Braja Satrio Untuk Budaya Betawi

Braja Satrio Lahir Untuk Budaya Betawi yang selama ini tersingkirkan dan terpinggirkan

Jakarta, Koranpelita.com

Gerakan Braja Satrio lahir atas kegelisahan aspek budaya yang selama ini terasa disingkirkan dan hampir punah akibat tergilas globalisasi.Benarkah?

“Braja Satrio lahir untuk menjembati eksistensi budaya betawi ditengah kehidupan warga ibu kota Jakarta. Peninggalan sejarah budaya betawi yang masih tersisa adalah Situ Babakan, Marunda, Kemayoran, Tanah Abang, Condet dan tempat lainnya disekitar Jakarta,” ujar Satrio Wibowo selaku Ketua Umum Braja Satrio kepada sejumlah media termasuk KORANPELITA.COM, belum lama ini di Jakarta.

Menurut Satrio gerakan Braja Satrio lebih fokus untuk membuat sebuah gerakan yayasan Braja Satrio berupa kuliner, bela diri pencak silat, tarian, musik dan lagu Betawi.

“Ini dilakukan agar anak anak milenial bisa kita buat lebih tertarik akan budaya betawi sehingga kebudayaan betawi ini bisa menjadi tren dan memiliki rasa kebanggaan untuk melestarikan kebudayaan Betawi,”terangnya.

Lebih lanjut Satrio mengatakan, Dengan concern saya di PDIP mengikuti founding Father kita Bung Karno sebagai pesannya dengan ideologi Pancasila dan mengikuti Trilogi Trisakti yang berdikari dibidang Ekomomi kita harus mandiri secara ekonomi kesejahteraan, budaya yang nantinya bisa jadi kebanggan menjadi industri rumah tangga dan politik kita harus kuat.

“Disinilah semoga yayasan Braja Satrio ini bisa memajukan di sisi budayanya. Taglinenya adalah Centeng Budaya Betawi. Centeng disini bukanlah diartikan jagoan tapi adalah menjaga, kalianlah yang menjadi pendekar-pendekar yang menjaga kebudayaan Betawi yang selama ini masih tinggal di Jakarta sudah sewajarnya walaupun dari daerah manapun berasal untuk mendorong budaya tersebut,” imbuhnya.

Presiden Jokowi tambah Satrio adalah seorang pekerja keras yang cinta damai, cinta rakyat, jujur, tulus, tegas, berpengalaman dan ada bukti nyatanya, keluarga bahagia, meletakkan jabatan, gak menjadi lawan, anti korupsi, konsisten. Hal inilah yang patut kita dukung.

“Kehadiran kita hari ini mengajak semua untuk bergabung di Braja Satrio. Yang pertama paling penting adalah niat positif kita semua. Ini bukanlah gerakan politik tapi gerakan kebudayaan. Braja Satrio adalah gerakan kebudayaan, kami ingin mendukung 01,” imbuhnya.

Kegelisihan menurut Satrio karena kami melihat kebudayaan Betawi ini berangsur angsur hilang. Bahkan anak kita memilih beladiri diluar pencak silat, makanan luar selain makanan Betawi, Budaya luar selain budaya Betawi.
Jadi kita bisa membentuk kegiatan ektra kulikuker disekolah sekolah seperti pencak silat. Ini yang akan saya perjuangkan nanti di anggota dewan untuk membuat peraturan mendukung pelestarian budaya Betawi yang SK nya sudah ada yang tinggal kita eksekusikan bagaimana tiap sekolah ada program pendidikan Betawi di Ekskulnya sehingga budaya Betawi ada juga food kuliner Betawi untuk pariwisata, ” terangnya.

Alhasil kita harus membuat anggaran yang bisa diserap warga Betawi sehingga ada pelatihan khusus seperti pelatihan gambang kromong, drama Betawi, Pencak Silat. Selama ini dikampung- kampung mereka sangat mandiri dalam membuat sendiri latihan dilapangan sendiri. Dalam hal ini seharusnya pemerintah mendukukung dalam sarana prasarananya secara maksimal sehingga kegelisihan muncul.

“Kita berinisiasi membentuk yayasan Braja Satrio yang independen dan non profit oriented tapi murni untuk kebudayaan.
Ini dilakukan tidak hanya di Jakarta saja tapi satu nusantara akan kami kunjungi sebagai sebuah misi kebudayaan yang turunan dari Trisakti Bung Karno dari sisi budayanya,” ungkapnya.

