Surabaya, Koranpelita.com
Empat hari menjelang Prasetya Perwira TNI dan Pelantikan Perwira Polri Tahun 2020 pada Selasa mendatang, Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) Tingkat lll, ll dan l menggelar Tradisi Pesta Air untuk melepas seniornya, Tingkat lV Angkatan ke-65 yang statusnya sudah menjadi Calon Perwira Remaja (Capaja) di Kolam Renang Jala Krida Tirta, Kesatrian AAL Bumimoro, Surabaya, Sabtu (11/7).
Tradisi Pesta Air ini, dibuka Gubernur Akademi Angkatan Laut, Laksda TNI Edi Sucipto, S,E., M.M, bahkan Gubernur AAL turut melompat ke kolam renang yang kemudian diikuti seluruh Capaja AAL lainnya. Selain Gubernur, hadir juga Wagub AAL Brigjen TNI (Mar) Endi Supardi, S.E, Seklem AAL, para Pejabat Utama ALL, pelatih, pengasuh dijajaran AAL lainnya.
Di sisi timur Kolam Renang Jala Krida Tirta, juga tampak menyaksikan Ibu Asuh Taruna yang juga Ketua Cabang Berdiri Sendiri (CBS) Jalasenastri AAL, Ny. Eni Edi Sucipto, Wakil Ketua CBS Jalasenastri AAL Ny. Nana Endi Supardi dan beberapa pengurus Jalasenastri lainnya.
Gubernu AAL diawal sambutannya menyitir satu bait lagu “Panggung Sandiwara” yang dipopulerkan grup band God Bless. Mencermati sitiran bait lagu tersebut kata Gugernur AAL, nampaknya kita pun sedang dalam memaikan peran, layaknya lagu tersebut.
Beberapa tahun lalu para Capaja telah berhasil, memaikan perannya mulai dari tingkat l, ll, lll hingga tingkat lV yang akan bermetamorfosa menjadi Capaja dan perwira remaja. Kehidupan tentara memang keras dan disiplin tinggi untuk membentuk karakter seorang perwira yang tangguh.
“Dengan berfilosofis penyucian, maka dibuatlah acara pesta air ini untuk mengantarkan anak-anakku segera meniti peran berikutnya sebagai perwira remaja,” terang Gubernur AAL.
Acara tradisi pesta air ini pada hakikatnya menggambarkan penyucian diri taruna TK lV yang akan meninggalkan almamater dan civitas akademi, setelah selama ini ditempa di dalam kawah chandradimuka AAL, diawali dengan mandi lumpur, dilanjutkan Capaja harus melewati kerasnya kehidupan di batalyon taruna.
Dampak kerasnya kehidupan tersebut, harus dibersihkan sebagai wujud penyucian diri, sehingga tidak ada dendam, tidak ada permusuhan karena yang ditinggal juga rela Capaja bermetamorfosa untuk memainkan peran barunya sebagai perwira di medan penugasan yang baru, sebagai garda terdepan sekaligus benteng terakhir guna tetap tegak utuhnya NKRI.
Seorang admiral Sir Andrew Brown Conningham dari Royal Navy lanjutnya mengatakan, membangun kapal memerlukan waktu dua hingga tiga tahun, namun membangun tradisi memerlukan waktu ratusan tahun. Ratusan tak mungkin di capai, jika tidak diawali dari langkah yang pertama.
“Kita awali tradisi ini, bukan tak ada maksud pesta air dibuat. Ini dilakukan dengan tujuan menanamkan rasa syukur bagi taruna TK lV kepada tuhan, memantapkan rasa percaya diri taruna TK lV dalam memasuki masa dewasa, menanamkan jiwa korsa, kebersamaan dan kemandirian antara taruna TK lV dan juniornya dengan harapan kelak dapat bersama lagi dalam satu teamwork dalam peran yang lain,” pungkasnya.(ay)