Jakarta,Koranpelita.com
Ada hal yang menarik dan terungkap dalam diskusi yang bertajuk ‘Gemakan Serta Hidupkan Falsafah Bhineka Tunggal Ika-Pancasila’. Teguh Handoko, mengungkapkan bahwa sejatinya sistem filsafat Pancasila itu belum ada.
Diskusi di gelar oleh Yayasan Pustaka Harjuna di kawasan Tanjung Priok, baru baru ini dengan menghadirkan narasumber penemu Gagasan Falsafah Bhinneka Tunggal Ika, Teguh Handoko, Prof. Maswardi Rauf. MA, Iren Camelin Sinaga, Direktur Pembudayaan BPIP, serta DR. H. Robi Nurhadi M. Si dengan penanggung jawab acara, Edi Siswanto.
Menurut penemu Gagasan Falsafah Bhinneka Tunggal Teguh Handoko, tujuan utama dari digelarnya diskusi ini adalah menjadi ajang kerukunan antar anak bangsa, yang artinya anak yang diaku oleh ibu, yaitu Ibu Pertiwi. Juga karena adanya The Power of Love, cinta tanah air.
Teguh menambahkan, diskusi ini merupakan sowannya Yayasan Pustaka Harjuna untuk minta restu kepada para tokoh-tokoh anak bangsa yang mempunyai kompetensi dalam ikut merestui lahirnya rumusan Filsafat Bhinneka Tunggal Ika.
“Filsafat bhinneka tunggal ika sebetulnya adalah sistem Filsafat Pancasila yang sampai saat ini belum ada. Sehingga apapun yang kita katakan, Pancasila adalah falsafah negara dan sebagainya, tapi saat dilepas di dunia pemikiran filsafat internasional, tidak ada yang nyolek. Karena tidak mempunyai sistem yang ontologi, etimologi, aksiologi, kosmologi,” urai Teguh.
Imbuhnya lagi, ada banyak sekali pegiat Pancasila, karena mereka peduli terhadap nasib bangsa ini. Tetapi yang dipentingkan itu salah satunya adalah Ontologi Pancasila. “Dari mana kami tau itu baik, benar, jelek dan indah kalau tidak ada ontologi? Kita harus mempunyai sistem gagasan nilai yang baru. Jadi disamping benar dan salah, baik, buruk dan indah, ada juga jelek, manfaat, merusak, suci dan nista,” ujar Teguh.
Sementara itu, Prof. Maswardi Rauf. MA, mengatakan, gagasan mengenai Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebagian permasalahan dari Pancasila. Tapi fokusnya kelihatannya adalah tentang Bhinneka Tunggal Ika.
Prof. Maswardi mengatakan, ada dua idiologi besar, yaitu Pancasila itu menurut Bung Karno adalah penarikan ide- ide yang baik dari keduanya. Tapi mungkin juga di tambah dengan nilai-nilai asli kita, yang di gali dari bumi sendiri. Ini memang perlu kita kembangkan.
Hal senada juga disampaikan DR. H. Robi Nurhadi M. Si, gagasan Bhinneka Tunggal Ika itu sejatinya adalah hal yang sangat alamiah. Kebhinnekaan itu fakta yang harus kita terima. Ini menjadi bagian dari persoalan Pancasila itu sendiri.
Iren Camelin Sinaga, Direktur Pembudayaan BPIP menambahkan, bahwa kegiatan ini adalah bagian dari kemandirian masyarakat dalam menjaga nilai-nilai Pancasila yang perlu di support pemerintah. (Vin)