Jadi kata Satrio ini akan menjaga nilai trisakti poin budaya.Untuk kebudayaan kita harus kulonuwon dulu dengan politik santun siapa seniman di wilayah tersebut kita berkunjung untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan ini.

“Ini lebih kedukungan para seniman dan jawara se- Jabodetabek mendukung 01 untuk mempersatukan masalah bangsa kita saat ini. Masalah bangsa kita saat ini adalah budaya kita terganggu, ada sekelompok orang tertentu memanfaatkan golongan tertentu untuk merebut kekuasaan sehingga kami menjadi benteng budaya tersebut untuk kenjaga NKRI ini,” tegasnya

Seperti diketahui Braja Satrio adalah gerakan kebudayaan, kami ingin mendukung 01. Kegelisihan ini karena kami melihat kebudayaan Betawi ini berangsur angsur hilang. Seperti anak kita memilih beladiri diluar pencak silat, makanan luar selain makanan Betawi, Budaya luar.Kami berharap budaya ini menjadi pemersatu bangsa Indonesia sehingga program Jokowi selama ini yang sudah bagus di pendidikan bisa dilebarkan disisi budayanya. Para pemangku budaya, seniman, jawara ini agar diperhatikan kesejahteraannya.

“Jadi kita nanti banyak mengharapkan pemerintah mendapatkan bantuan dari Unicef PBB, WB ke yayasan kerja Braja Satrio sehingga dapat mengelola dana terebut untuk Budaya Indonesia ini utuh benar benar budaya,” tuturnya

Dikatakan Satrio tujuan Braja Satrio ini tidak hanya di Infonesia saja, nantinya bisa Go International yang akan mempercepat ataupun memperkaya kebudayaan ini menjadi sebuah kekayaan kita yang harus bangga bisa tampil di theatre di Germany, KBRI Denmark, dan dunia lainnya.

“Para budaya ini kita satukan dengan Anggatan Kemendikbud, CSR, Pemda sehingga mereka dapat fokus melestarikannya.
Bukannya kita menakut nakuti dengan lambangnya yang menakutkan tapi tujuannya baik. Intinya jangan ganggu kami, kami ingin menjaga budaya. Kita tegas dalam budaya jangan sampai budaya disisipi oleh orang-orang yang menginginkan kekuasaan. Ini sebagai garis terdepan budaya Indonesia dan ini budaya Nusantara,”terangnya.

Menurut Narso sebagai Panglima Braja Satrio menjelaskan terkait filosofi Logo Braja Satrio digambarkan dengan burung gagak, kalau ada kematian burung gagak ini sebagai tanda agar kita selalu ingat kematian dan selalu bersyukur dan terimakasih apa yang sudah Allah berikan. Tengkorak sebagai nyawa manusia, Ajal kapan menjemput tidak ada yang tahu sehingga kita menjadi insan yang sholeh, baik dan berbudi mulia. Pita adalah simbol persaudaraan, saling membantu yang lemah dan perlu pertolongan.
Braja Satrio ini awalnya bernama sambung nyowo karena dia seorang raja dan juga seorang prajurit yang satria. Braja ini sebagai keamanan, yang di amankan disini adalah budaya yang turunan dari trisakti.

“Dari lambang ini dibungkus menjadi tameng yang menjadi perisai, ” ungkapnya.

Menurut rencana tambah Cak Wari sosialisasi bendera Braja Satrio akan dibawa langsung ke Candi Borobudur sebagai titik awal pergerekan berlanjut ke Kota Blitar dan Surabaya.

Deklarasi ini, menurut Satrio kita ingin berikan dukungan pada orang baik yaitu bapak Jokowi dan Ma’ruf Amin.

“Yayasan Braja Satrio ini kiblatnya ke Jokowi yang tulus dan baik,” tandasnya.(han)

About redaksi

Check Also

Maximus Tipagau : Banyaknya Potensi Untuk Menjadikan Mimika Sebagai Kota Percontohan di Tanah Papua

Jakarta, Koranpelita.com Mewujudkan Mimika bersatu, berdaya saing, sejahterah, dan pembangunan yang berkelanjutan itulah visi dari …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca