Jakarta,Koranpelita.com
Indonesia Police Watch (IPW) mengapresiasi langkah cepat Polda Metro Jaya yang mencopot Kapolsek Kembangan karena melanggar Maklumat Kapolri, dengan menggelar resepsi pernikahan di hotel mewah di Jakarta, pada 21 Maret lalu, di tengah pandemi wabah Corona.
“Langkah tegas perlu dilakukan jajaran kepolisian kepada anggotanya yang mbalelo agar Maklumat Kapolri itu punya wibawa dan tidak gampang dilecehkan, terutama oleh para polisi muda,” ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangan tertulisnya, Kamis (02/4/2020).
Sehingga sangat tepat, buntut dari pesta pernikahannya itu, Kapolsek Kembangan dimutasi dan dicopot dari jabatannya serta diperiksa Propam.
“Namun, dalam melakukan penegakan hukum di lingkungannya, elit Polri harus bersikap adil. Selain Kapolsek Kembangan masih ada tiga perwira lain yang “bermasalah” berkaitan dengan wabah Corona,” kata Neta.
Disebutkannya, yakni, Ditkrimum Polda Metro Jaya yang bikin acara bagi- bagi masker di Tanah Abang, Kapolda Sulut yang bikin acara sepeda di Manado, dan Kapolda Sultra yang “membela” 49 TKA Cina hingga lolos masuk ke pedalaman Sultra. Ketiga pamen dan pati Polri ini belum kena sanksi apapun.
“Jangan gegara mereka pamen dan pati tidak kena hukuman, sementara seorang Kapolsek dengan gampang ditendang dan dicopot serta diperiksa Propam. Jika itu yang terjadi publik akan menilai bahwa Maklumat Kapolri itu beraninya cuma dengan Kapolsek dan takut dengan Kapolda,” tegasnya.
Konsekuensi melanggar Maklumat Kapolri, seperti yang dilakukan Kapolsek Kembangan ini yang bersangkutan harus dimutasi dan ditarik untuk pemeriksaan Propam.
Kapolri Idham Azis telah mengeluarkan maklumat terkait wabah Corona. Salah satunya, larangan membuat keramaian yang melibatkan massa, termasuk di dalamnya adalah resepsi pernikahan. Maklumat Kapolri itu sudah diberlakukan sejak 19 Maret 2020.
“Namun masih ada saja anggota Polri yang cuek dengan Maklumat itu, Kapolsek Kembangan misalnya tetap bikin resepsi perkawinan, lalu Kapolda Sulut bikin acara sepeda. Sangat disayangkan seorang anggota Polri berusia muda tidak menghargai maklumat kapolri dan nekat melakukan resepsi pernikahan di hotel mewah dan Kapolda Sulut bikin acara sepeda. Seolah maklumat Kapolri itu tidak punya wibawa di mata mereka,” lanjut Neta.
Namun hal ini bisa dipahami karena persiapan pernikahan maupun acara sepeda itu sudah cukup lama dilakukan. Sehingga ketika Kapolri mengeluarkan maklumat, para polisi itu nekat menabraknya.
Lebih lanjut Neta mempertanyakan, kenapa hanya Kapolsek yang dicopot?. Selain itu yang jadi pertanyaan, seorang polisi muda dengan pangkat Kompol dengan jabatan Kapolsek bisa melakukan resepsi pernikahan di hotel mewah di Jakarta.
“Siapa yang membiayai. Jika biaya sendiri, apakah seorang Kompol bisa sekaya itu. Jika dibiayai orang tuanya atau mertuanya, siapa mereka? Ini patut menjadi pertanyaan,” tutup Neta.(Iv)