Jakarta.koranpelita.com
Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan tentang strategi pengembangan ekspor dan mencanangkan gerakan peningkatan tiga kali lipat ekspor.
Sebagaimana Indonesia membagi ekspor berbagai komoditi pertanian seperti kelapa sawit, karet, kopi, kokoa, dan teh . Kita juga mengekspor produk hortkultura seperti manggis,pisang dan nanas kemanca negara.China adalah salah satu tujuan ekspor komoditi pertanian Indonesia.
“Semua komoditi yang bisa kita ekspor kita akan ekspor baik kelapa sawit, teh, karet dan kopi ke berbagai negara termasuk China yang selama ini menjadi tujuan ekspor terbesar.
Lalu bagaimana dampaknya terhadap ekspor akibat wabah virus corona di Wuhan China.
“Sebetulnya pasar besar kita untuk China tetapi China saat ini sedang terkena dampak dari virus Corona. Maka untuk mengantisipasi, hal ini baru kita rapatkan dan sedang didata apa yang akan terjadi pada lintas perdagangan,” ujar Dr.Ir.Hj. Delima HA.Darmawan, MS selaku Peneliti Senior Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian pada Litbang Kementan kepada KORANPELITA.COM belum lama ini di Jakarta.
Dikatakan Delima Sekarang ini kita paham tidak boleh terlalu terlalu over acting karena virus Corona ini yang menularnya dari human ke human, dan bukan orang ke barang atau barang ke barang. Dan itu sebenarnya tidak ada masalah, tetapi kita tetap mengantisipasi karena orangnya yang terkena virus corona.
“Maka akan ada hambatan baik dari sisi produksi maupun dari sisi distribusinya,”tuturnya.
Lebih lanjut Delima menyatakan ekspor ke negara China adalah bukan hanya komoditi- komoditi perkebunannya tapi kita juga impor ke banyak komoditi komoditi hortikultura, seperti bawang putih, jeruk mandarin, buah-buahan segar dan sebagainya. Itu mungkin yang akan terhambat sementara waktu.
“Perimbangan berapa persen antara ekspor dan impor sendiri sebetulnya kalau secara perhitungan secara menyeluruh kita defisit dengan China. Impor kita dari Cina nilainya lebih besar daripada Ekspor kita ke China dan tidak berimbang. jadi ini masih masih kita lihat dampaknya dan acuannya adalah BPS yang akan meliris pada 15 Februari nanti,”tutur Delima yang juga sebagai Wakil Ketua 3 Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI). (han)