Jakarta, Koranpelita.com
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) di Provinsi Jatim berganti Kepala Perwakilannya, dari H. Yenrizal Makmur SP, MM, karena pensiun.
Penggantinya Drs. S Teguh Santoso MPd mendapat Surat Keputusan dari Kepala BKKBN Pusat dr. Hasto Wardoyo SPOG.
Gubernur Provinsi Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dijadwalkan melantik 7 Februari mendatang.
Dibawah kepempinan H. Yenrizal Makmur SP, MM program KKB di Provinsi Jatim berhasil membawa pertumbuhan penduduk provinsi ini memasuki era penduduk tumbuh seimbang, artinya jumlah penduduk yang dilahirkan sama banyaknya dengan jumlah penduduk yang dilahirkan. Pertumbuhan penduduknya secara regional rata-rata rendah bahkan banyak kabupaten yang pertumbuhannya mendekati angka nol persen, tetapi masih belum merata untuk semua kabupaten.
Banyak kabupaten pertumbuhan penduduknya mendekati angka nol persen tetapi ada juga kabupaten yang sedang dalam proses mendekati angka tersebut sehingga kabupaten seperti itu jumlah Kampung KB-nya masih cukup banyak, yaiu suatu Kampung yang jumlah peserta KB-nya belum cukup banyak guna mendukung tingkat kelahiran (TFR) sama dengan 2,1 anak atau suatu keadaan pertumbuhan penduduk tumbuh seimbang atau angka pertumbuhan penduduknya mendekati angka nol persen.
Biarpun pertumbuhan setiap kabupaten belum merata, bersama dengan Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur yang dinamik, BKKBN Jatim sudah melangkah sangat maju mengembangkan program “beyond family planning, artinya pembangunan keluarga sejahtera yang konsentrasinya ikut mengentaskan kemiskinan, menanganii masalah gizi anak balita dan berusaha menrunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan.
Disamping itu, biarpun belum merata para peserta KB ikut aktif dalam upaya pembangunan ekonomi mikro di tingkat desa, sehingga tidak sedikit para peserta KB itu ikutaktif dalam Usaha Peningkatan Pendpatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) atau bahkan banyak yang menjadi anggota Bumdes di tingkat desa, atau usahanya menjadi prototype Bumdes yang dibentuk di desanya.
Daerah yang belum maju, BKKBN Jatim berusaha keras membentuk Kampung KB dengan program utama intensifikasi KB yang gencar, termasuk menggalang peserta KB dengan menggunakan kontrasepsi mantab agar peserta yang tidak berdisiplin dapat bertahan lebih lestari. Kampung KB itu kadang ada salah pengertian di lapangan, karena Kampung yang kesertaannya tinggi membentuk juga kampung KB dengan program ajakan peserta KB membangun ekonomi keluarganya.
Sesungguhnya Kampung KB itu harus segera berubah menjadi Kampung Mandiri dan Sejahtera sehingga keluarga di dalamnya sudah secara otomatis ber-KB, semua bekerja atau berusaha sehingga bisa mengirim anak-anaknya sekolah setinggi-tingginya dan keuntungan usaha atau pekerjaan yang ditekunnya menjamin hidup keluarganya sebagai keluarga yang bahagia dan sejahtera. Biarpun sudah memiliki TFR 2,1 tetapi belum merata tetapi Provinsi Jatim memiliki berbagai inovasi dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh Provinsi lain seperti misalnya digitalisasi dari Peta Keluarga, penggunaan model pelaporan wanita hamil risiko tinggi, banyak sekali kegiatan UPPKS yang maju dan lain sebagainya. Karena itu di masa lalu provinsi Jatim banyak menampung studi banding dari provinsi lain atau peserta program study dari manca negara yang mencoba menggali pendekatan masyarakat dalam bidang KB.
Kita ucapkan selamat kepada Kepala BKKBN H. Yenrizal Makmur SP, MM dan para pendahulunya yang juga luar biasa seperti Dr. Ir. Dwi Listyawardani biasa di sapa Ibu Dani yang sekarang menjabat Deputy BKKBN Pusat, Dr. dr Sugiri Syarief MPA almarhum yang pernah menjadi Kepala BKKBN Pusat dan masih banyak Kepala yang menonjol lainnya serta eselon di bawahnya yang dipercaya menjabat Kepala BKKBN di Provinsi lain.
Drs. S Teguh Santoso MPd memulai kariernya di Kabupaten Bandung, tepatnya di Lembang, sekarang menjadi Bandung Barat akibat pemekaran, Jawa Barat, suatu wilayah sangat dekat dengan tempat tinggal ulama terkenal, Kyai Haji Ilyas Ruhiyat, tokoh NU terkenal. Teguh ditarik masuk BKKBN sebagai petugas lapangan KB Profesional yang diangkat dengan latar belakang Sarjana awal tahun 1990-an. Kariernya yang cemerlang membawanya maju pesat sehingga akhirnya di percaya sebagai Kepala Perwakilan BKKBN untuk provinsi yang sejak sebelum tahun 2000 terkenal miskin dan relatif lambat menerima inovasi seperti Keluarga Berencana atau perubahan menuju masyarakat modern lainnya. Setelah provinsi Jawa Barat dibagi dua, satunya menjadi provinsi Banten, dan “kabupaten yang sangat miskin” di serahkan kepada Provinsi baru, maka Provinsi Jawa Barat angka kemiskinannya menurun dan lebih cepat menerima hal-hal baru dan relatif modern.
Sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Teguh memiliki sifat “mau mendengar dan belajar” sehingga bersama seluruh staf rajin bertanya kepada para sesepuh tentang strategi terbaik guna mencapai kemajuan. Karena itu dengan stafnya ditugasi melakukan rekaman pengalaman sukses gerakan KB Nasional dari mantan Kepala BKKBN dan pejabat senior BKKBN Pusat serta kepada staf diperintahkan pula melihat dan mendengarkan pesan-pesannya. Satu demi satu dari pesan itu dilaksanakan, antara lain bagaimana mendapatkan komitmen politik dari Gubernur, Penggerak PKK, Bupati dan Walikota serta penggerak PKK Daerah serta jajaran lembaga dan organisasi yang semuanya perlu dirangkul secara akrab agar tumbuh konsensus tingkat provinsi, kota, kabupaten sampai ke tingkat desa dan dukuh. Para Petugas lapangan di ajak bekerja tanpa kenal lelah bukan hanya pada jam kantor karena harus berhubungan dengan para pemimpin informal yang jam kantornya justru di luar jam kantor pegawai biasa karena pemimpin informal biasanya dirangkap pemimpin formal yang baik hati bekerja suka rela setelah jam kantor. Dengan cara itu Teguh berhasil melakukan konsolidasi yang luar biasa sehingga setapak demi setapak mendapat simpati yang luas di jajaran pemerintah daerah tingkat provinsi, kota dan kabupaten.
Indikator dari keberhasilan itu dicatat dari kelihaian BKKBN Jabar mendapatkan dana tambahan dari Pemda Provinsi sebagai modal utama pembuatan “roadmap” untuk menangani kemiskinan karena posisi keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I sudah makin jelas pada Peta Keluarga itu. Peta yang sama bisa sangat bermanfaat guna menangani ibu hamil, ibu melahirkan, anak balita kurang gizi dan stunting. Bedanya dengan Jawa Timur, di Jatim, khususnya di Madiun, peta itu sudah di ubah kedalam sistem digital, sedang di Jawa Barat belum sejauh itu. Konsolidasi itu juga menghasilkan diperlukannya petugas lapangan guna mendampingi para Kepala Desa dan Penggawanya di desa. Kekurangan pendamping itu dipetakan dan sempat di bawa kepada Gubernur dan jajaran lingkaran penting di sekitarnya sehingga Pemda menyediakan dana khusus untuk menambah Petugas Lapangan yang diperlukan guna mendampingi secara ketat petugas resmi pada tingkat desa. Suatu kemajuan operasional yang apabila diteruskan dengan sasaran yang tepat dengan menggunakan Peta Keluarga yang cermat, disiplin yang tinggi serta konsisten, angka kemiskinan di Jabar dan keadaan kurang gizi serta stunting akan bisa diatasi dengan baik.
Tugas Pak Teguh yang baru di Jawa Timur adalah meningkatkan “keteguhan” posisi yang telah dicapai selama ini, menghilangkan daerah legok, meremajakan peserta KB yang “pensiun” dan lebih dari itu mengantar lebih dari 60-70 persen pasangan usia subur yang sudah KB ikut bergerak aktif dalam pembangunan desa dan masyarakat desa menjadi keluarga yang paling rajin menyekolahkan anak-anaknya sedini dan setinggi mungkin, mendorong seluruh anggota keluarganya siap dan rajin bekerja atau berusaha, mendorong keluarga peserta KB rajin melakukan kerja sosial dalam memelihara jiwa gotong royong dalam masyarakatnya dan taat beragama memelihara silaturahmi diiantara sesama sehingga lansia makin membengkak jumlahnya dan berusia panjang secara suka rela menjadi kakek dan nenek dari anak-anak balita yang belum tentu cucu pribadinya, diantar setiap pagi siang untuk ikut PAUD, rajin ikut memeriksa apakah semua penduduk memiliki MCK, dan memelihara lingkungan dengan rajin menjadi penggerak kebun Bergizi di halaman setiap rumah, suatu kegiatan penduduk lanjut usia yang di luar sayang dan cinta anak balita, secara rajin mengajak anak muda rajin berkunjung ke perpustakaan desa untuk membaca dan berlomba ilmu dan ketrampilan inovasi sederhana dengan budaya cinta lingkungan melalui pemeliharaan keindahan dan kelestarian sekitar yang hijau dan bermanfaat. Semoga pak Teguh dan keluarganya meneruskan karier di Jawa Timur bersama para rekan yang kami yakin tetap memiliki semangat menggebu untuk membangun keluarga kecil yang bermutu, dinamik, bahagia dan sejahtera. (djo)