Menggugat Kontestan Kecantikan Putri Indonesia

Oleh: Aznil  Tan

Saya paling anti membully orang, siapapun dia. Sebenarnya saya tidak tertarik menyikapi hebohnya jagad dunia maya tentang kontes kecantikan Puteri Indonesia 2020 bernama Kalista Iskandar. Dia dibully karena tidak hafal Pancasila.

Beberapa hari saya diam dan tidak berkomentar. Tetapi lucunya yang diserang ras, yaitu ras orang Minang Ini ngga sehat lagi. Ini harus saya bersikap. Bully ini sudah menyesatkan dan menggeneralisir. Ini sudah mengarah SARA.

Dengan sadis warga net ramai-ramai menghakimi orang Minang adalah Kadrun  dan Antipancasila.

Perlu diketahui fakta sejarah bahwa berdirinya Indonesia ini adalah banyak dipelopori dan diperjuangkan oleh orang Sumatera Barat alias orang Minang. Indonesia sebagai negara republik pun dicetus oleh orang Sumatera Barat bernama Tan Malaka. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditandatangani oleh Soekarno – Hatta. Hatta adalah orang Minang.

Muhammad Yamin adalah pelopor Sumpah Pemuda. Rasuna Said merupakan perjuang hak wanita dalam pendidikan dan politik melalui surat kabar yang dipimpinnya sehingga Belanda harus mempersempit ruang geraknya. Syahrir adalah Perdana Menteri pertama Indonesia. Banyak lagi tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki peran besar menentukan Indonesia sekarang ini.

Mentang-mentang Jokowi kalah di Sumbar seakan-akan pemilih Jokowi adalah paling Indonesia ….paling Pancasila…. Sedangkan tidak pemilih Jokowi dicap anti Pancasila dan bukan NKRI.

Perlu diketahui juga, saya adalah pendukung militan Jokowi sejak 2014 dan pada pemilu 2019 sebagai pendiri sekaligus Koordinator Nasional Poros Benhil dalam pemenangan Jokowi-Ma’ruf ditengah Sumatera Barat tidak menerima sosok kehadiran Jokowi sebagai presiden RI.

Akibat dukungan saya kepada Jokowi dan ternasuk Ahok sebagai Gubernur DKI, saya pernah korban penikaman dan membuat saya harus kembali ke Jakarta karena tidak nyaman lagi tinggal di Sumatera Barat.

Jadi saya tidak mesti mengatakan Sumatera Barat itu adalah negeri Kadrun dan diisi orang anti Pancasila.

Sebagai putera Minang, saya melihat orang-orang di Sumbar adalah suku etnis sangat mencintai Indonesia dan Pancasila. Orang Sumbar itu adalah orang kritis dan hobi politik. Jika anda mengerti bahasa Minang bahwa topik pembicaraan orang Minang di warung-warung kopi adalah persoalan Indonesia dan perkembangan dunia.

Kegemaran orang Minang adalah mencari tatanan peradaban yang ideal. Meski ernis Minang memiliki tatanan adat istiadat sendiri, tetapi mereka tidak alergi terhadap faham-faham lain.

Maka tak aneh banyak faham-faham masuk mencecoki otak-otak orang Minang dan menjadi bahan diskusi yang menarik. Meski mereka berdiskusi seperti orang berantam tetapi sebenarnya mereka itu tetap harmonis dan hormat-menghormati perbedaan.

Memang saya akui ada sekelompok orang yang masif dan lebih terstruktural melakukan gerakan radikalisme bukan berarti gambaran seluruh orang Minang.

Mereka cinta pada agamanya benar. Itu tidak salah. Semua orang beragama di dunia banyak fanatik seperti itu, baik agama Nasrani, Buddha, dan Hindu maupun agama kepercayaan sekalipun. Yang kita haramkan adalah perilaku radikalisme dan intoleransi.

Kembali kepada kejadian mengatasnamakan perwakilan Puteri Minang dalam kontes kecantikan nasional Puteri Indonesia 2020, saya coba telusuri di google tentang siapa Kalista Iskandar.

Dikutip dari Wikipedia ternyata Kalista Iskandar memiliki nama lengkap Louise Kalista Wilson-Iskandar, lahir di Bukittingi, 15 Juli 1998, dari seorang ibu berketurunan Amerika Serikat, Deborah Escarani Wilson yang berasal dari Kota Montgomery, negara bagian Alabama, Amerika Serikat. Ayah Kalista bernama Egbert D. Iskandar Lam berketurunan Tionghoa-Indonesia, yang juga memiliki keturunan Minangkabau.

Berprofesi sebagai peragawati, Kalista yang meraih gelar Sarjananya dibidang Hukum di Universitas Pelita Harapan Jakarta mewakili provinsi Sumatra Barat dalam kontes kecantikan nasional Puteri Indonesia 2020.

Jika dibedah biografi dari Kalista Iskandar, ternyata Kalista bukan puteri asli Minang. Nama orang Minang tidak ada pakai Louise dan Wilson.

Lepas agamanya Islam atau agama lain.
Lepas dia keturunan atau asli.
Lepas dia mengenal budaya Minang atau budaya lainnya. Yang jelas Kalista Iskandar tidak hafal Pancasila bukan berarti merupakan gambaran orang Minang anti Pancasila sebagaimana dijustifikasi oleh warga net yang saya amati di dunia sosmed.

Saya memandang sebaliknya. Malah orang Minang adalah suku yang sangat toleran. Meski keturunan Tionghoa dan Amerika tetapi orang Minang tidak menggugat Kalista Iskandar sebagai perwakilan Puteri Minang. Sebenarnya sangat terbuka untuk digugat.

Sedangkan orang Minang banyak yang cantik-cantik dan cerdas-cerdas serta memiliki tata krama adat Minang tidak kalah dengan Louise Kalista Wilson-Iskandar

Saya meminta penyelenggara kontes kecantikan nasional Puteri Indonesia kedepan harus hati-hati mengatasnamakan daerah. Ini bisa berakibat pelecehan etnis atau suku seperti yang terjadi sekarang ini.

About redaksi

Check Also

Inovasi Ketahanan Pangan Kota Semarang Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Semarang,KORANPELITA com – Inovasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di bidang ketahanan pangan kembali mendapatkan apresiasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca