang ayah, bahkan belum sempat mengadzani.
Sudah lebih sebulan bayi malang ini, berada di dalam incubator di ruang NICU RSUD Wates. Untuk bertahan hidup, ia juga tergantung pada sinar UV, sementara itu nafasnya sangat pendek serta terdengan berbunyi.
Paru-paru Muhammad memang ada masalah. Ia terancam mengalami pneumonia tanpa penanganan. Selama di rumah sakit, juga sangat membutuhkan ventilator, selang ASi, serta antibiotic yang semuanya tidak murah.
Ayah Muhammad yang bernama Alkadri adalah seorang pendakwah. Profesi yang dijalani sepanjang 20 tahun itu, menjadi gantungan utama hidup keluarga. Dengan pekerjaan mulia itu, Pak Kadri yang asli Aceh, menghidupi istri dan anak-anaknya yang berjumlah tujuh orang.
Jika dihitung, penghasilanya hanya 60 ribu setiap hari. Tapi dengan tekun Alkadri menjalani pekerjaannya yang mulia dengan sabar. Setiap hari, dari pagi hingga petang, datang ke masjid-masjid, atau ke rumah sejumlah orang untuk berdakwah.
Hidup yang tenang dijalani, selama bertahun-tahun sampai cobaan itu datang. Bayinya yang baru dilahirkan, mengalami gangguan Kesehatan. Pak Kadri yang tak berhenti bersyukur, berusaha menghadapi cobaan itu, dengan tetap tabah. Tapi biaya rumah sakit, membuatnya tidak tenang.
“Sekarang sudah dibawa pulang dari rumah sakit. Tapi maish menyisakan tunggakan. Kira-kira, menurut beliau, 40 juta rupiah kurang sedikit. Kita juga sedang menggalang dana untuk membantu Pak Kadri,” kata Mas Nino, yang aktif membantu mencarikan donator untuk keluarga sahabatnya itu.
Bersama teman-teman dari alumni sekolah atau paguyuban perantau, Mas Nino terus bergerak membantu Pak Kadri dan Bu Siti. Sejumlah dermawan juga sudah membantu, namun karena kondisi bayi Muhammad yang cukup serius, masih membutuhkan uluran tangan.
“Kita sudah koordniasikan dengan teman-teman alumni MTS Wates lulusan tahun 96-97. Kami bergotong-royong membantu sebisanya. Selama ini, untuk lulusan tahun 96 dikoordinir oleh Pak Sukardi. Jadi monggo untuk yang ingin membantu bisa menghubungi langsung orangtua Muhammad. Atau lewat kami,” kata Mas Nini sambil menyebutkan nomor telepon yang bisa dihubungi. 0838.2138.6446 (Alkadri), 088.1213.2737 (atas nama Siti Mnawwaroh Hisyam).
Menurut Mas Nino, yang paling berat, tentu saja melunasi tunggakan biaya rumah sakit yang hamper 40 juta itu. “Apalagi, pihak rumah sakit juga sudah memberi deadline yang semakin hari semakin dekat,” tambahnya.(pitu)